Ponsel Bantu Menangkap Pelaku Bom Boston
COLOGNE, SATUHARAPAN.COM – Rekaman gambar dan foto dari penonton yang menggunakan berbagai alat, khususnya foto dari telepon seluler (ponsel), telah membantu para penyidik menemukan pelaku pengemoban di dekat garis finis lomba lari marathon di Boston, Amerika Serikat.
Ratusan orang menonton perlombaan besar ini. Banyak dari mereka sedang mengambil gambar menggunakan ponsel mereka. Gambar-gambar itu yang membantu peneliti mengidentifikasi, melacak dan menemukan tersangka.
Tak lama setelah dua bom meledak, polisi membuat panggilan pertama mereka untuk meminta bantuan dalam penyelidikan. Mereka meminta foto dan video dari masyarakat yang diambil di sekitar garis finish.
Gambar-gambar yang diberikan kepada pihak berwenang membantu menentukan identitas yang diduga pelaku bom dalam hitungan jam. "Ini adalah intensifikasi panggilan yang klasik untuk mendapatkan saksi," kata Dietrich Leder, ahli media yang berbasis di Cologne, Jerman kepada Deutche Weller (dw.de.).
Tidak seperti pernyataan saksi lainnya, foto memiliki keuntungan bahwa gambar itu tetap handal dan tidak lupa atau salah ingat tentang apa yang terjadi beberapa jam sebelumnya. Deskripsi tentang tersangka dari saksi mata sering tidak tepat dan saksi sering bingung dengan urutan peristiwa atau berapa lama peristiwa terjadi. Sebuah kamera smartphone, di sisi lain, tidak rentan terhadap kebingungan dan dapat menjadi sangat penting untuk penyelidikan.
Ketika Ponsel Memecahkan Kasus
Foto-foto yang diambil pada saat kejadian membantu Biro Investigasi Federal (FBI) menuju salah satu tersangka. Hal ini terjadi di Boston. Sebuah foto ponsel menunjukkan daerah finish marathon setelah ledakan dan menangkap salah satu tersangka di antara orang-orang pergi meninggalkan lokasi. Orang yang mengambil gambar dan menyerahkan kepada FBI, membantu mempercepat penyelidikan.
Ada juga beberapa kamera pengintai dipasang di area ledakan, banyak yang dipasang untuk melindungi rumah dan bisnis. Kamera seperti itu, walaupun gambarnya berkualitas buruk, sangat membantu. "Ini bukan tentang optik, tapi ruang penyimpanan," kata pakar terorisme Paul Elmar Joris, menambahkan.
Yang dibutuhkan adalah ruang yang cukup untuk menyimpan selama satu atau dua hari hasil yang senilai rekaman video. "Gambar dari ponsel atau kamera memberi hasil dengan kualitas yang jauh lebih baik."
Perkembangan teknis lainnya juga membantu peneliti menyaring gambar yang tak terhitung jumlahnya. Sekarang dengan perangkat lunak yang dikembangkan menjadi lebih mudah untuk mengenali wajah yang pada beberapa tahun lalu sangat sulit, kata Leder. Menurut dia, program tersebut merupakan bantuan besar untuk peneliti menemukan apa yang mereka cari. "Kalau tidak, mereka akan menjadi gila, karena harus memiliki dari data yang tidak bisa di pilah-pilah."
Terlalu Banyak Kamera
Masyarakat memang membantu dalam mengidentifikasi tersangka, kata Leder. Smartphone, kamera pengawas dan video dapat membantu penyidik. Namun peralatan ini juga dapat menimbulkan masalah. Teroris juga bisa bertindak sebagai bagian dari publik dan ingin terlihat sebagai layaknya publik lain.
"Acara dengan kehadiran media besar memiliki keseimbangan untuk teroris," kata Joris. Teroris juga ingin mendapatkan perhatian sebanyak mungkin, kata Rolf Tophoven, kepala Institut Pencegahan Krisis (IFTUS) yang berkantor di Essen. Tetapi para ahli juga mengatakan bahwa teroris berpikir untuk tidak memilih lokasi yang memiliki kamera keamanan atau orang-orang akan membuat video pribadi.
Teroris diperkirakan memilih garis yang langsung ke kamera media, sehingga aksi mereka dapat segera tersebar, kata Joris. Namun hal ini tidak terjadi di Marathon Boston. Ledakan itu terjadi beberapa jam setelah pelari utama melewati finis, katanya. Ketika itu sebagian besar masyarakat sudah mengalihkan perhatian mereka ke tempat lain. Hanya sebagian orang yang masih memperhatikan.
Sementara ini para ahli masih berspekulasi mengenai memotivasi perlaku. Namun Leder yakin bahwa masyarakat membantu dalam penangkapan para tersangka. Polisi Boston juga menggunakan jaringan sosial, seperti Twitter dan Facebook, untuk menginformasikan kepada publik. Yang paling terkenal tweet mengatakan "Ditangkap!" ketika tersangka kedua berhasil ditahan.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...