Pesawat Tempur Israel Gempur Suriah, Pasukannya Maju Lebih Jauh di Negara Itu
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Israel melancarkan gelombang serangan udara besar-besaran di Suriah saat pasukannya maju lebih jauh ke negara itu, kata pemantau perang oposisi Suriah pada hari Selasa (10/12), dan menteri pertahanan Israel mengumumkan bahwa pasukannya telah menghancurkan angkatan laut Suriah.
Israel mengakui telah maju ke zona penyangga di dalam Suriah setelah penggulingan Presiden Bashar al Assad. Namun masih belum jelas apakah tentara Israel telah melampaui daerah itu, yang didirikan lebih dari 50 tahun yang lalu. Israel membantah bahwa mereka maju ke ibu kota Suriah, Damaskus.
Militer Israel mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka telah melancarkan lebih dari 350 serangan di Suriah selama 48 jam terakhir, menghantam "sebagian besar persediaan senjata strategis" di negara itu untuk mencegahnya jatuh ke tangan para ekstremis.
Sasarannya termasuk sistem pertahanan udara, lapangan udara militer, depot rudal, dan puluhan lokasi produksi senjata di Damaskus dan kota-kota lain. Reporter Associated Press di ibu kota mendengar serangan udara besar-besaran pada malam hari hingga Selasa pagi.
Kapal rudal Israel juga secara bersamaan menyerang dua fasilitas angkatan laut Suriah, tempat militer mengatakan 15 kapal angkatan laut Suriah berlabuh. Israel tidak menyebutkan berapa banyak kapal yang diserangnya, tetapi perusahaan keamanan swasta Ambrey mengatakan telah melihat bukti bahwa setidaknya enam kapal rudal era Uni Soviet terkena serangan.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan Israel bermaksud untuk membangun zona demiliterisasi di Suriah selatan.
Berbicara di pangkalan angkatan laut di Haifa, Katz mengatakan tentara akan menciptakan "zona pertahanan yang bebas dari senjata dan ancaman teroris di Suriah selatan, tanpa kehadiran Israel secara permanen, untuk mencegah terorisme di Suriah berakar."
Dia memberikan sedikit perincian tentang apa yang dimaksud, tetapi memperingatkan pemberontak Suriah bahwa "siapa pun yang mengikuti jalan Assad akan berakhir seperti Assad. Kami tidak akan membiarkan entitas teroris Islam ekstremis bertindak melawan Israel."
Israel juga telah lama memperingatkan bahwa perbatasan Suriah-Lebanon dapat digunakan untuk menyelundupkan senjata kepada militan Hizbullah.
Di wilayah yang memiliki banyak garis geopolitik yang berdekatan, setiap gerakan militer dapat memicu ketakutan regional. Jaraknya hanya 25 mil (40 kilometer) dari Damaskus ke zona penyangga, dan hanya beberapa mil lagi ke wilayah Israel.
Tidak ada komentar langsung dari kelompok pemberontak — yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham, atau HTS — yang telah menguasai sebagian besar negara itu. Kemajuan kilat mereka mengakhiri kekuasaan keluarga Assad selama setengah abad setelah hampir 14 tahun perang saudara, meninggalkan banyak pertanyaan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Anggota pemerintah Suriah yang digulingkan secara bertahap akan menyerahkan kekuasaan kepada kabinet transisi baru yang dipimpin oleh Mohammed al-Bashir, yang dilaporkan memimpin "pemerintahan penyelamatan" aliansi pemberontak di bentengnya di Suriah barat daya.
Pejabat yang akan segera lengser bertemu untuk pertama kalinya pada hari Selasa dengan al-Bashir, yang mengatakan kepada wartawan bahwa masa transisi akan berlangsung hingga awal Maret.
Damaskus Kini Lebih Indah
Kehidupan di ibu kota perlahan kembali normal setelah Assad digulingkan, yang melarikan diri dari negara itu selama akhir pekan dan telah diberikan suaka politik di Rusia.
Bank-bank swasta dibuka kembali atas instruksi dari bank sentral, kata Sadi Ahmad, yang mengelola cabang di lingkungan kelas atas Abu Rummaneh. Ia mengatakan semua karyawannya kembali bekerja.
Toko-toko juga dibuka kembali di pasar Hamidiyeh kuno di kota itu, tempat orang-orang bersenjata dan warga sipil terlihat membeli parfum dan es krim. Seorang pemilik toko pakaian, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena takut akan pembalasan, mengatakan ia berharap para pedagang tidak perlu lagi membayar suap kepada petugas keamanan.
Di Bakdash, sebuah toko es krim terkenal, sebuah poster di luar bertuliskan: “Selamat datang para pemberontak Suriah yang merdeka. Hidup Suriah yang merdeka.”
“Damaskus kini lebih indah,” kata Maysoun Qurabi, yang sedang berbelanja di pasar. “Kota itu memiliki jiwa, dan orang-orang merasa nyaman dan aman.” Di bawah Assad, katanya, “orang-orang lapar dan takut. Rezim itu kuat.”
Warga Suriah di seluruh kota merayakan jatuhnya Assad, dan berharap agar tuntutan suap yang tak henti-hentinya yang mengatur sebagian besar kehidupan segera berakhir.
“Kami senang bisa menyingkirkan rezim yang korup,” kata Abdul-Jalil Diab, yang sedang berjalan-jalan di sebuah alun-alun di Damaskus barat bersama saudara-saudaranya. Diab mengatakan bahwa ia tinggal di Yordania hingga kota itu jatuh, belajar bahasa Jerman dengan harapan bisa pindah ke Jerman. Sekarang ia sedang mempertimbangkan kembali rencana tersebut.
“Seluruh negeri terasa lebih baik,” katanya.
Namun, ada juga tanda-tanda kekacauan. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan masih menerima laporan bahwa pasokan bantuan kemanusiaan dijarah di gudang-gudang PBB dan gudang-gudang milik Bulan Sabit Merah Arab Suriah, termasuk di sekitar Damaskus.
Serangan Israel Menuai Kecaman
Segera setelah jatuhnya Assad, pasukan Israel pindah ke zona penyangga seluas sekitar 400 kilometer persegi (155 mil persegi) di dalam wilayah Suriah yang didirikan setelah perang Timur Tengah 1973, Langkah itu katanya diambil untuk mencegah serangan terhadap warga negaranya.
Israel memiliki sejarah panjang dalam merebut wilayah selama perang dengan negara-negara tetangganya dan mendudukinya tanpa batas waktu, dengan alasan masalah keamanan. Israel merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam perang Timur Tengah tahun 1967 dan mencaploknya dalam sebuah tindakan yang tidak diakui secara internasional, kecuali oleh Amerika Serikat.
Syrian Observatory for Human Rights yang berpusat di Inggris, yang telah memantau konflik tersebut sejak perang saudara meletus pada tahun 2011, mengatakan Israel telah melancarkan lebih dari 300 serangan udara di seluruh negeri tersebut sejak pemberontak menggulingkan Assad.
The Observatory, dan Mayadeen TV yang berpusat di Beirut, yang memiliki reporter di Suriah, mengatakan pasukan Israel bergerak maju ke sisi Suriah di perbatasan dengan Lebanon dan telah mencapai jarak 25 kilometer (15 mil) dari Damaskus, yang dibantah oleh militer Israel.
Israel Membantah Bergerak Maju ke Damaskus
Letnan Kolonel Nadav Shoshani, seorang juru bicara militer Israel, mengatakan "laporan yang beredar di media tentang dugaan pergerakan tank Israel ke arah Damaskus adalah salah." Ia mengatakan pasukan Israel ditempatkan di dalam zona penyangga untuk melindungi Israel.
Militer Israel sebelumnya mengatakan pasukan akan memasuki zona penyangga "dan beberapa tempat lain yang diperlukan untuk pertahanannya."
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kemudian mengonfirmasi serangan udara tersebut, dengan mengatakan bahwa serangan itu bertujuan untuk menghancurkan "kemampuan militer" yang tersisa dari pemerintah yang digulingkan, dan mengatakan Israel menginginkan hubungan dengan pemerintah baru di Suriah. Ia berbicara dalam sebuah pernyataan video yang direkam setelah hari pertama kesaksiannya dalam persidangan korupsinya.
Mesir, Yordania, dan Arab Saudi telah mengutuk serangan Israel, menuduhnya mengeksploitasi kekacauan di Suriah dan melanggar hukum internasional.
Turki, yang telah menjadi pendukung utama oposisi Suriah terhadap Assad, juga mengutuk serangan Israel. Kementerian Luar Negeri Turki menuduh Israel "menunjukkan mentalitas penjajah" pada saat kemungkinan perdamaian dan stabilitas telah muncul di Suriah.
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, pada hari Senin (9/12) mengatakan serangan Israel merupakan pelanggaran terhadap perjanjian pelepasan diri tahun 1974 dan meminta Israel dan Suriah untuk menegakkannya. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Kenali Gejala Lupus
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi imunologi klinik Univers...