Perseverance Mendarat di Kawah Jazero, Planet Mars
SATUHARAPAN.COM- NASA mengatakan pada hari Kamis (18/2) penjelajahnya, Perseverance, telah berhasil mendarat di Mars untuk menambang material sebagai bukti apakah kehidupan pernah ada di sana.
"Touchdown dikonfirmasi! Perseverance dengan aman mendarat di permukaan Mars," kata pimpinan operasi Swati Mohan saat pengawas misi di markas besar Jet Propulsion Laboratory NASA diramaikan oleh sorak-sorai.
National Aeronautics and Space Administration (NASA), badan antariksa Amerika Serikat mengatakan, penjelajah dengan enam roda itu meluncur melalui atmosfer tipis berwarna oranye dan mendarat di permukaan pada hari Kamis dalam manuver misi paling berisiko. Mars telah lama menjadi perangkap maut bagi pesawat ruang angkasa yang masuk.
Perseverance akan mengumpulkan sampel geologi yang akan dibawa kembali ke Bumi dalam waktu sekitar satu dekade untuk dianalisis untuk melihat tanda-tanda kehidupan mikroskopis kuno.
Pendaratan tersebut menandai kunjungan ketiga ke Mars hanya dalam waktu sepekan. Dua pesawat ruang angkasa dari Uni Emirat Arab dan China melayang ke orbit di sekitar Mars pada beberapa hari berturut-turut pekan lalu.
Ketiga misi tersebut lepas landas pada bulan Juli untuk memanfaatkan posisi planet Mars itu yang terdekat dengan Bumi, tapi itu berarti menempuh jarak sekitar 300 juta mil dalam hampir tujuh bulan.
Perseveranca menjadi penjelajah terbesar dan tercanggih yang pernah dikirim oleh NASA, menjadi pesawat ruang angkasa kesembilan yang berhasil mendarat di Mars, semuanya dari AS.
Kendaraan bertenaga plutonium seukuran mobil itu tiba di Kawah Jezero, mencapai target terkecil dan tersulit bagi NASA: jalur sepanjang 5-4 mil di delta sungai kuno yang penuh dengan lubang, tebing, dan kawasan berbatu. Para ilmuwan percaya bahwa jika kehidupan berkembang di Mars, itu kemungkinan terjadi pada tiga atau empat miliar tahun yang lalu, ketika air masih mengalir di planet tersebut.
Selama dua tahun ke depan, Percy, demikian julukan wahan penjelajah itu, akan menggunakan lengannya yang berukuran dua meter untuk menelusuri dan mengumpulkan sampel batuan dengan kemungkinan tanda-tanda kehidupan mikroskopis yang telah berlalu.
Tiga hingga empat lusin sampel seukuran kapur tulis akan disegel dalam tabung dan diambil di Mars dan dibawa pulang oleh kapal roket lain. Tujuannya adalah membawa mereka kembali ke Bumi pada awal tahun 2031.
Para ilmuwan berharap dapat menjawab salah satu pertanyaan sentral teologi, filsafat, dan eksplorasi ruang angkasa. “Apakah kita sendirian di gurun kosmik yang luas ini…?” kata wakil ilmuwan proyek Ken Williford. “Kami benar-benar di ambang kemungkinan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sangat besar ini.” (AP/Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...