Perundingan Damai Suriah di Jenewa: Bahas Isu Kemanusiaan dan Pembebasan Tahanan
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Delegasi Pemerintah dan oposisi Suriah akan fokus membahas tentang bantuan kemanusiaan untuk pengungsi dan rakyat Suriah, serta pembebasan tahanan dan korban penculikan.
Fokus itu disepakati setelah kedua delegasi bertemu dalam satu ruangan pada hari Sabtu (25/1), namun masing-masing melewati pintu yang berbeda.
Wakil Khusus Bersama PBB dan Liga Arab, Lakhdar Brahimi, yang menjadi mediator mengatakan, “Kami belum mencapai banyak hal, tapi kami terus melanjutkan," kata dia kepada wartawan di Jenewa, Swiss.
Pertemuan dan negosiasi dalam satu ruangan ini merupakan yang pertama bagi perdamaian Suriah yang jatuh dalam perang saudara sejak Maret 2011. Kedua delegasi duduk pada kursi dengan meja yang sama berbentuk U, namun satu sama lain tidak saling bicara.
Ada Kemajuan
"Situasi ini sangat kompleks, dan itu adalah situasi yang sangat sulit, dan kita bergerak tidak dalam langkah-langkah tetapi bahkan setengah - langkah," kata Brahimi tentang prose dua sesi dengan kedua kelompok.
Dia mengatakan bahwa konvoi bantuan ke kota Homs menduduki puncak agenda pertemuan sore hari Sabtu itu dan berlangsung sekitar dua jam. Sedangkan pembebasan tahanan dan korban penculikan akan dibahas pada hari Minggu (26/1) ini.
"Kami berharap bahwa pada akhirnya beberapa konvoi bantuan, barang, baik makanan dan non makanan, serta obat-obatan akan diizinkan untuk masuk ke kota tua itu," kata Brahimi.
Isu Pembuka
Masalah kemanusiaan menjadi agenda utama dalam pertemuan tentatif pertama antara rezim dan oposisi pasukan Suriah. Para delegasi di Jenewa tampaknya bertujuan untuk konsesi kecil, dan belum untuk kesepakatan damai penuh.
Brahimi mengatakan bahea dia mencoba untuk membangun kepercayaan dengan mengangkat masalah kemanusiaan sebagai agenda pertama . Dia mencoba membuat kemajuan dengan isu kemanusiaan yang bertujuan "menciptakan suasana" yang pada akhirnya akan memungkinkan kemajuan pada komunike Jenewa I 2012 yang menetapkan cetak biru untuk pembicaraan damai.
Sementara itu, pihak pemerintah Suriah fokus pada menghentikan terorisme dan kekerasan, dan bersikeras bahwa terlalu dini membahas posisi Presiden Bashar Al-Assad .
Brahiki mengakui ada kata-kata langsung telah dipertukarkan di antara kedua pihak, namun mereka mengatakan “melalui saya.” " Inilah yang terjadi dalam diskusi yang beradab," kata dia, di mana para pihak ditangani satu sama lain melalui pimpinan pembicaraan .
"Saya pikir itu adalah awal yang baik," kata dia, dan menambahkan dia "berdoa untuk beberapa kabar baik" yang akan datang pada isu-isu kemanusiaan pada hari Minggu ini.
Pertemuan hari Minggu akan fokus pada isu mereka yang dipenjara dan orang-orang yang diculik di Suriah. Negosiator akan melihat apakah ada yang dapat dilakukan untuk kebebasan, setidaknya bagi beberapa dari orang-orang yang dirampas kebebasannya", kata Brahimi.
Bicara Langsung
Ada harapan bahwa kesepakatan kecil akan membuka jalan bagi pembahasan isu-isu yang lebih luas seperti transisi politik yang diagendakan pada pekan depan, meskipun sejauh ini belum ada tanda-tanda kesamaan tentang isu ini.
Sementara itu, kepala staf pemimpin Koalisi Nasional Suriah, Monzer Akbik, menyatakan bahwa proses transisi telah dimulai dengan sungguh-sungguh. "Hari ini kami memiliki kesempatan untuk berbicara langsung kepada rezim ... Anda tahu kebiasaan diktator, mereka tidak suka mendengarkan. Tapi hari ini mereka harus mendengarkan kita dan suara rakyat Suriah bahwa mereka ingin transisi dari kediktatoran ke demokrasi."
Namun Duta Besar Suriah untuk PBB, Bashar Jafari, yang datang sebagai bagian dari delegasi pemerintah, sebelumnya mengatakan kepada BBC bahwa hal itu terlalu dini untuk berbicara tentang Al-Assad mengundurkan diri, serta masalah itu "bukan prioritas". "Butir nomor satu harus mengakhiri terorisme dan kekerasan," kata dia.
Namun dia mengatakan ada kesamaan antara pihak-pihak bahwa " kita harus berbicara tentang segala sesuatu, segala sesuatu , tanpa selektivitas apapun ... dan tidak ada prasyarat dan tidak ada agenda tersembunyi ".
Namun dia menuduh delegasi koalisi menyembunyikan "kebencian pribadi terhadap pemerintah untuk suatu alasan".
Tujuan Masih Berbeda
Konflik bersenjata selama hampir tiga tahun di Suriah telah membunuh lebih dari 130.000 jiwa. Kekerasan menyebabkan 9,5 juta orang terusir dari rumah mereka, menciptakan krisis kemanusiaan besar di Suriah dan negara tetangga.
Masalah yang masih mengganjal dalam perundingan itu adalah oosisi dan pemerintah secara fundamental masih berbeda mengenai tujuan dan agenda konferensi. Selegasi pemerintah menekankan masalah utama untuk menemukan solusi mengenai terorisme yang didukung asing, dan hal itu bisa berarti seluruh oposisi bersenjata.
Sedangkan pihak oposisi bersikeras bahwa rezim harus melaksanakan kesepakatan tertulis kepada komunike Jenewa I yang menyebutkan proses transisi. Komunike mendesak Suriah untuk membentuk otoritas pemerintahan transisi yang mencakup anggota pemerintah saat ini dan oposisi, serta kelompok lain. (un.org / bbc.co.id)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...