Peringati Hari Ibu, Komunitas Perempuan Lintas Agama Mengirim Surat kepada SBY
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Komunitas perempuan lintas agama mengirim surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam peringatan Hari Ibu yang berlangsung di seberang Istana Merdeka, Minggu (22/12). Surat-surat tersebut dikumpulkan dari berbagai kalangan komunitas perempuan dari berbagai agama, dan disertakan bersama sebuah spanduk besar yang bertuliskan surat bersama dari komunitas lintas Iman.
Hadir dalam peringatan Hari Ibu ini, Yuni Chuzaifah ketua Komnas Perempuan bersama perempuan dari jemaat Ahmadiah, jemaat Syiah dan perempuan kaum penghayat, yang datang dari NTT, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Mereka sebelumnya memberikan dukungan bagi Jemaat GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi yang melakukan Ibadah Mingguan di seberang Istana, karena gedung gereja mereka yang sah masih disegel oleh Walikota Bogor, dan Bupati Bekasi, walaupun sudah memiliki keputusan hukum yang telah inkrah.
Surat bersama para komunitas lintas Agama, dan jemaat GKI Yasmin serta HKBP Filadelfia Bogor, dihantarkan oleh perwakilan perempuan, melintasi jalan Merdeka dan diterima oleh staf Sekretariat Negara. Sebelumnya dalam perayaan Hari Ibu, secara khusus memberikan penhormatan dan penghargaan kepada kaum perempuan, jemaat dan hadirin mengenakan pakaian adat masing-masing daerahnya, menyanyikan lagu Indonesia Raya, drama tentang perempuan, dan orasi dari berbagai kalangan. Rina dari Komnas Perempuan menjadi pemandu peringatan Hari Ibu kali ini.
Hadir dalam ibadah dan peringatan Hari Ibu, Gomar Gultom, Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), yang berkesempatan memberikan sambutannya. Ibadah minggu advent ke V kali ini dipimpin oleh Pendeta Luspida Sihombing, dari HKBP Tanjung Priok, yang pernah memimpin jemaat HKBP Cikeuting.
Renata Anggraeni, perwakilan jemaat GKI Yasmin, di akhir peringatan membacakan surat bersama yang dikirimkan kepada Presiden SBY, berikut isi surat bersama tersebut:
Bapak Presiden yang Terhormat,
Hari ini, diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia. Ibu, bukan sekedar tubuh perempuan , sekedar tempat beranak dan membesarkan.
Sebagai Perempuan, kami punya bahasa yang mengisyaratkan cinta, menjaga kehidupan, mengayomi, dan memeluk segala makhluk dengan KASIH. Tetapi bagaimana cara kami mengajarkan nilai KASIH itu, kepada anak - anak kami, generasi penerus bangsa itu, saat mereka malah merasakan situasi yang jauh panggang dari api.
Nyeri menusuk hati, ketika mereka bertanya,"Ibu, mengapa gerbang gereja digembok terus ?"
"Ibu, mengapa kita tidak boleh beribadah di tempat itu ?"
"Ibu, mengapa mesjid kita dibakar ?" "Ibu, mengapa kita diusir ?"
"Ibu, mengapa kita beribadah harus berpindah - pindah ?"
"Ibu, kita salah apa?"
Ada rasa sakit yang semakin dalam, ketika sesama anak negeri merasa lebih pantas menempati, ketimbang yang lain. Wajah sangar menakutkan, dan tampak arogan mengusir dan menghadang, kembali terbayang. Tetapi Negara tetap diam dan membiarkan, di atas tangis yang tercurah.
Atas keinginan kelompok intoleran, Negara jadi lemah dan tak berdaya ..
Kami, kaum Perempuan, bahkan berkata-katapun sudah tak sanggup lagi. Kami nyaris kehabisan energi. Hilang sudah semua nilai KASIH yang pernah kami ajarkan kepada anak-anak kami, atas penghormatan kepada agama dan keyakinan yang berbeda. Di mata mereka, mereka dibedakan.
Bapak Presiden , kita ini berada di tanah yang satu, menghirup udara yang sama, langit yang serupa. Sungguh, kami merindukan indahnya suara Adzan yang berpadu harmonis dengan suara nyanyian Malam Kudus paduan suara gereja kami, atau lantunan doa Komunitas Penghayat, selaras dengan takbir Allahuakbar yang indah. Biarkanlah semua berbeda, bak pelangi yang justru tampak menawan dengan beragam warna yang ia miliki.
Menyuarakan suara hati Perempuan Indonesia, surat ini kami sampaikan kepada Bapak, dengan harapan Bapak Presiden, sebagai Kepala Pemerintahan tertinggi di negara ini, Bapak mampu menegakkan hukum dan Konstitusi , agar kepingan puzzle berjudul Bhinneka Tunggal Ika, menyatu kembali, menjadikan Indonesia Rumah Bagi Semua.
Mengutip sebuah lagu yang pernah dilantunkan di gereja kami, mendoakan bangsa ini, "Tuhan pulihkan, ampunilah Bangsa kami, dan pulihkan kembali negeri kami".
Semoga Tuhan Yang Penuh Kasih selalu memberkati Bapak , dan bangsa Indonesia.
Selamat Hari Ibu dan Hari Perempuan Indonesia !
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...