Pertempuran Militer dan Pemberontak, 1.300 Orang Myanmar Melarikan Diri ke Thailand
BANGKOK, SATUHARAPAN.COM-Sekitar 1.300 orang telah melarikan diri dari Myanmar timur ke Thailand, kata para pejabat pada hari Sabtu (20/4), ketika pertempuran baru meletus di kota perbatasan yang baru-baru ini direbut oleh gerilyawan etnis.
Pejuang dari etnis minoritas Karen pekan lalu merebut pos terakhir tentara Myanmar di dan sekitar Myawaddy, yang terhubung ke Thailand melalui dua jembatan yang melintasi Sungai Moei.
Bentrokan terbaru terjadi pada pagi hari ketika gerilyawan Karen melancarkan serangan terhadap pasukan Myanmar yang bersembunyi di dekat Jembatan Persahabatan Thailand-Myanmar ke-2, yang merupakan titik persimpangan utama perdagangan dengan Thailand, kata kepala polisi Pittayakorn Phetcharat di distrik Mae Sot, Thailand. Dia memperkirakan sekitar 1.300 orang melarikan diri ke Thailand.
Pejabat Thailand melaporkan orang-orang mulai menyeberang sejak hari Jumat menyusul bentrokan di beberapa wilayah Myawaddy.
Jatuhnya Myawaddy merupakan kemunduran besar bagi militer yang merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada tahun 2021. Angkatan bersenjata Myanmar yang dulunya perkasa telah menderita serangkaian kekalahan yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Oktober lalu, kehilangan sebagian besar wilayah termasuk pos perbatasan oleh pejuang etnis, yang telah memperjuangkan otonomi yang lebih besar selama beberapa dekade, maupun unit gerilya pro demokrasi yang mengangkat senjata setelah pengambilalihan militer.
Bentrokan, yang melibatkan serangan pesawat tak berawak dari pasukan Karen dan serangan udara oleh militer Myanmar, telah mereda pada hari Sabtu siang dibandingkan dengan pagi hari, namun kepala polisi Mae Sot Pittayakorn Phetcharat mengatakan dia masih bisa mendengar suara tembakan sporadis. Dia mengatakan pihak berwenang Thailand akan memindahkan orang-orang yang melarikan diri ke daerah yang lebih aman.
Rekaman dari perbatasan Thailand menunjukkan tentara Thailand berjaga di dekat jembatan dengan latar belakang suara ledakan dan tembakan. Orang-orang dengan anak-anak menyeberangi sungai dengan membawa barang-barang mereka dan diterima oleh pejabat Thailand di tepi sungai. Beberapa terlihat berlindung di gedung-gedung di sepanjang tepi sungai di sisi Myanmar.
Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin, menulis di platform media sosial X pada hari Sabtu bahwa dia memantau dengan cermat situasi di perbatasan.
“Saya tidak ingin bentrokan seperti itu berdampak pada integritas wilayah Thailand dan kami siap melindungi perbatasan dan keselamatan rakyat kami. Pada saat yang sama, kami juga siap memberikan bantuan kemanusiaan jika diperlukan,” tulisnya.
Pada bulan Maret, Thailand mengirimkan gelombang pertama bantuan kemanusiaan ke Myanmar untuk sekitar 20.000 pengungsi.
Nikorndej Balangura, juru bicara Kementerian Luar Negeri, mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat bahwa Thailand saat ini sedang berupaya untuk memperluas inisiatif bantuannya. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...