Persoalan Palestina Bukan Agama, Tapi Kepentingan Bisnis
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Anggota Dewan Palestina untuk Kota Betlehem, Maher Canawati menjelaskan bahwa peperangan yang terjadi di tanah Palestina bukanlah karena masalah agama, melainkan hanya semata-mata persoalan kepentingan bisnis melalui upaya pencaplokan wilayah yang dilakukan Israel dan Amerika Serikat.
Untuk memberikan informasi tentang bagaimana kondisi Palestina sekarang, Canawati sengaja datang ke Jakarta, dalam kesempatan Press Conference di Gracia Tour & Travel, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (5/8).
“Dunia melihat konflik itu seolah-olah ada masalah agama, khususnya di Indonesia, ini yang biasanya saya dengar dari para reporter. Saya adalah warga Kristen Palestina, jadi masalah yang sebenarnya bukan konflik agama atau etnis, melainkan karena kepentingan suatu kelompok yang ingin mencaplok bagian dari wilayah kami, mungkin karena uang atau kepentingan terkait lainnya yang kemudian dipolitisasi,” urai Canawati.
Kendati demikian, Canawati tidak ingin membicarakan politik terlalu jauh, karena sangat rumit. Tetapi yang paling penting untuk dia sampaikan, di Palestina itu warganya bukan hanya beragama Islam, tetapi juga ada Kristen, Katolik bahkan Yahudi. Dan kebetulan Canawati yang seorang Kristen, merupakan salah satu dari 20 persen warga minoritas di Palestina, di mana hampir sekitar lebih kurang 80 persen penduduknya Muslim.
“Jadi masalah utamanya bukan pembunuhan agama tertentu, tetapi ada kepentingan lain yang jauh dari hal-hal berbau agama maupun etnis, sehingga karena kepentingan tersebut menyebabkan konflik dan perang yang terus menerus,” ungkapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, perang antara Israel dan Hamas di Palestina dimulai sejak 3 Juli di jalur Gaza, berlangsung selama 50 hari, namun saat ini sudah dilakukan gencatan senjata.
Begitu banyak orang khawatir dan takut akibat pemberitaan termasuk media massa yang ikut memberitakan berbagai kengerian akibat perang di Palestina. Akan tetapi Canawati memastikan situs-situs sejarah di Palestina sama sekali jauh dari kekacauan perang.
Di Betlehem ada 70 situs bersejarah yang ada di perjanjian lama, misalnya Sumur Daud, Padang Gembala, dan lain sebagainya. Tetapi situs-situs bersejarah itu bukan hanya ada di Palestina, tetapi juga ada di Israel.
“Maka kami ingin mengundang orang Kristen maupun Muslim agar tidak khawatir berziarah ke tanah suci,” ucap Canawati.
Sebagai anggota parlemen yang notabene merupakan lembaga yang lebih tinggi di Palestina daripada pemerintah pusat. Sehingga sebagai anggota dewan, Canawati berupaya mengembangkan dan merawat tempat-tempat bersejarah itu, yang memang merupakan tanah kelahiran para leluhurnya.
Canawati mengakui memang tidak semua orang boleh masuk ke Israel, misalnya seperti saudara kandungnya. Tetapi karena dia anggota dewan, jadi memiliki hak istimewa (privilege) untuk bisa memasuki wilayah Israel. Sehingga segala informasi yang ia sampaikan dalam kesempatan tersebut, dia pastikan akurat, karena ia memang melihat langsung situasinya.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...