PGI: Nilai-nilai Kearifan Lokal Modal Kuat untuk Kebebasan Beragama di Indonesia
TANGERANG, SATUHARAPAN.COM-Bangsa Indonesia mewarisi nilai-nilai kearifan lokal sejak zaman dahulu kala. Dalam hubungannya dengan kehidupan bertoleransi di Tanah Air, pengarusutamaan nilai-nilai kearifan lokal menjadi modal kuat bagi upaya mewujudkan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB).
Pesan tersebut disampaikan oleh Ketua Umum PGI, Pdt. Jaclevyn Manuputty, ketika menjadi pembicara di seminar dan lokakarya yang diselenggarakan oleh rumahbersama.id bersama dengan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Kota Tangerang, hari Selasa siang (10/12).
Pendeta Jacky melanjutkan, Indonesia sangat kuat dan kaya akan setiap nilai luhur kearifan lokal sehingga memberikan kesempatan bagi sesama pemeluk agama di Indonesia untuk saling belajar satu sama lain.
Menurut dia, mendokumentasikan dan mempromosikan kearifan lokal seperti ini menjadi satu cara yang efektif untuk mendukung upaya pemajuan Hak Asasi Manusia.
“Nilai-nilai kearifan lokal harus diarusutamakan. Kita memang jarang mendokumentasikan kisah-kisah yang harus dirayakan terkait KBB. Perjumpaan-perjumpaan seperti ini harus digaungkan sebagai salah satu upaya dalam mengawal kemajuan KBB,” kata Jacky Manuputty seperti dikutip laman PGI.
Aktivis perdamaian Maluku ini lalu menambahkan, gereja mesti memahami betul akar permasalahan yang menjadi penyebab terjadinya pelanggaran KBB.
Demi mencari solusi bagi permasalahan di atas, saat ini, PGI sendiri melalui Sekretaris Eksekutif bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan bersama PUSAD Paramadina telah menginisiasi sejumlah pertemuan dari lembaga-lembaga untuk berbicara dan melakukan pemetaan terkait situasi saat terkini, yang kemudian dijadikan sebagai acuan bagi output langkah-langkah pemajuan KBB.
“Biro Pemuda PGI, SE KKC-PGI secara berkelanjutan setiap tahun memiliki program yang menjembatani perbedaan-perbedaan seperti Temu Kebangsaan Orang Muda, lalu ada Tanah Air itu Bhinneka (TAB). Ini adalah upaya basis untuk memperkuat basis di tengah kondisi di mana banyak terjadi segregasi sektarian,” katanya.
Ditambahkan oleh Ketua Umum yang terpilih di Sidang Raya XVIII PGI di Toraja, ini, gereja harus memulai untuk melatih agen-agen yang akan hidup di tengah masyarakat untuk mengawal dan mengintervensi setiap upaya pemajuan KBB, dengan model pendekatan berbasis masyarakat.
“Memperkat ekosistem lingkungan, dan memperkuat agency actor adalah salah satu cara. Kita harus melatih agency yang hidup di tengah masyarakat. Mereka harus hidup dan mengawal di situ. Pendekatan berbasis masyarakat harus betul-betul diinisiasi dan intevensi. Dari person to person, gerakan di atas kemudian akan membesar menjadi kelompok, untuk membangun klaster dan zona pengaman,” katanya.
Menurut dia, contoh nyata di lapangan dapat dilihat dari adanya inisiasi FKUB dalam mendorong Pemerintah Kota Banjarmasin untuk menerbitkan Perda Toleransi. “Ini tak lepas dari teman-teman aktivis yang ikut bekerjasama dengan FKUB untuk mempengaruhi dan mendorong lahirnya Perda tersebut,” kata Jacky Manuputty.
Seminar dan lokakarya PGI bersama GKJ Kota Tangerang dipandu oleh Sekretaris Eksekutif bidang Keadilan dan Perdamaian PGI Pdt. Henrek Lokra. Acara tersebut juga ikut dihadiri oleh Angelique Maria Cuaca dari Pelita Padang, dan Sekretaris Eksekutif bidang KKC-PGI, Pdt. Jimmy Sormin, sebagai pembicara.
Dalam sesi tanya jawab, pihak peserta yang berasal dari PGI Wilayah Banten, Gerakan Pemuda Ansor Kota Tangerang, perwakilan antar umat beragama di Kota Tangerang, antusias dalam berbagi informasi dan menyumbang pemikiran bagi sejumlah persoalan KBB yang terjadi.
Editor : Sabar Subekti
Tujuh Makanan Tingkatkan Kolagen Alami
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kolagen adalah protein paling melimpah dalam tubuh yang menjadi blok pemb...