Pertobatan Ahmad Akkari
STOCKHOLM, SATUHARAPAN.COM – Masih ingat kontroversi kartun Nabi Muhammad di koran Denmark, hampir delapan tahun lalu?
Hal itu bermula ketika koran Denmark, Jyllands-Posten, menerbitkan 12 kartun bergambar Nabi Muhammad tanggal 30 September 2005. Tentu saja, penerbitan kartun yang dinilai melecehkan Nabi itu memicu kemarahan kaum Muslim.Tak lama kemudian, pada bulan Januari dan Februari 2006, protes kaum Muslim meluas ke seluruh dunia, khususnya di Timur Tengah, dan sering menimbulkan aksi-aksi kekerasan yang menelan korban jiwa. Wikipedia menyebut 200 orang dilaporkan meninggal sebagai akibat krisis tersebut.
Belum lama ini, publik Denmark kembali dikejutkan oleh berita yang mengingatkan mereka pada kontroversi kartun itu. Seorang Muslim Denmark kelahiran Libanon, Ahmad Akkari (34), mengaku sebagai anggota kelompok yang pergi ke Timur Tengah dan menggalang protes terhadap pemuatan kartun pada tahun 2006. Upayanya berhasil membuat persoalan kartun Nabi Muhammad jadi gejolak internasional.
Rabu (7/08) lalu, Akkari memberitahu Associated Press bahwa kini ia menyesali tindakannya. “Saya ingin menjelaskan sekarang, kepergian saya dulu itu sama sekali salah,” kata Akkari pada AP sebagaimana dikutip The Huffington Post. “Pada waktu itu saya terpesona pada argumen kelompok Islamis sehingga tidak mampu melihat gambaran yang lebih besar. Saat itu saya yakin bahwa saya sedang berjuang demi keyakinan saya pada Islam.”
Akkari mengaku masih sebagai seorang Muslim yang taat, namun mulai mempertanyakan kebenaran cara pandang kaum Islamis setelah kunjungannya ke Libanon tahun 2007. “Saya terkejut saat sadar bahwa cara berpikir mereka sangat opresif,” katanya. Setahun kemudian ia pindah ke Greenland, wilayah terasing di Denmark yang berada di lingkar kutub Utara. Di sana ia bekerja di sekolah selama dua tahun. “Saya punya banyak waktu untuk membaca dan menulis. Juga merenung,” kata Akkari yang kini mencukur jenggot panjangnya.
Kini, menurut Akkari, penerbitan kartun itu boleh-boleh saja, dan reaksinya dulu salah. Bahkan ia membuktikan pandangannya dengan meminta maaf secara personal pada Kurt Westergaard, salah seorang kartunis yang karyanya dianggap paling menghina Nabi. Gara-gara karya itu, Westergaard harus menerima banyak ancaman mati oleh kalangan ekstrimis.
“Saya bertemu seseorang yang telah bertobat dari seorang Islamis menjadi humanis, yang kini memahami nilai-nilai masyarakat kita,” ujar Westergaard tentang Akkari. “Bagi saya, ia sungguh-sungguh jujur, meyakinkan dan teguh dalam pandangannya.”
Namun tidak semua pihak dapat menerima dan memahami “pertobatan” Akkari, termasuk mantan rekan-rekannya di Islamic Society of Denmark. Mereka bahkan menuduh Akkari hanya sekadar mencari perhatian saja. Bagi Bilal H. Assad, juru bicara kelompok itu, “Penerbitan gambar tentang Nabi Muhammad tetap tidak bisa diterima. Kami tidak mengubah pandangan kami sebelumnya.”
Begitu juga Micahel Ulveman, penasihat mantan PM Denmark, Anders Fogh Ramussen, yang memerintah saat kontroversi meledak, ikut meragukan niat Akkari. “Ahmad Akkari lebih baik pergi ke al-Jazeera dan mengatakan pada dunia Arab mengenai kesadaran barunya itu,” ujar Ulveman sinis di situs Facebook miliknya.
“Itu akan memberi sumbangan riil pada Denmark dan kebebasan berbicara. Juga meyakinkan banyak dari kita mengenai seberapa dalam perubahan orientasi berpikirnya.”
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...