Petani Kopi Lahat Tewas Diterkam Harimau
PALEMBANG, SATUHARAPAN.COM - Seorang petani kopi tewas asal Kabupaten Lahat diduga diterkam harimau di kawasan hutan lindung di Dusun Rekimai perbatasan Lahat dan Muara Enim, Sumatra Selatan. Naasnya serangan tersebut disaksikan istrinya sendiri.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Martialis Puspito, mengatakan korban bernama Mustadi (52) warga Desa Pajar Bulan Kecamatan Semendo Darat, Kabupaten Muara Enim.
"Informasi yang kami dapat serangan terjadi pada Kamis malam tadi, lokasinya masih berada di dalam hutan lindung," ujar Martialis dihubungi dari Palembang, Jumat (13/12).
Korban berada di kebun kopi bersama istri dan satu saksi lainnya, serangan terjadi ketika saksi selesai menggiling kopi dan membongkar mesin kopi, sedangkan korban mengambil pukat burung.
Saksi melihat kemunculan harimau di dekat korban sehingga langsung berteriak, namun harimau keburu menerkam korban dan membuat saksi lainnya naik ke pondok.
Saksi kemudian mendekati lagi korban yang sudah diserang saat harimau menjauh, tetapi ia terpaksa naik lagi ke pondok karena harimau tersebut kembali mendekati korban, terdapat bekas luka serangan di bagian dada dan leher.
"Istrinya tertahan di dalam pondok sampai malam tadi bisa dievakuasi, jenazah korban sudah diserahkan ke keluarga," tambah Martialis.
Setidaknya serangan harimau tersebut menjadi yang ketiga kalinya menewaskan petani di Sumsel dalam satu bulan terakhir.
Lokasi tewasnya Mustadi ternyata mengarah dan berada sangat dekat dengan 'hutan larangan' yang termasuk kantong harimau.
Martialis mengatakan korban merupakan warga pendatang dari Desa Pajar Bulan, Kabupaten Muara Enim yang membuka lahan kopi di dalam hutan lindung.
"Dari pemeriksaan tim kami, warga menyebut lokasi tewasnya korban mengarah ke hutan larangan yang warga setempat saja tidak berani masuk karena hutannya masih primer, sedangkan secara lanskap lokasinya memang termasuk wilayah hutan lindung," jelas Martialis.
Harimau yang menerkamnya dimungkinkan berasal dari kantong Jambul Patah Nanti seluas 282.000 hektar yang terbentang dari Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, hingga Kabupaten Muara Enim.
Tim BKSDA sendiri memilih tidak memasuki lokasi kejadian tewasnya Mustadi, sebab jaraknya diperkirakan 8 kilometer dari pemukiman dengan topografi yang cukup menyulitkan karena lokasi sangat masuk ke dalam hutan lindung.
"Kebanyakan kalau pendatang mereka akan menginap di kebun, saat ini jika yang masih ada di dalam kebun tidak dievakuasi maka ada resiko terjadi lagi serangan serupa, kami mengimbau agar semuanya keluar dulu dari hutan," terangnya.
Sementara kebun kopi yang dikelola Mustadi juga dimungkinkam ilegal yang dampaknya mengganggu habitat satwa di dalam hutan sehingga menimbulkan konflik dengan harimau.
"Sebetulnya jika dipetakan dengan serangan pertama (17/11) dan kedua (5/12), koridor jelajah harimau sudah cenderung masuk ke jantung habitatnya, tetapi ternyata di jantung habitatnya pun harimau masih ketemu dengan manusia lagi, ya kami tidak bisa apa-apa," tambah Martialis.
Meski sebagian masyarakat ramai mendesak BKSDA menangkap harimau tersebut, pihaknya dengan tegas tidak akan melakukannya karena serangan terjadi di habitatnya.
"Kami lebih mendorong agar ada tindakan tegas terhadap masyarakat yang sudah merusak habitat satwa liar entah itu harimau atau yang lain, bagaimanapun satwa liar itu anugerah yang tidak akan mengganggu kalau tidak diganggu," kata Martialis. (Ant)
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...