Pesawat Bertenaga Surya Keliling Dunia Tiba di India
AHMEDABAD, SATUHARAPAN.COM - Sebuah pesawat terbang bertenaga surya buatan Swiss, tiba di India, Selasa (10/3) malam, merampungkan tahap keduanya dalam misi penerbangan keliling dunia tanpa menggunakan bahan bakar fosil sama sekali.
Pesawat Solar Impulse 2 (Si2), mendarat di Bandara Sardar Vallabhbhai Patel International Airport, Ahmedabad, di Negara Bagian Gujarat, sekitar 16 jam setelah berangkat dari Muscat di Oman, dan terbang sejauh 1.465 kilometer. Itu adalah penerbangan pertama pesawat itu melintasi laut. Perjalanan dimulai di Abu Dhabi pada Minggu.
Pesawat pertama di dunia yang menggunakan tenaga matahari itu, akan berada di Ahmedabad selama dua hari sebelum terbang ke Kota Varanasi di India utara hari Sabtu (14/3).
Kedua pilotnya, Bertrand Piccard dan Andre Boschberg, dari Swiss, bergiliran menerbangkan pesawat itu untuk merampungkan perjalanan keliling dunia sejauh kira-kira 35.000 kilometer.
Bertrand Piccard yang kesehariannya seorang psikiater, memiliki catatan pengalaman terbang dengan balon berkeliling dunia bersama Brian Jones. Ayahnya, Jacques Piccard dikenal sebagai penjelajah laut, dan kakeknya, Auguste Piccard adalah ahli fisika yang gemar menjelajahi laut dan udara, juga dikenal sebagai penerbang balon. Sementara Andre Boschberg adalah seorang pengusaha yang berlisensi pilot.
Sayap-sayap pesawat Si2 dilapisi lebih dari 17.000 sel surya, yang berfungsi mengisi baterainya. Pesawat itu normalnya terbang pada kecepatan 45 kilometer per jam. Rentang kedua sayapnya mencapai 72 meter dan pesawat itu memiliki berat sekitar 2.300 kilogram. Sebagai perbandingan, sebuah pesawat Boeing 747 yang kosong beratnya kira-kira 180.000 kilogram.
Kedua pilot itu mengatakan, ingin menunjukkan pentingnya sumber energi terbarukan dan semangat inovasi.
Si2 akan berhenti 12 kali dalam perjalanannya, termasuk di Tiongkok dan Mandalay di Myanmar, sebelum melintasi Samudera Pasifik. Pesawat itu akan mendarat di Hawaii dan pesisir timur Amerika sebelum melintasi Samudera Atlantik. Pesawat itu mungkin akan berhenti di Eropa selatan atau Afrika utara, bergantung pada kondisi cuaca. Kedua pilot itu telah berlatih keras, untuk penerbangan ini yang akan memakan waktu total lebih dari lima bulan. (voaindonesia.com/thehindu.com)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...