Pergelaran Perdana Karya Akbar Marga Alam
SATUHARAPAN.COM – Selama ini Marga Alam dikenal sebagai perancang busana kebaya. Jika menyebutkan namanya, pencinta mode langsung mengasosiasikannya dengan kebaya, dalam tampilan modern, paduan Timur dan Barat.
Kepiawaian merancang busana kebaya untuk pengantin itu mengantar Marga Alam dinobatkan sebagai The Best Designer 1995 untuk tingkat ASEAN dan juara umum, dan mendapat Piala Tien Soeharto, ibu negara kala itu. Pengakuan atas kepiawaiannya juga datang dari perancang busana Ramli (meninggal 23 Januari 2013, Red), yang mengantar popularitas Marga Alam menjadi perancang busana yang melayani pesanan busana pribadi.
Marga menjadi tempat terpercaya bagi wanita yang ingin tampil beda, terhindar dari tampil mengenakan baju kembar di sebuah pesta. Karya rancangannya juga dikenakan untuk Miss World tahun 2009, 2010, dan 2011.
Untuk pertama kali dalam perjalanan karier di dunia mode setelah hijrah ke Jakarta dari Surabaya pada 1987, Marga Alam keluar dari “kepompong” kenyamanannya. Ia “bermetamorfosa menjadi kupu-kupu”, di panggung peragaan busana karyanya di Grand Ballroom Hotel Mulia, Jakarta, 11 Juni lalu. Itu, panggung peragaan busana perdananya.
Marga memamerkan 70 karya rancangannya berupa busana wanita. Busana wanita itu pun bukan hanya kebaya seperti selama ini ia diasosiasikan. Lima setelan jas pria karyanya melengkapi peragaan busana tunggalnya.
Ia membagi peragaan busana dalam empat bagian, tanpa jeda. Pada bagian pertama, ia memamerkan 22 busana koktil dalam siluet beragam yang memanfaatkan teknik digital printing, menampilkan motif kupu-kupu di atas bahan sutra.
Kupu-kupu masih mewarnai peragaan busana karyanya bagian kedua, 33 gaun malam, gaun panjang ala Valentino dengan garis leher rendah. Eksplorasi kupu-kupu mewujud dalam bentuk embroidery, aplikasi, hingga ornamen yang menjadi inspirasi utama.
Bagian akhir koleksi rancangannya menunjukkan kematangannya dalam berkarya dan kepiawaiannya dalam teknik menjahit, menampilkan sepuluh busana premium yang memiliki keragaman seperti gaun balon, rok duyung, hingga sleekdress dengan punggung terbuka.
Puncak perayaan ditutup dengan busana bertabur 15.000 butir swarovsky dengan menampilkan potongan paling ringkas di antara gaun rancangannya yang lain.
Kupu-kupu, yang mendominasi pemandangan malam itu, memang menjadi sumber inspirasinya. “Pada suatu hari seekor kupu-kupu hinggap dan tinggal tenang di tangan, menemani perjalanan hingga tiba di rumah. Saya merasa itu isyarat yang dibisikkan semesta untuk menuntaskan penggalian harta mode yang terpendam di benak,” kata Marga dalam jumpa wartawan sebelum peragaan busana, menjelaskan tema “Butterfly” bagi peragaan koleksinya.
“Peragaan hari ini juga pembuktian bahwa saya memulai karier sebagai desainer universal. Bukan perancang busana kebaya. Saya akan menunjukkannya dalam peragaan busana kali ini,” kata Marga, yang pernah menjadi asisten desainer di Rudy Hadisuwarno Bridal.
Peragaan busana tunggal Marga Alam, yang dipersiapkan selama satu tahun, dihadiri pelanggan setianya, para sahabat, pemerhati mode, editor mode, dan fotografer media.
“Peragaan, terlebih-lebih peragaan perdana, merupakan perayaan sebuah karya. Karena itu, dibutuhkan kesiapan mental yang matang untuk melaksanakannya,” kata Marga.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...