Peternak Sapi Rejang Lebong Kesulitan Penuhi Kebutuhan Pakan
REJANG LEBONG, SATUHARAPAN.COM - Kalangan peternak sapi perah di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, saat ini mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pakan ternak mereka, terutama pakan konsentrat.
Kabid Peternakan Dinas Pertanian dan Perikanan Rejang Lebong, Hendrayani di Rejang Lebong, Kamis (17/10), mengatakan saat ini harga pakan ternak berupa konsetrat sudah mengalami kenaikan dan tidak sebanding dengan susu yang dihasilkan mereka setiap harinya.
"Yang mahal itu pakan konsentratnya, kalau pakan hijauan di sini banyak. Peternak saat ini kesulitan memenuhi pakan konsentratnya itu, dan saat ini harganya juga sudah mahal. Sedangkan susu sapi yang dihasilkan setiap harinya tidak sebanding lagi," ujar Hendrayani.
Pemberian pakan konsentrat itu sendiri, tambah dia, akan mempengaruhi jumlah susu yang dihasilkan masing-masing indukan produktif. Kekurangan pakan konsentrat, kata dia, menyebabkan produksi susu menjadi sedikit. Padahal, saat ini peternak juga belum menguasai cara pembuatan konsentrat sehingga harus membeli ke toko peternakan.
Saat ini produksi susu sapi yang dihasilkan dua kelompok peternak di Rejang Lebong per harinya baru berkisar 100 liter. Susu tersebyr dihasilkan dari 52 ekor sapi perah bantuan Pemprov Bengkulu pada 2017 dan sudah berkembangbiak menjadi 100 ekor.
Bantuan sapi perah ini dialokasikan kepada kelompok peternak di Desa Mojorejo, Kecamatan Sindang Kelingi, sebanyak 31 ekor. Dari jumlah tersebut ada 11 sapi betina produktif dengan jumlah anakan sebanyak 29 ekor.
Sedangkan bantuan yang lainnya diberikan kepada kelompok peternak di Desa Air Bening, Kecamatan Bermani Ulu Raya, sebanyak 21 ekor dan telah memiliki anakan sebanyak 19 ekor. Namun sapi perah di lokasi ini mengalami gangguan reproduksi sehingga gagal bunting dan memengaruhi produksi susu.
"Produksi susu dari kedua kelompok ini setiap harinya 20 persen untuk anakannya dan 80 persen dijual baik ke toko roti maupun usaha penjualan susu kemasan yang ada di Rejang Lebong," kata Hendrayani.
Produksi Beras Sekitar 11.000 Ton Per Tahun
Sementara itu Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Madiun, Jawa Timur, mencatat hasil produksi beras di wilayah setempat hanya mencapai sekitar 11.000 ton per tahun akibat semakin berkurangnya luas lahan sawah.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Madiun Muntoro Danardono mengatakan jumlah produksi beras tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga Kota Madiun yang mencapai 14.000 ton per tahun.
"Untuk memenuhi kekurangan itu, Kota Madiun bergantung pada pasokan dari Kabupaten Madiun dan Magetan," ujar Muntoro Danardono di Madiun, Kamis (17/10).
Menurut dia, setiap tahun pasokan beras dari daerah Kabupaten Madiun dan Magetan mencapai 15.000 ton.
Saat ini luas lahan sawah di Kota Madiun hanya tersisa 901 hektare. Semua lahan sawah tersebut telah bersistem irigasi.
Sejak 2016 lahan sawah di Kota Madiun terus menyusut. Saat itu luasnya mencapai sekitar 926 hektare dan turun menjadi 923 hektare pada 2017, hingga saat ini tinggal 901 hektare.
"Rata-rata ada pengurangan lahan sekitar satu sampai dua persen setiap tahun," kata dia. Menurut dia, penyusutan lahan tersebut akibat alih fungsi lahan pertanian.
Untuk pihaknya melakukan intensifikasi pertanian dan melakukan penyuluhan agar petani tidak hanya menanam padi selama satu tahun, tetapi bergantian ditanami jagung ataupun palawija.
Sesuai data, lahan pertanian di Kota Madiun menyebar di sejumlah kelurahan, di antaranya di Kelurahan Sogaten, Tawangrejo, Winongo, Rejomulyo, Pilangbango, dan Banjarejo. (Ant)
1.100 Tentara Korea Utara Jadi Korban dalam Perang Rusia-Ukr...
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Lebih dari 1.000 prajurit Korea Utara tewas atau terluka dalam perang Rusia d...