Perjumpaan Dua Raja Eropa
Jelang Pertandingan Portugal vs Spanyol
SATUHARAPAN.COM - Sebelum partai final Piala Eropa 2016 selesai seolah ada perasaan inferior bagi anggota kesebelasan Portugal saat dibandingkan dengan timnas Spanyol. Prestasi timnas, prestasi klub profesional, hingga kondisi perekonomian kedua negara yang bagai bumi dan langit turut membangun persepsi tersebut. Perjumpaan kedua kesebelasan dalam tiga puluh enam pertandingan seolah menjadi justifikasi atas persepsi tersebut.
Pada setiap perjumpaan di turnamen bergengsi PD dan Piala Eropa, kesebelasan Spanyol kerap menjadi batu sandungan Portugal. Pada PD 2010 Spanyol menghentikan langkah Portugal di babak 16-besar, sementara pada Piala Eropa 2012 lagi-lagi Spanyol mengubur mimpi Portugal di babak semi final. Pada kedua turnamen tersebut Spanyol keluar sebagai juara. Dari total 36 perjumpaan Spanyol memenangi 18 pertandingan sementara Portugal hanya memenangi 6 pertandingan. Selebihnya dua belas pertandingan berakhir imbang.
Portugal dikenal sebagai salah satu negara dengan bakat pemain sepakbola yang berlimpah. Dunia pernah mencatat Portugal memiliki generasi emas pada tahun 1990-an dengan keseluruhan lini diisi talenta-talenta brilian. Tercatat penjaga gawang Vitor Baia, gelandang-penyerang elegan Luis Figo, Rui Costa, Joao Pinto, Paulo Sousa, serta Jorge Costa, menjadi tulang punggung klub elite Eropa pada masanya. Dengan bakat yang dimiliknya justru pemain-pemain bintang tersebut gagal bersinar saat memperkuat timnas Portugal meskipun saat berlaga di tingkat yunior mereka mampu mengangkat trofi Piala Dunia Yunior dua kali berturut-turut tahun 1989 dan 1991.
Sebenarnya hal yang sama juga pernah dialami timnas Spanyol. Selain trofi Piala Eropa 1964, dengan pemain berbakat berlimpah tidak satupun prestasi diberikan timnas Spanyol. Titik balik timnas Spanyol terjadi saat mereka menjuarai Piala Eropa 2008 dimana untuk kedua kalinya Spanyol mengangkat trofi Piala Eropa setelah mengalahkan Jerman. Kiprah Spanyol berlanjut pada PD 2010 saat pertama kali Spanyol mengangkat trofi PD dengan mengalahkan Belanda. Dan di Piala Eropa 2012 kembali Spanyol memboyong trofi Piala Eropa setelah mengalahkan Italia dengan skor telak 4 gol tanpa balas. Dengan pencapaian tersebut tidak berlebihan jika Portugal terkesan inferior di hadapan Spanyol.
Namun keadaan berubah bagi timnas Portugal saat mereka mampu mengangkat trofi Piala Eropa 2016 setelah mengalahkan Prancis di partai final dengan skor 1-0. Pencapaian tersebut seolah menjadi penebusan atas predikat kesebelasan Portugal sebagai tim kuda hitam abadi, sekaligus mengangkat moral pemain Portugal yang datang ke Rusia sebagai salah satu tim favorit juara.
Membicarakan perjumpaan kedua kesebelasan di ajang Piala Dunia, penikmat sepakbola akan disuguhi permainan taktik-strategi baik di ruang ganti maupun di lapangan. Komposisi pemain sudah bukan menjadi pembicaraan penting mengingat kedua kesebelasan memiliki materi pemain yang relatif berimbang di semua lini. Perjumpaan keduanya menjadi presentasi pertemuan dua raja penguasa sepakbola Eropa dalam satu dekade terakhir.
Menjaga Asa melalui Jogo Bonito
Fernado Santos mulai melatih kesebelasan Portugal setelah membawa timnas Yunani lolos hingga 16-besar PD 2014. Portugal yang saat itu dilatih Paulo Bento tidak berhasil lolos dari fase grup G.
Berbekal juara Piala Eropa 2016, Portugal lolos ke Rusia setelah memuncaki grup B xona Eropa. Selain beberapa pemain senior yang masih menjadi tulang punggung kesebelasan Portugal, Santos banyak memanggil pemain muda bertalenta untuk mengisi seluruh lini agar gaya permainan Portugal yang lebih menekankan pada keindahan untuk meraih kemenangan tetap terjaga. Dengan filosofi permainan jogo bonito selain mengantarkan Portugal menjadi juara Piala Eropa 2016, Santos mendapat penghargaan Alf Ramsey award pada tahun yang sama sebagai manajer terbaik Eropa.
Berbekal pemain muda berbakat di hampir semua lini kesebelasan Portugal Guedes, Andre Silva, Raphaël Guerreiro, João Mário, Rúben Dias, Santos memiliki modal untuk menampilkan permainan jogo bonito di PD 2018.
Tiki-taka reborn (?)
Setelah babak belur dan tersingkir pada fase grup B pada PD 2014, timnas Spanyol banyak berbenah salah satunya mengganti pelatih Vicente del Bosque dengan pelatih yang lebih muda Julen Lopetegui.
Dari hasil PD 2014 pelatih baru Spanyol tidak banyak melakukan perubahan. Beberapa anggota timnas Spanyol yang menjadi tulang punggung saat memenangi PD 2010 dan Piala Eropa 2008 dan 2012 masih dipertahankan sementara beberapa pemain yang tidak cocok dengan pola permainan Lopetegui diganti dengan pemain yang lebih muda. Penjaga gawang Iker Casillas digantikan David Da Ghea, Cesc Fabregas digantikan Koke.
Selain itu Lopetegui. memasukkan pemain muda lainnya Marco Asensio, Saul Niquez, Lucas Vasques. Hasilnya cukup menjanjikan. Setelah hanya mampu bertahan pada babak 16-besar Piala Eropa 2016, kesebelasan Spanyol melaju mulus pada kualifikasi PD 2018 grup G zona Eropa dengan hasil sembilan kemenangan dan satu kali imbang yang mengantarkan mereka meuncaki grup G dan langsung lolos ke babak final PD 2018.
Perpaduan pemain senior yang dianggap mewakili generasi emas Spanyol dengan pemain mudanya akan diuji pada PD 2018. Pada PD 2018 Julen Lopetegui masih mempertahankan gaya permainan dua pelatih sebelumnya Aragones dan del Bosque: tiki-taka.
Prediksi pertandingan
Perjumpaan kedua timnas yang merajai kejuaraan Eropa dalam satu dekade terakhir tentu akan menawarkan pertandingan dalam tensi yang tinggi. Selain berhati-hati agar tidak kehilangan poin pada pertandingan pertamanya, kedua kesebelasan tentu tidak mau dicatat hanya bermain aman pada turnamen besar. Pilihan terbaik adalah bermain lepas tanpa beban.
Dari pemilihan anggota tim, ada kecenderungan Lopetegui bermain aman dengan memanggil sebagian besar anggota timnya dari the winning team yang memenangi dua piala Eropa dan PD. Tidak ada yang berubah banyak pada timnas Spanyol untuk mempertahankan kesolidan tim. Namun harus diingat dengan pola tersebut tim lawan manapun tentu akan bisa dengan mudah membaca strategi apa yang akan dijalankan. Bagaimanapun, Lopetegui lebih banyak mewarisi DNA timnas Spanyol dari dua pelatih sebelumnya. Kondisi ini secara keseluruhan lebih menguntungkan Portugal yang sedang membangun kesebelasannya dengan pemain-pemain muda. Meskipun beresiko, Portugal justru diuntungkan pada pertandingan-pertandingan selanjutnya dengan keberaniannya memainkan skuad mudanya.
Dengan performa yang dimiliki Portugal saat ini, ada kecenderungan kesebelasan Spanyol bermain lebih hati-hati, dan jika itu yang terjadi justru semakin melempangkan langkah Portugal untuk bermain lepas pada semua lini. Pengalaman Piala Eropa 2016, saat lawan lebih berhati-hati bermain Portugal justru mengambil keuntungan. Final Piala Eropa menjadi nestapa Prancis saat tidak bisa bermain lepas. Dan jika Spanyol mengulangi kesalahan tersebut, Christiano Ronaldo masih belum habis di usia yang telah melewati kepala tiga.
Jadwal pertandingan
Pejumpaan kesebelasan Portugal pada fase grup B melawan timnas Spanyol akan berlangsung di Stadion Fisht, Sochi pada Jumat (15/6) pukul 21.00 waktu setempat atau Sabtu (16/6) pukul 01.00 WIB.
Perkiraan susunan pemain:
Portugal (4-4-2) : Patricio (gk), Cedric, Pepe, Fonte, Guerreiro, Bernardo Silva, William, Moutinho/A. Silva, Guedes, Andre Silva/Quaresma, C. Ronaldo. | pelatih: Fernando Santos
Spanyol (4-3-3) : Da Ghea (gk), Carvajal, Ramos, Pique, Jordi Alba/Azpilicueta, Iniesta, Busquets/Koke, Thiago, Asensio/D. Silva, Costa, Isco.| pelatih: Julen Lopetegui
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...