Pertempuran Seru Berkobar di Sudan Selatan
JUBA, SATUHARAPAN.COM - Pasukan pemerintah Sudan Selatan dan pemberontak terlibat pertempuran seru di berbagai tempat di negara itu pada Rabu (8/1), sementara perundingan perdamaian di Ethiopia tampak tersendat.
Juru bicara pemberontak menyebut tidak ada gencatan senjata segera di negara itu, kecuali pemerintah membebaskan kelompok penting sekutu, yang ditahan setelah pertempuran dimulai lebih dari tiga pekan lalu.
Pejabat militer dari kedua pihak mengatakan pertempuran seru untuk menguasai Bor, ibu kota Negara Bagian Jonglei yang terletak persis utara ibu kota Juba, masih berlangsung.
Pertempuran juga berkobar di Negara Bagian Upper Nile yang memproduksi minyak, sementara pemberontak mengatakan lebih banyak tentara yang sebelumnya berpangkalan di Juba telah membelot dari pihak pemerintah dan dapat melancarkan satu serangan ke ibu kota itu.
"Pasukan kami akan mengkoordinasikan diri mereka sendiri, " kata juru bicara pemberontak Moses Ruai La, dan menambahkan para petempur anti-pemerintah sedang bersiap-siap untuk menyerang Juba dan Malakal, ibu kota Upper Nile.
Juru bicara tentara nasional, Philip Aguer, hanya mengonfirmasikan bahwa pertempuran terus berlangsung di sekitar Bor,
Pertempuran yang dimulai 15 Desember sebagai satu bentrokan antara kesatuan-kesatuan tentara yang setia kepada Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan mereka yang setia kepada mantan wakil presiden Reik Machar, dan meningkat menjadi perang antara pasukan pemerintah dan satu aliansi milisi etnik dan para koamndan tentara yang memberontak.
Ribuan orang tewas, kata para pejabat PBB, sementara lebih dari 200.000 orang mengungsi -- banyak yang berusaha mencari perlindungan pada pasukan perdamaian PBB di tengah-tengah gelombang aksi kekerasan etnik yang melibatkan etnik Dinka dari Presiden Kiir dan etnik Nuer dari Machar.
Kedua pihak sedang melakukan perundingan perdamaian di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, tetapi delegasi pemberontak mengisyaratkan bahwa peluang bagi gencatan senjata segera yang telah disepakati menipis karena pihak anti-pemerintah menginginkan sekutu-sekutunya mereka yang ditahan dibebaskan pemerintah Juba.
"Para kolega kami harus dibebaskan agar mereka dapat berperanserta," kata juru bicara pemberontak Yohanis Musa Pauk kepada wartawan di Addis Ababa.
"Anda tidak dapat pergi berunding sementara ada beberapa orang ditahan. Anda harus membebaskan mereka agar mereka dapat memainkan satu peran positif dalam perundingan-perundingan. Kami hanya menunggu bagi pembebasan para kolega kami yang ditahan, apabila mereka dibebaskan segera kami akan menandatangani perjanjian penghentian
permusuhan," tambahnya.
Pemerintah kini menahan 11 sekutu Machar, banyak di antara mereka tokoh-tokoh senior dan mantan menteri-menteri tetapi telah didesak oleh IGAD -- blok regional Afrika Timur yang berusaha menengahi satu gencatan senjata-- serta para diplomat Barat untuk membebaskan mereka sebagai satu isyarat iktikad baik.
Akan tetapi pemerintah tampaknya sejauh ini menolak tuntutan itu dan tetap menyatakan para tahanan itu harus diadili atas peran mereka dalam apa presiden itu katakan satu usaha kudeta. (AFP)
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...