Pers sebagai Pilar Demokrasi Pendorong Pemilu Jujur dan Adil
SEMARANG, SATUHARAPAN.COM - Pers sebagai pilar demokrasi diharapkan menjadi trigger atau kekuatan pendorong (driving force) yang mampu mengawal dan menjadikan Pemilihan Umum 2014 sebagai pemilu yang jujur dan adil.
"Free and fair election yang ditandai oleh utamanya peran signifikan media yang tidak memihak atau partisan dan relatif jernih dalam menyampaikan berita," kata peneliti senior Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. R. Siti Zuhro, M.A., Ph.D. kepada Antara Jateng, Minggu (9/2).
Prof. Wiwieq--sapaan akrab R. Siti Zuhro--mengemukakan hal itu ketika menjawab pertanyaan mengenai posisi dan peran pers menjelang hari-H Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, 9 April 2014, serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI, 9 Juli mendatang.
Menurut dosen tetap pada Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Riau itu, kinerja jurnalis yang profesional akan menjadikan pers dipercaya dan disegani publik.
Peran tersebut, menurut Prof. Wiwieq, signifikan di tengah merosotnya secara tajam kepercayaan publik terhadap cabang-cabang kekuasaan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif). Begitu pula, terhadap partai politik yang merupakan pilar utama demokrasi.
"Inilah pertaruhan kredibilitas pers nasional yang harus ditunjukkan di tengah kontestasi partai-partai politik dan kompetisi antarelite," kata alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember itu.
Prof. Wiwieq menegaskan bahwa pers nasional pada dasarnya menjadi panutan (role model) bagi pers lokal. Karena sejauh ini, apa yang diberitakan oleh pers nasional akan dikutip dan disebarluaskan juga oleh pers lokal.
Menyinggung dua kepentingan yang kini tengah dihadapi perusahaan, yakni antara idealisme dan bisnis, Prof. Wiwieq menekankan, "Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional hari ini (9/2) dirasakan perlu menyeimbangkan antara profesionalisme jurnalis dan media sebagai institusi yang bergerak di bidang bisnis.
Menurut Prof. Wiwieq yang juga alumnus the Flinders University, Adelaide, Australia, hal itu merupakan persoalan tersendiri yang membutuhkan talenta dalam mengelolanya agar pers nasional tidak terjerumus pada kepentingan-kepentingan sesaat berjangka pendek yang merugikan kredibilitas dirinya. (Ant)
Editor : Bayu Probo
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...