Pesawat Terbang Bertenaga Matahari
SATUHARAPAN.COM – Para ahli mulai mengembangkan solar power system atau energi tenaga matahari dengan sangat serius. Sekitar sepuluh tahun terakhir ini, Amerika Serikat sangat intens untuk berusaha mewujudkan sebuah pesawat yang menggunakan tenaga matahari sebagai bahan bakar energinya. Saat ini pesawat impian tersebut telah rampung dikerjakan oleh para ahli dan telah melakukan penerbangan pertamanya pada hari Jumat (3/5) kemarin. Para ahli berharap pesawat yang diberi nama Solar Impulse ini, mampu menjadi inovasi yang mengagumkan di bidang pemanfaatan tenaga matahari.
Energi bertenaga matahari atau solar system merupakan salah satu dari banyak jenis energi terbarukan. Energi terbarukan adalah energi yang dihasilkan tanpa menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil, seperti minyak bumi dan batubara. Memang, bahan bakar yang berasal dari fosil sudah terlebih dahulu ditemukan dan pemanfaatannya sudah sangat tinggi. Salah satu pemanfaatan terbesar bahan bakar fosil adalah sebagai bahan bakar penghasil energi listrik. Bukankah dunia akan muram tanpa listrik?
Akibat kebutuhan energi yang terus bertambah itu, cadangan dunia akan bahan bakar fosil semakin menipis. Disinilah berlaku hukum ekonomi, permintaan tinggi, suplai semakin sedikit, pasti harga semakin mahal kan? Inilah salah satu penyebab semakin tingginya harga minyak dunia. Harga minyak yang tinggi menyebabkan para pengusaha dan orang-orang yang membutuhkan energi, harus memutar otak mereka untuk mencari bahan bakar pengganti. Kebanyakan pilihannya jatuh pada batubara.
Celakanya, batubara bukanlah jawaban. Cadangan batubara juga terbatas, walaupun Indonesia merupakan salah satu negara terbesar penghasil batubara. Lagipula batubara merupakan bahan bakar yang paling kotor, karena batubara merupakan penyumbang karbon terbesar di bumi.
Efek terburuk yang dimiliki karbon, bila terhirup, karbon akan menumpuk di saluran pernafasan, menyebabkan sesak nafas dan perlahan anda tidak akan bisa bernafas lagi. Selain itu karbon yang terlepas ke udara akan membentuk sebuah lapisan di bawah atmosfer bumi dan membentuk sebuah selubung atau sebuah selimut yang menutupi bumi. Selubung ini menyebabkan sinar matahari yang masuk ke bumi terperangkap dan tidak dapat dipantulkan kembali. Kumpulan gas-gas berbahaya inilah yang disebut sebagai Gas Rumah Kaca (GRK). GRK ini yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim akibat suhu bumi yang semakin tinggi.
Berkah
Lalu harus bagaimana? Energi tenaga matahari adalah salah satu jawabannya. Bagi Indonesia yang merupakan negara tropis dan matahari yang bersinar hampir sepanjang tahun, inovasi ini benar-benar sebuah berkah. Energi tenaga matahari merupakan energi yang paling aman, tidak menimbulkan hasil pembakaran yang merugikan manusia maupun lingkungannya. Energi tenaga matahari bukanlah barang baru di Indonesia. Ini telah diaplikasikan ke banyak produk. Yang paling sering dijumpai adalah pemanfaatan tenaga matahari yang diaplikasikan ke pemanas air untuk kamar mandi. Dan apakah anda mengetahui, bahwa Indonesia telah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), sejak dua dekade ini?
Namun sayangnya pemanfaatan energi matahari ini belum optimal. PLTS yang telah dikembangkan selama dua dekade baru dapat menghasilkan 13,5 MW listrik. Ini adalah nilai yang dicatat oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim. Nilai ini masih sangat minim bila dibandingkan dengan perkiraan angka kebutuhan energi Indonesia. Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Prof Dr. Herman Agustiawan, mengatakan, konsumsi energi Indonesia tahun 2013 berada pada angka 645 KWh per kapita per tahun. Artinya dalam sehari satu jiwa penduduk Indonesia mengkonsumsi energi listrik sekitar 2 Kwh. Maka dengan perkiraan penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa, angka konsumsi energi nasional diperkirakan sebesar 500.000 MW.
Apabila kita ingin membandingkan, ibukota Mesir, Abu Dhabi, yang merupakan negara kaya penghasil minyak, justru saat ini tengah gencar menggunakan tenaga matahari untuk dapat memenuhi kebutuhan energi sebagai penjamin pasokan listrik bagi ribuan rumah.
"Beberapa negara menyadari bahwa cadangan bahan bakar fosil mereka bersifat sementara. Walaupun jumlah minyak dan gas sangat besar , namun semua itu bukan tanpa batas. Negara-negara itu mengatakan, mereka perlu energi masa depan, di luar itu semua," kata Direktur Earth Institute di Universitas Columbia, New York, Jeffrey Sachs. Ia mengatakannya dalam kunjungan ke Abu Dhabi, seperti dikutip DW.
Mahal
Salah satu kendala yang sering dihadapi pada penggunaan tenaga matahari ini adalah mahalnya harga panel surya. Lagipula untuk dapat memberikan pasokan energi yang tinggi, dibutuhkan lahan yang besar untuk meletakan panel atau cermin penangkap sinar matahari. Keluhan merusak estetika kerap ditemui. Hal ini sudah dapat diatasi oleh para arsitek dan ilmuan dari Eropa. Mereka telah mendesain bentuk dan penempatan panel agar antara fungsi dan keindahan dapat tetap beriringan.
Permasalahan mahalnya harga dapat diatasi dengan menggunakan bahan-bahan lokal yang terjangkau. Walaupun jika kita mau melihat, harga yang kita bayarkan, tidak sebanding hasil akhir yang akan kita dapatkan. Selain itu pendirian laboratorium yang khusus melakukan riset pengembangan Photovoltaic (PV) cell, sangat penting dilakukan. Agar program nasional pada perluasan penggunaan sumber energi terbarukan, khususnya energi tenaga matahari dapat terpenuhi.
Editor : Wiwin Wirwidya Hendra
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...