Pesawat Libya Dibajak Mendarat Di Malta
MALTA, SATUHARAPAN.COM – Sebuah pesawat penerbangan domistik Libya dibajak seorang yang mengaku membawa granat tangan, pada hari Jumat (23/12), dan penerbangan dialihkan dan mendarat di Malta beserta 118 penumpang dan awak.
Pembajak itu mengatakan pada awak pesawat bahwa dia adalah pendukung Gaddhafi, dan bersedia membiarkan 111 penumpang untuk meninggalkan pesawat itu, dari jenis Airbus A320. Namun tidak melepaskan tujuh awaknya, jika tuntutannya tidak dipenuhi, menurut laporan Times of Malta.
Namun sejauh ini tidak dijelaskan apa tuntutannya. Beberapa laporan media yang juga dikutip Reuters, mengatakan di dalam pesawat ada lebih dari satu pembajak. Mereka mengaku pendukung mantan Presiden Libya, Moamar Gaddhafi yang tewas dalam pemberontakan pada tahun 2011. Negara itu kini dalam konflik kekerasan antar faksi.
Pasukan disebutkan telah dalam poisis beberapa ratus meter dari pesawat yang ada di landasan, dan tidak ada yang terlihat menaiki atau menuruni pesawat itu. Mesin pesawat itu dikatakan masih menyala selama 45 menit setelah mendarat pada Jumat pagi.
Namun informasi terakhir disebutkan bahwa 109 penumpang dilepaskan dari pesawat. Sementara dua pilot dan sejumlah awak masih berada di dalam pesawat. Sedangkan pembajak disebutkan ada dua orang.
Akibat pembajakan ini, sejumlah penerbangan internasional ke Malta dibatalkan dan dialihkan ke bandar udara lain.
Seorang pejabat senior Libya, yang dikutip Reutets mengatakan bahwa pesawat itu masih dalam penerbangan pada Jumat pagi danpilot melaporkan pada menara pengawas di bandar udara Tripoli, Libya.
Pilot melaporkan pada petugas menara pengawas bahwa pesawat dibajak, dan kemudian komunikasi terputus, kata pejabat yang tidak bersedia namanya disebutkan.
Pilot berusaha agar pesawat tetap mendarat di bandar udara tujuan, tetapi para pembajak menolak. Pesawat itu terbang dari Sebha di barat daya Tripoli untuk penerbangan perusahaan negara, Afriqiyah Airways, menuju Tripoli yang biasanya ditempuh dalam dua jam.
Pesawat itu sekarang ada di malta, sebuah negara pulau kecil di Laut Tengah, sekitar 500 kilometer dari Tripoli, dan merupakan anggota Uni Eropa.
Pembajakan pesawat pernah terjadi di Malta pada tahun 1985 ketika pembajak dari Palestina mengambil alih pesawar Egyptair. Komando pasukan Mesir, menyerbu pesawat dan puluhan orang tewas.
Perdana Menteri Malta, Joseph Muscat, dalam pesan melalui akun Twitter mengatakan bahwa mengingat situasi keamanan akibat pembajakan pesawat Libya, penerbangan dialihkan, dan operasi darurat tengah dijalankan.
Editor : Sabar Subekti
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...