Perundingan Damai Suriah akan Dimulai 10 Maret
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM - Perundingan damai Suriah yang dijadwalkan pada 9 Maret akan dimulai keesokan harinya dengan partisipan dijadwalkan akan tiba di Jenewa dalam beberapa hari mendatang, ungkap Utusan PBB Staffan de Mistura dalam pernyataan yang dipublikasikan pada Sabtu (5/3).
De Mistura mengatakan kepada surat kabar Al Hayat bahwa ia ingin perundingan yang ditujukan untuk mengakhiri perang di Suriah agar dimulai pada 9 Maret.
Namun, ia memperkirakan bahwa perundingan itu akan benar-benar dimulai pada keesokan harinya.
“Saya pikir kami akan memulai perundingan pada 10 Maret,” menurut pernyataannya yang dipublikasikan oleh surat kabar tersebut.
Meski beberapa delegasi diperkirakan akan tiba di Jenewa pada 9 Maret, delegasi lainnya diperkirakan akan tiba hingga 11 Maret atau bahkan tanggal 14 karena “masalah pemesanan hotel,” ujar De Mistura.
Dia mengatakan pertemuan persiapan akan digelar sebelum “diskusi mendalam secara terpisah.”
Putaran pertama perundingan pada awal Februari gagal dilakukan di tengah serangan udara intensif Rusia di Suriah sebagai bentuk dukungan bagi pasukan Presiden Bashar al Assad.
Presiden Vladimir Putin pada hari Jumat (4/3) mengatakan kepada para pemimpin Inggris, Prancis, Jerman dan Italia dalam telekonferensi bahwa keputusan rezim Suriah untuk menggelar pemilu parlemen pada April tidak bertentangan dengan proses perdamaian.
Sebaliknya, Presiden Prancis Francois Hollande mengkritik Presiden Suriah Bashar al-Assad karena akan menggelar pemilu pada bulan depan, menyebut tindakan itu “provokatif” dan “tidak realistis”.
“Rusia menekankan bahwa keputusan dari pemerintah Suriah untuk menggelar pemilu parlemen pada April 2016 telah sesuai dengan konstitusi Suriah dan tidak mengganggu tahapan pembangunan proses perdamaian,” kata Kremlin setelah telekonferensi tersebut.
Moskow menambahkan “pihaknya menyatakan senang bahwa perjanjian gencatan senjata secara keseluruhan dipatuhi, menimbulkan hasil positif pertama – dan yang terpenting – menciptakan kondisi untuk meluncurkan proses politik di Suriah lewat dialog intra-Suriah di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa.”
Sejumlah pemimpin juga “menyatakan kesiapan mereka” untuk meningkatkan kerja sama guna menyelesaikan masalah kemanusiaan darurat, menurut pernyataan dari Kremlin, yang mendukung rezim Assad lewat serangan udara sejak September lalu.
Kremlin menambahkan bahwa para pemimpin menekankan pentingnya pelaksanaan gencatan senjata “secara cermat” oleh semua pihak dalam konflik Suriah serta perlunya untuk melawan kelompok ekstremis. (AFP/Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...