PGI Ikut Mendukung Kampanye Cinta Danau Toba
PARAPAT, SATUHARAPAN.COM – Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) memilih pelaksanaan tempat Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) PGI di dekat Danau Toba, Sumatera Utara karena PGI ikut mendukung kampanye cinta Danau Toba.
“PGI ikut mendukung kampanye cinta Danau Toba,” kata Ketua Umum PGI Pdt. Dr. Henriette Tabita Hutabarat Lebang, saat memberi Pengantar Laporan Majelis Pekerja Harian (MPH) PGI kepada Sidang MPL PGI 2016, pada Sabtu (23/1), di Wisma Retret Sinode Gereja Methodis, Parapat, Sumatera Utara.
Pendeta yang biasa disapa Erry ini melanjutkan pemilihan Kota Parapat sebagai tempat pelaksanaan sidang dimaksudkan untuk memberikan perhatian dan dukungan terhadap pemulihan Danau Toba dari ancaman kerusakan yang lebih parah.
“Kita bersidang di tepi Danau Toba yang makin lama makin mengalami ancaman kehancuran karena ulah manusia yang tidak bertanggungjawab,” kata Erry.
PGI berharap agar pemerintah dan masyarakat di sekitar Danau Toba memberikan perhatian dan melakukan upaya-upaya yang konkrit untuk menyelamatkan Danau Toba dari kerusakan yang lebih parah.
Selain itu, dia menambahkan, sama seperti di Sidang Raya PGI pada 2014 yang kala itu digelar di Nias, Sumatera Utara krisis ekologi menjadi perhatian.
“Krisis ekologi makin akut dialami bangsa ini. Bencana banjir, kekeringan, asap, bahkan konflik lahan, makin rutin terjadi dan seolah tak ada jalan keluarnya,” ia menambahkan.
Dalam Laporan MPH PGI juga ditegaskan oleh Sekretaris Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom, MTh, bahwa bencana dan krisis ekologis ini terjadi “sebagai akibat perlakuan kita yang tidak ramah terhadap alam, dan sebaliknya mengeksploitasi alam melebihi batas-batas daya dukung bumi,” kata Pdt. Gomar.
“Pada saat yang sama krisis ekologis ini juga diperparah dengan lemahnya penataan tata ruang wilayah dan pengelolaan hutan kita,” dia menambahkan.
Isu Perempuan dan Anak
Gomar menjelaskan dalam laporan Biro Perempuan dan Anak PGI, saat ini PGI memfasilitasi gereja-gereja dalam rangka memberdayakan gereja dalam pelayanan perempuan dan anak, antara lain berupa advokasi keadilan dan kesetaraan gender.
“Biro ini aktif dalam diskusi dengan Komnas Perempuan mengenai Konsolidasi Jaringan Advokasi Pemenuhan Hak-hak Perempuan dan Partisipasi dalam Perdamaian. Kegiatan ini fokus pada perempuan di Papua dalam rangka upaya Papua bebas dari kekerasan lembaga/instansi,” ia menambahkan.
Gomar menambahkan dengan mengacu kepada data Komnas Perempuan selama 2015 terdapat 293.220 kasus kekerasan terhadap perempuan dan terdapat 35 perempuan di Indonesia yang menjadi korban kekerasan seksual setiap harinya.
“Nasib anak-anak juga tidak terlalu jauh dari situ, dengan banyaknya korban kekerasan sekssual dan pedagangan manusia. Hal ini semua menuntut perhatian gereja-gereja untuk mengembangkan pelayanan terhadap perempuan dan anak pada masa-masa yang akan datang,” kata Gomar.
“Dalam kaitan inilah Biro Perempuan dan Anak menjalin kerjasama dengan KPP-PA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, red) untuk mensosialisasikan Pengarustamaan Gender (PUG) dan Pengarusutamaan hak Anak (PUHA) melalui MoU pada 30 Juni 2015,” kata dia. (pgi.or.id).
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...