Islam Nusantara Dibicarakan di PBB
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Untuk pertama kalinya, wajah muslim moderat Indonesia menjadi topik diskusi di antara para pemuka agama, pengamat, diplomat, serta tokoh masyarakat di kantor pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, seperti dilaporkan voaindonesia.com.
Diskusi tersebut diprakarsai oleh Perwakilan Tetap Republik Indonesia di PBB, Nusantara Foundation, dan Dompet Dhuafa. Tema yang diangkat adalah Islam Nusantara, sebab Islam Nusantara dijadikan contoh bagi negara-negara di dunia, untuk menunjukkan keragaman, toleransi, dan demokrasi.
Persitiwa 11 September 2001 yang menewaskan 3.000 orang di tiga kota di Amerika Serikat (AS) itu, menimbulkan luka yang mendalam, tidak hanya bagi orang AS, tetapi juga bagi seluruh dunia. Insiden tersebut membawa prasangka buruk terhadap Islam. Para pemuda agama, baik Islam maupun agama lain, telah berupaya menepis anggapan yang keliru ini untuk menunjukkan Islam adalah agama yang damai.
Salah seorang antropolog yang sudah lama melakukan penelitian di Indonesia, Dr. James B. Hoesterey, mengaku senang karena negara-negara lain bisa mendengarkan sedikit lebih dalam mengenai Islam di Indonesia.
Islam Nusantara, menurut peneliti asal Universitas Emory di Atlanta tersebut, tidak sama dengan Islam di negara lain seperti Arab Saudi.
“Kalau kita lihat ke depan, mungkin Indonesia bisa menjadi contoh,” kata dia.
Sementara itu, pakar sejarah Islam Indonesia, Dr. Chiara Formichi, mengatakan, Islam Nusantara sangat erat dengan budaya dan sejarah Indonesia dan bisa menjadi contoh untuk mengerti asalan seseorang memeluk Islam.
“Gagasan Islam Nusantara sangat erat dengan budaya dan sejarah Indonesia. Saya tidak tahu bisa diterapkan di negara lain atau tidak, tetapi yang jelas, (Islam Nusantara) bisa menjadi contoh untuk mengerti mengapa seseorang memeluk Islam," katanya.
"Ada banyak cara untuk memahami Islam dan banyak cara untuk berinteraksi dengan non Muslim. Muslim disana juga punya banyak pengalaman berbeda. Jadi ada banyak pelajaran yang bisa dipetik,” ujar dia menjelaskan.
IMAAM Center, Masjid Komunitas Islam di Washington DC
Bukti keragaman dan keterbukaan Muslim Indonesia itu terlihat di IMAAM Center, Masjid kebanggaan komunitas Indonesia di sekitar Washington DC. Sejak diresmikan akhir tahun 2014 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, masjid ini tidak hanya menjadi pusat ibadah tapi juga kegiatan sosial.
Masjid yang dikelola Asosiasi Muslim Indonesia di AS, (IMAAM) ini membuka pintu kepada seluruh warga Indonesia, komunitas Muslim dari mana saja, serta tetangga dan sahabat.
Salah seorang jemaahnya asal Ethiopia, Abdul Kadir, mengaku tertarik dengan masyarakat Indonesia karena kebersamaannya. ,
“Saya sangat tertarik dengan masyarakat Indonesia karena kebersamaannya. Mereka selalu bersama-sama di kala senang maupun susah," kata dia. "Dan mereka suka makan-makan,” ujar dia menambahkan, masjid semakin ramai bila akhir pekan tiba.
Tahun ini adalah pertama kalinya IMAAM Center mengadakan kegiatan Ramadan. Selain buka puasa dan sholat tarawih bersama setiap hari, rumah ibadah ini juga mengadakan pesantren kilat serta berbagai ceramah dan diskusi.
Pada bulan Ramadan, suasana kebersamaan kian terasa di Masjid ini dengan acara buka puasa bersama dengan masyarakat sambil mencicipi kuliner nusantara.
Editor : Eben Ezer Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...