Peringati Hari Bumi dengan Bersih-Bersih Sungai
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Untuk memperingati Hari Bumi yang jatuh hari ini, berbagai kegiatan dilakukan baik yang diselenggarakan pemerintah maupun komunitas-komunitas. Seperti yang dilakukan oleh sekitar 200 orang dari Komunitas Hijau Banyumas dan pegiat lingkungan lainnya dengan melakukan kegiatan bersih-bersih Sungai Kranji di Kota Purwokerto. Diperkirakan sekitar satu ton sampah berhasil diangkut dari sungai itu setelah sebelumnya dibersihkan secara gotong royong oleh komunitas tersebut dan kemudian sampah yang berhasil diangkut dari sungai selanjutnya dibawa ke TPA Gunung Tugel.
Menurut Koordinator Aksi yang juga sebagai Banyumas Hariyawan Agung Wahyudi pada kegiatan Serangan Fajar Bersih Sungai Kranji bahwa kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai masih rendah, dan berharap dengan adanya acara bersih sungai ini maka kesadaran masyarakat untuk menjaga sungai bisa terbangun. Hariyawan menyatakan bahwa sampah di sungai Kranji dinilai sangat mengkhawatirkan. “Setiap harinya, minimal 2 ton sampah dibuang ke sungai Kranji dan menumpuk di bendungan,” katanya Hariyawan.
Selain Komunitas Hijau, aksi ini juga diikuti oleh Biodiversity Society, Banyumas Wildlife Photography (Bawor), Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti) Banyumas, Gerakan Desa Membangun, Mahasiswa Informatika Peduli Lingkungan (MIPL) AMIKOM, Pemuda IPNU-IPPNU Ranting Melung, Komunitas Cendana serta Kodim 0701 Wijayakusuma.
Sampah tersebut sebagian besar terbawa aliran sungai ke arah muara dan sebagian menumpuk di sepanjang bantaran sungai. Keberadaan sampah tersebut tentunya akan mencemari air tanah begitu pula persawahan. Dampaknya tentu saja akan merugikan kesehatan masyarakat dalam jangka panjang. “Jika perharinya saja sebanyak 2 ton sampah anorganik dibuang sembarangan di Sungai Kranji, bisa dibayangkan berapa besar sampah yang dibuang di sungai. Penyadaran masyarakat harus menjadi agenda penting Pemkab Banyumas, karena jika tidak dalam 10 tahun kedepan tidak ada lagi sungai bersih di Banyumas ini,”katanya.
Penurunan kualitas air sungai tidak hanya di daerah hilir, tetapi juga terjadi di daerah hulu. Kepala Subbidang Kemitraan Badan Lingkungan Hidup Banyumas, Stephanus Sigit mengatakan, sebanyak 1.681 mata air di Banyumas termasuk di lereng Gunung Slamet terancam hilang akibat kerusakan lingkungan. “Saat ini tercatat ada 1.681 mata air yang tersebar di 27 kecamatan di Banyumas yang terancam hilang,” ujarnya.
Tambahnya, saat ini sedang melakukan penyelamatan lingkungan di sekitar mata air, karena keberadaannya sangat penting bagi kehidupan masyarakat luas. Dengan memetakan mata air yang terancam hilang dan mata air yang masih bagus aliran airnya.
Menurutnya, upaya penyelamatan mata air dilakukan dengan program konservasi alam dan lingkungan, khususnya pada radius 200 meter dari mata air. “Tahun 2013, nantinya akan ada program rehabilitasi lingkungan dengan menanami pohon,” katanya.
Kiranya kedepannya warga desa bisa paham pentingnya pohon. Sehingga mereka tak lagi menebang pohon di hutan Gunung Slamet karena bisa mempengaruhi aliran mata air.
Editor : Sabar Subekti
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...