Philip Yancey: Dalam Doa Boleh Berdebat dengan Tuhan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Philip Yancey, penulis buku laris menegaskan bahwa Tuhan tidak melarang kita dalam doa untuk berdebat bahkan menawar pada Tuhan.
Ini dia ucapkan dalam seminar sehari Philip Yancey, Selasa (10/11) di GBI Glow Fellowship Center di Jakarta Pusat. Bahkan doa pertama yang tercatat di Alkitab adalah doa yang berisi tawar menawar.
Dalam Kejadian 18:16-33 dikisahkan Abraham yang berusaha menawar pada Allah supaya Sodom dan Gomora tidak dimusnahkan. Perdebatan yang cukup sengit dan Allah selalu meluluskan tawaran Abraham. Bahkan, sampai-sampai kita pun jadi bertanya-tanya seandainya Abraham terus menawar sampai seluruh orang berdosa itu minta untuk dilenyapkan, jangan-jangan Allah pun mengabulkan doanya. Tapi, itu tidak terjadi.
“Memang, Alkitab mengundang kita untuk berdoa dengan jujur,” kata penulis The Jesus I Never Knew—terbit dalam bahasa Indonesia, Bukan Yesus yang Kukenal—ini.” Dan, selain debat ternyata di Alkitab pun banyak doa isinya keluhan. Misalnya, dua pertiga isi Kitab Mazmur adalah doa keluhan.
Laki-laki kelahiran 1949 ini memberi sedikit konteks. “Di Amerika, membeli sesuatu adalah cara yang membosankan. Tinggal ambil dan bayar. Tapi kalau di Timur Tengah, membeli tomat saja pasti dengan menawar. Ini disebut dengan relasi dan budaya. Dan, Yesus lahir di kebudayaan Timur Tengah. Alkitab ditulis dalam konteks Timur Tengah,” katanya. “Itu sebabnya, Allah tidak melarang kita menawar,” kata penulis What so Amazing about Grace—diterjemahkan di Indonesia Keajaiban Kasih Karunia—ini sedikit berkelakar.
Kunci Doa
Namun, sebenarnya apa sih kunci doa itu? Editor at-large majalah Christianity Today mengungkapkan secara sederhana ia membagi syarat doa menjadi dua bagian. Pertama mengundang Allah dalam kehidupan kita. Dan, kedua kita menghampiri Allah.
Penulis buku Prayer—diterbitkan di Indonesia oleh BPK Gunung Mulia dengan judul Doa—ini menjelaskan, “Bagian pertama, mengundang Allah dalam kehidupan kita. Saya memberi contoh tentang diri saya. Saya tinggal di Colorado dan menyukai mendaki gunung. Dengan tinggi gunung 4.950 meter, saya merasa lebih dekat dengan-Nya. Di daerah di puncak gunung saat cuaca cerah kita akan melihat pemandangan yang menakjubkan. Dan itu membuat kita bersyukur.”
“Tapi satu kali saya mendaki gunung dan kondisi cuacanya buruk. Tapi saat ke puncak kadang cuaca menjadi baik. Tapi sering juga cuaca tetap buruk dan banyak kilat. Saya dan istri saya harus berusaha jongkok. Namun, harus pasrah. Saya mendapat pencerahan dari kondisi itu. Pasal dalam Alkitab bercerita tentang kondisi di luar kendali. Mazmur 46, berkisah tentang kondisi tak terkendali, gunung bergoyang, perang di mana-mana. Namun, di ayat 11, Allah mendorong kita supaya tetap tenang. Seperti dikatakan Martin Luther, jangan cemas karena Allah tidak pernah cemas. Jadi, pasrahkan kekhawatiran Anda kepada Allah.”
“Saat sampai di puncak saya melihat ke bawah. Di lembah terlihat segalanya kecil dan indah, tenang. Walaupun yang di lembah merasakan kesusahan, apalagi kalau kondisi cuaca buruk.”
“Ini seperti kisah Ayub. Tiga pasal pertama Kitab Ayub bercerita tentang tragedi Ayub. Tiga pasal berikutnya adalah doa. Berisi keluhan. Walaupun ada juga tentang ucapan terima kasih.”
“Di akhir Kitab, Allah menyatakan diri di depan Ayub. Di situ Allah memberi tahu tentang alam semesta. Allah berkata, ‘kamu telah mengeluh, lalu kutunjukkan tentang bagaimana Aku bekerja.’ Dan, Ayub menyadari bahwa Allah melihat dengan cara berbeda. Seperti saat saya melihat dari puncak Gunung Colorado.”
“Dari situ, saya belajar untuk mempercayai cara Allah mengatur dunia ini. Apakah itu baik atau buruk di pandangan kita. Jadi kita mengundang Allah hidup dalam kehidupan kita supaya dapat memandang dunia seperti Allah memandang.”
Menghampiri Allah
Penulis Meet The Bible—di Indonesia diterbitkan BPK Gunung Mulia—menjelaskan bagian dua, yaitu kita menghampiri Allah. “Saat menulis buku Doa, saya mewawancarai banyak orang terkait doa. Saya bertanya bagaimana doa menjadi mukjizat dalam hidup mereka. Ada yang menjawab tidak ada. Ada juga yang menjawab ada. Ada teman saya di Chicago, sebut saja Bart. Ia mengaku mendapat mukjizat doa. Ia berkisah tentang kejadian yang baru saja ia alami.”
“Sebagai kota metropolitan, di Chicago banyak tunawisma. Bart terpanggil untuk membuat rumah singgah. Dia mencari orang untuk mendukung berdirinya rumah singgah bernama Hotel Tunawisma. Dia banyak berdoa. Satu kali, pada Sabtu, dia sedang membersihkan gedung tua dengan sand blaster—menara bergerak yang digunakan untuk membersihkan gedung tetapi dengan pasir. Namun, alat itu sedang bermasalah karena menghasilkan gas karbonmonoksida yang membuat Bart kehilangan napas karena menghirup gas beracun itu. Pada waktu yang sama, teman Bart—300 km dari kejadian tiba-tiba digerakkan bahwa ia harus mendoakan Bart,” kata dia.
“Teman itu dalam perjalanan ke St Louis dan seharusnya tidak melewati Chicago. Namun, si teman itu didorong untuk menuju Chicago untuk menemui Bart. Awalnya, ia berusaha menghindari Chicago. Namun, setelah lima jam ia menghindari perjalanan ke Chicago, teman Bart terus didorong untuk menemui Bart. Dan, si temannya itu menemukan Bart di gedung tua sedang pingsan. Dan, si teman ini menemukannya dan membawa ke rumah sakit. Kata Bart, ‘bukankah itu mukjizat?’ mengakhiri kisahnya.”
“Saya bertanya pada Bart, mengapa Allah memilih orang yang jauhnya lima jam darinya lebih dekat. ‘Tidak begitu,’ Bart menjawab. ‘Allah memanggil banyak orang tetapi sedikit yang mendengar,’ Bart menekankan. Jadi, berdoa tidak hanya masalah bahwa Allah harus mewujudkan keinginan kita. Namun, tentang mendengarkan Allah dan menaati kehendak Allah. Namun, itu memerlukan telinga kita harus disendengkan kepada Allah. Dengan kata lain, kita menghampiri Allah.”
“Menghampiri Allah juga berarti kita memandang Allah adalah seperti Yesus memandang Allah. Sebab, banyak hal di dunia yang merusak citra Allah. Misalnya citra Allah sebagai Bapa. Di Amerika, banyak perempuan atau laki-laki yang kesulitan memandang Allah sebagai Bapa karena kejadian pelecehan seksual. Tapi, Yesus memanggil Allah sebagai Bapa adalah teladan yang harus juga kita ikuti.”
Tindakan
“Dari mana kita berdoa. Kita bisa berdoa bagi keluarga kita. Kemudian saya berdoa untuk yang besar, pelayanan-pelayanan dan lain-lain.”
“Dan yang paling besar diajarkan Yesus kepada kita, ‘berdoalah untuk musuhmu,’ Yesus berkata. Saya mencari siapa yang menjadi musuh saya. Saya mulai dengan musuh Amerika. Teroris. Saya pernah berbicara di depan militer dan berbicara seperti itu. Seorang tentara kaget karena hal itu. Ia kemudian browsing di internet dan menemukan atfp.org, website untuk mendoakan teroris.”
“Ada juga kisah Bono—bintang rock—dan istrinya yang melakukan pekerjaan sosial di Ethiopia selama enam pekan. Dia berkomentar, ‘Pandangan tentang doa saya berubah. Awalnya saya marah pada Allah karena ada 57 juta anak-anak yatim karena penyakit dan perang. Namun, saat saya berdoa, saya makin yakin akan jawaban Allah ini.’ Allah menjawab, ‘Saya peduli dengan Afrika. Siapa yang menaruh kepedulian tentang Afrika dalam hatimu.’ ‘Kamu harus bertindak,’ kata Allah. Bono menjawab, ‘Saya kan bintang rock, bukan misionaris atau pekerja sosial.’ Allah menjawab, ‘Tapi kamu punya koneksi.’ Akhirnya Bono bilang, ‘Ini adalah doa bumerang—saya berdoa mendebat Allah dan Dia memberikan saya tugas. Tugas yang memang seharusnya saya lakukan.’ Akhirnya Bon menghubungi Presiden Clinton, George Bush, Kofi Anan, dan terkumpul 15 juta dolar untuk memerangi HIV di Afrika.”
“Lain lagi kisah Joana dari Afrika Selatan. Ia hidup lingkungan penuh kekerasan pada era Nelson Mandela. Ada gang yang saling membunuh. Joana merasa itu jahat. Joana seorang Kristen dan merasa ini bukan kehendak Tuhan di bumi. Banyak orang yang masuk penjara. Akhirnya, Joanna dan suaminya mengadakan kelompok pemahaman Alkitab di penjara dengan 279 orang. Dan hasilnya, tinggal dua orang yang tidak bertobat. Yang lain, diterima dengan masyarakat selepas penjara atau menjalankan sisa hukuman dengan melakukan pekerjaan baik.”
“Saya berkunjung ke Afrika Selatan mewawancarai dia. Saya bertanya, ‘Memang saya tahu ada kelompok Pemahaman Alkitab dan persekutuan. Tetapi apa yang sebenarnya terjadi?’ Joanna menjawab, ‘Allah sudah ada dipenjara sana dan yang kami lakukan di sana adalah melakukan yang sudah dilihat Allah di sana.’”
“Saya dibawa ke penjara itu. Saya bertemu dengan 50 orang di penjara. Penjara itu tidak mempunyai toilet diganti sebuah lubang untuk 50 orang. Satu orang bercerita bahwa mungkin dia akan menghabiskan hidup di penjara karena terlibat dalam pemerkosaan dan membunuh istrinya. Ia berkisah bahwa dia bersyukur masuk ke sini karena di luar membuat dia putus asa. Saat awal masuk ke penjara ini, dia melihat di antara gambar-gambar porno di dinding penjara ada satu bait tulisan yang berisi lagu rohani yang biasa dinyanyikan di persekutuan penjara. Dari situ ia mengenal kelompok pemahaman Alkitab yang dipimpin Joanna dan suaminya. Dan, hidupnya pun berubah.”
“Saya kira kita tidak perlu mempertanyakan apakah Allah peduli dengan Indonesia. Dan berdasarkan kisah Joanna, jawabannya, ‘Ya Allah peduli.’ Jadi, untuk kondisi-kondisi di sekitar kita yang buruk, Anda dapat memulainya dari doa. Dan, Allah akan menuntun Anda untuk bertindak.”
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...