Perundingan Nuklir Iran Diperpanjang
WINA, SATUHARAPAN.COM – Negosiasi perjanjian nuklir antara Iran dan enam negara adidaya akan diperpanjang sampai Jumat (10/7) untuk memberikan lebih banyak waktu membicarakan kesepakatan akhir, kata negosiator Amerika Serikat, Selasa (7/7).
"Kami telah membuat kemajuan substansial dalam setiap bidang, tapi pekerjaan ini sangat teknis dan tinggi taruhannya untuk semua negara yang terlibat,” kata Marie Harf, juru bicara untuk delegasi AS, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Kami terus terang lebih peduli tentang kualitas dari kesepakatan daripada ribut soal waktu, meskipun kami juga tahu bahwa keputusan yang sulit juga membutuhkan banyak waktu- itu sebabnya kami terus bernegosiasi."
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan ada "alasan" untuk percaya kesepakatan akan dilakukan dalam "beberapa hari", dan bahwa ada "pemahaman" sebagian besar sanksi terhadap Iran saat ini akan dibicarakan.
"Hanya ada satu masalah besar dalam hal sanksi - yaitu masalah embargo senjata", katanya kepada wartawan, menurut kantor berita Interfax.
Perpanjangan perundingan yang diselenggarakan di Vienna ini dikonfirmasi oleh kepala diplomat Uni Eropa pada hari Selasa (7/7).
"Kami terus bernegosiasi untuk beberapa hari. Ini tidak berarti kami mengulur-ulur batas waktu kami," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini di luar hotel tempat perundingan antara Iran dan negara-negara besar yang saat ini sedang berlangsung.
Kesepakatan yang sedang dibahas antara Iran dan P5 + 1 yang terdiri dari Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia dan Amerika Serikat bertujuan untuk membatasi kegiatan nuklir paling sensitif di Teheran selama satu dekade atau lebih dengan melakukan pertukaran bantuan dari sanksi yang telah memangkas ekspor minyak Iran dan melumpuhkan ekonomi mereka.
Negosiator melewatkan batas waktu 30 Juni untuk kesepakatan akhir dan kemudian memperpanjang tenggat waktu hingga Selasa (7/7).
"Kami menafsirkan dengan cara yang fleksibel tenggat waktu kami, yang berarti bahwa kita mengambil waktu, hari-hari masih kita perlukan, untuk menyelesaikan perjanjian", kata Mogherini menambahkan bahwa masih ada beberapa masalah yang sulit untuk diselesaikan.
Di antaranya, kata para pejabat, tuntutan Iran untuk embargo senjata PBB dan sanksi rudal balistik yang akan diangkat, keringanan sanksi dari AS dan Uni Eropa, dan perselisihan penelitian nuklir Iran di masa depan dan pengembangannya.
"Kami telah memasuki tahap paling sulit, tetapi juga yang paling nyata, ini merupakan bagian dari negosiasi", Mogherini menambahkan.
"Kami tahu itu akan sulit, menantang dan kadang-kadang keras dan terjadi ketegangan di beberapa hal dan lain-lainnya di mana kami telah membuat kemajuan".
Dia mengatakan menteri luar negeri sekarang di Wina mungkin datang dan pergi.
"Jangan terlalu bersemangat jika Anda melihat menteri meninggalkan kita. Mereka mungkin akan kembali. Mereka akan kembali. Dan itu tidak berarti bahwa kita berhenti melakukan pekerjaan yang kita lakukan di dalam. Tetapi sebaliknya, kita harus terus bekerja."
Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius menegaskan bahwa ia akan pergi, dan kembali ke Wina pada Rabu (8/7) malam.
AS dan sekutunya takut Iran menggunakan program nuklir sipilnya untuk mengembangkan kemampuan senjata nuklir. Iran mengatakan program nuklirnya merupakan program perdamaian.
Presiden AS Barack Obama memperingatkan Iran pekan lalu bahwa tidak akan ada kesepakatan nuklir jika Teheran tidak setuju dengan inspeksi fasilitas yang "serius dan ketat".
"Tujuan dari perundingan nuklir tidak mengandalkan kepercayaan, namun untuk mengatur mekanisme diverifikasi di mana kita memotong jalur bagi Iran untuk mendapatkan senjata nuklir,” kata Obama.
Kelompok utama oposisi Iran, Dewan Nasional Perlawanan Iran (NCRI), bulan lalu menerbitkan sebuah laporan 28 halaman yang menyatakan bahwa Iran telah berusaha untuk menjaga infrastruktur nuklirnya secara utuh dan mempertahankan kemampuan untuk menghasilkan senjata nuklir.
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei telah menempatkan garis merah untuk inspektur internasional memiliki akses ke situs militer Iran dan ilmuwan nuklir dan menghentikan Penelitian nuklir dan Pengembangan (R&D).
NCRI, kelompok yang pertama meniup peluit pada pengayaan uranium dan air berat situs rahasia Iran pada tahun 2002, pekan lalu juga memperingatkan bahwa tanpa "akses yang lengkap dan tidak terbatas" untuk inspektur internasional untuk memantau fasilitas militer Iran, Iran tidak dapat dipercaya untuk mematuhi dengan ketentuan perjanjian internasional. (iranfocus.com)
Editor : Eben Ezer Siadari
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...