Pfizer Uji Vaksin COVID-19 pada Anak di Bawah 12 Tahun
SATUHARAPAN.COM-Pfizer Inc. mengatakan bahwa pihaknya akan mulai menguji vaksin COVID-19 pada kelompok anak-anak di bawah usia 12 tahun yang lebih besar setelah memilih dosis suntikan yang lebih rendah pada tahap awal uji coba, hari Selasa (8/6).
Studi ini akan mendaftarkan hingga 4.500 anak di lebih dari 90 situs klinis di Amerika Serikat, Finlandia, Polandia dan Spanyol, kata perusahaan itu.
Berdasarkan keamanan, tolerabilitas dan respon imun yang dihasilkan oleh 144 anak dalam studi fase I dari suntikan dua dosis, Pfizer mengatakan akan menguji dosis 10 mikrogram pada anak-anak berusia antara limadan 11 tahun dan tiga mikrogram untuk usia kelompok enam bulan sampai lima tahun.
Vaksin, yang dibuat oleh Pfizer dan mitranya dari Jerman, BioNTech SA, telah diizinkan untuk digunakan pada anak-anak berusia 12 tahun di Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada. Mereka menerima dosis yang sama seperti orang dewasa: 30 mikrogram.
Sekitar tujuh juta remaja telah menerima setidaknya satu dosis vaksin di Amerika Serikat, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.
Menyuntikkan vaksin pada anak-anak dan remaja dianggap sebagai langkah penting untuk mencapai “kekebalan kelompok” dan menjinakkan pandemi COVID-19.
Namun, para ilmuwan di Amerika Serikat dan di tempat lain sedang mempelajari kemungkinan hubungan antara peradangan jantung dan vaksin mRNA, terutama pada pria muda. Baik vaksin Pfizer dan Moderna Inc adalah suntikan dengan mRNA.
Kementerian Kesehatan Israel mengatakan pekan lalu telah menemukan sejumlah kecil kasus miokarditis yang diamati terutama pada pria muda yang menerima vaksin Pfizer di sana, kemungkinan terkait dengan vaksinasi mereka. Kasus-kasus tersebut umumnya ringan dan berlangsung singkat.
Pfizer mengatakan bahwa mereka mengetahui pengamatan Israel terhadap miokarditis dan bahwa tidak ada hubungan sebab akibat dengan vaksinnya yang telah ditetapkan. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...