Perlu Lebih Banyak Perempuan dalam Misi Perdamaian PBB
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) membutuhkan lebih banyak perempuan dalam misi penjaga perdamaian untuk meningkatkan keberhasilan dalam memenuhi mandat badan dunia itu.
"Kita harus memiliki petugas polisi perempuan berbaret biru lebih banyak," kata Stefan Feller, Penasihat Polisi pada Departemen Operasi Penjaga Perdamaian PBB (DPKO), di New York, Kamis (21/11). Dia mengatakan kepada wartawan di New York dalam pertemuan kepala polisi dari misi PBB di seluruh dunia yang membahas berbagai isu-isu strategis.
"Mempromosikan jender menjadi arus utama lebih dari sekadar mengatur angka," kata dia menegaskan. Perlunya lebih banyak perempuan penting untuk membantu memenuhi tanggung jawab polisi yang kompleks dalam menjalankan misi.
Menurut Feller, misi itu yang pertama adalah menghadapi kekacauan, ketidakstabilan dan pelanggaran. Pada lini pertama misi menghadapai masalah penghormatan terhadap supremasi hukum.
"Sama pentingnya untuk memastikan bahwa perempuan bukan dipandang hanya sebagai korban, tetapi sebagai penyedia keselamatan dan keamanan," kata dia menambahkan.
Sangat Penting
Hester Paneras adalah Komisaris Polisi Uni Afrika untuk Misi PBB di Darfur (UNAMID), dan merupakan yang terbesar dalam operasi polisi PBB dengan kekuatan 5.000 perwira. Dia mengatakan bahwa polisi perempuan sangat penting bagi pelaksanaan mandat dalam wilayah bermasalah di Sudan, di mana perlindungan warga sipil adalah prioritas.
"Dalam budaya di sana, seorang wanita tidak akan mudah berbicara dengan seorang pria ketika mereka telah diperkosa dan diserang," kata Paneras. Perwira perempuan ini mencatat bahwa karena konflik , perempuan sering ditinggalkan sendirian. "Kami membutuhkan perempuan yang dapat memberikan perhatian terhadap kebutuhan perempuan."
Dia mengatakan bahwa meskipun relatif sedikit perempuan polisi pada misi PBB di UNAMID, mereka telah mencapai wilayah yang luas dan banyak. Peran mereka dalam keamanan dan membantu perempan dalam projek-projek mata pencaharian dan mendapatkan rasa hormat.
Polisi perempuan, kata dia, berpartisipasi penuh pada berbagai tingkatan tanggung jawab polisi PBB di Darfur. Termasuk penciptaan lingkungan yang protektif untuk membantu pelatihan polisi dalam negeri untuk bernegosiasi dengan jajaran tertinggi pemerintah. Bangladesh, misalnya, membentuk satuan polisi, yang semuanya perempuan. “ Sangat baik kinerjanya,” kata dia menegaskan.
Para pejabat menetapkan bahwa Polisi PBB ditargetkan memiliki 20 persen petugas perempuan di seluruh dunia pada tahun 2014. Menurut Feller, polisi dalam misi PBB di Siprus, yang dikenal sebagai UNFICYP, sekarang didukung 22 persen perempuan. Sedangkan Misi PBB di Sudan Selatan (UNMISS) melibatkan 19 persen petugas perempuan.
Misi PBB juga mendukung rekrutmen polisi perempuan setempat. Di Rwanda, 160 dari 380 polisi adalah perempuan. Konstitusi negara itui mewajibkan 30 persen anggota kepolisian nasional adalah perempuan.
"Dalam setiap misi, saya diingatkan lagi, dan lagi: penjaga perdamaian bukan untuk yang lemah lembut," kata Feller. Dia mengenang dan menghormati empat polisi PBB yang kehilangan nyawa mereka di Darfur sejak dia memegang jabatannya ini Mei lalu. (un.org)
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...