Persaudaraan Ala Samin Sikep
Indonesia membutuhkan keberanian untuk belajar dari persaudaraan dari Sedulur Sikep.
SATUHARAPAN.COM – Pada satu Sabtu sore, Mbah Lasio menerima tamu, beberapa orang dari berbagai daerah. Dia mengatakan dalam bahasa Jawa yang intinya menyampaikan, ‘"Selamat datang, dan semoga dalam perjalanan tidak ada halangan, juga nanti ketika pulang, serta semua sejahtera. Saya tidak tahu siapa Anda, tetapi saya menerima Anda sebagai saudara, jika Anda menerima. Jika tidak, saya tetap menganggap Anda semua adalah saudara saya.’’
Mbah Lasio adalah sesepuh paguyuban Samin Sikep atau Sedulur Sikep di Desa Karang Pace, Klopo Duwur, di Kabupaten Blora. Sebutan Samin secara umum di Jawa lebih bermakna negatif, sebagai orang yang keras kepala dan bodoh. Namun, itu adalah bagian dari masa lalu komunitas Samin dalam melawan penjajah dan menolak membayar pajak dengan cara tanpa kekerasan.
Komunitas Samin memiliki pandangan yang sangat kuat tentang persaudaraan terhadap sesama manusia, bahkan makhluk lain. Mereka memandang semua orang sebagai saudara mereka. Paseduluruan (persaudaraan) adalah prinsip yang dipegang teguh oleh mereka, dan diwujudkan dengan perilaku yang tidak mau mencelakai siapa pun. Mereka bersikap jujur dan rendah hati kepada orang lain.
Komunitas Samin bahkan menghormati setiap tanaman dan hewan. Mereka akan berkata pada tanaman meminta direlakan daunnya untuk dipetik karena mereka membutuhkan untuk disayur sebagai makanan mereka. Prinsip paseduluran itu yang membuat hampir tidak ada pertengkaran di antara para warganya. Sehingga mereka bisa hidup dalam sejahtera dan merasakan ketentraman, meskipun secara umum mereka hidup sangat sederhana.
Prinsip paseduluran ini berlaku pada semua orang, tidak membedakan keyakinan dan ras, bahkan tanpa syarat. Komunitas Samin tetap menjadikan semua orang sebagai saudara, sekalipun orang lain tidak atau memusuhinya. Dan sekarang, Samin yang sering disebut dengan konotasi bodoh, keras kepala, bahkan gila, menjadi tempat orang belajar tentang persaudaraan.
Sejumlah pejabat Indonesia, termasuk Presiden Joko Widodo, pernah mengunjungi mereka di Karang Pace. Banyak orang datang pada malam Selasa dan Jumat ketika mereka mengadakan pertemuan, untuk belajar, antara lain tentang paseduluran dan kearifan komunitas ini. Dan tampaknya Indonesia, dengan kondisi sekarang yang dirundung banyak konflik, membutuhkan keberanian untuk belajar persaudaraan dari Sedulur Sikep.
Editor: Yoel M Indrasmoro
email: inspirasi@satuharapan.com
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...