Piala Eropa 2016: Asterix et les Vikings
Babak 8 Besar: Prancis vs Islandia.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Usai mengalahkan timnas Inggris dalam pertandingan yang menguras energi sepanjang 2x45 menit, pandangan mata penonton sepakbola mulai mengarah pada debutan Piala Eropa 2016, Islandia.
Keikutsertaan Islandia dalam Piala Eropa 2016 sempat dipandang sebelah mata oleh banyak pihak: debutan tanpa bintang, tanpa liga domestik yang kompetitif, serta minimnya pemain yang merumput di liga-liga Eropa. Hanya semangat dan kolektivitas permainan, ini yang menjadi modal berharga timnas Islandia.
Pertandingan melawan Austria menjadi titik balik bagi timnas Islandia. Pencapaian selama kualifikasi grup A Piala Eropa 2016 dengan mampu mengalahkan tim-tim mapan Turki, Republik Cek, dan Belanda, semakin ditegaskan saat mereka mampu mengungguli tim kuda hitam Austria di fase grup F. Dikepung hampir sepanjang pertandingan, melalui sebuah serangan balik pemain pengganti Traustason menjebol gawang Austria Robert Almer untuk meraih poin penuh sekaligus lolos ke babak berikutnya.
Sementara itu, hingga pertandingan keempatnya, Prancis belum menunjukkan kualitas sebagai salah satu calon juara. Penampilan Prancis sejauh ini masih terlihat canggung. Barisan gelandang energiknya belum menampilkan gaya permainan terbaik les Blues. Pergerakan Payet maupun Griezmann lebih pada kejelian individu pemain melihat wilayah-wilayah tak terjaga lawan. Bukan dari hasil serangan yang dibangun secara rapi. Matuidi dan Pogba sejauh ini belum menampilkan permainan seperti saat membela klubnya.
Dua tim yang mereka kalahkan tidak memiliki barisan gelandang serang yang mengagumkan. Rumania secara tradisional memainkan sepakbola bertahan, sementara Republik Irlandia sebagian besar pemainnya telah melewati masa keemasannya. Meski begitu Irlandia sempat mencuri gol cepat di awal babak pertama. Kejelian Griezmann serta kartu merah yang diterima Shane Duffy turut menolong Prancis mengalahkan Irlandia.
Pertandingan Prancis menghadapi Islandia digelar di Stadion Stade de France, Saint-Denis, 3 Juli 2016 pukul 21.00 waktu setempat atau 4 Juli pukul 02.00 WIB.
Jika membandingkan materi kedua kesebelasan bagai bumi dan langit. Paul Pogba, Matuidi, Cabaye, Sissoko, yang menjadi tulang punggung lapangan tengah Prancis baik dari sisi pengalaman menghadapi ketatnya kompetisi pada klub-klub elite Eropa maupun skill individu jauh lebih unggul dibanding gelandang Islandia Bödvarsson, Gunnarsson, Sigurdsson, Emil Hallfredsson yang "hanya" merumput di klub-klub medioker Eropa.
Belum lagi barisan pertahanan Prancis yang dipenuhi pemain sarat pengalaman dan barisan penyerang haus gol. Dari semua lini, Prancis unggul segalanya.
Viking Bangsa yang Tidak Memiliki Rasa Takut
Semangat. Ini yang masih belum ditemukan oleh timnas Prancis hingga babak 8 besar Piala Eropa 2016 berlangsung. Meskipun secara materi pemain Prancis memenuhi syarat menjadi juara, namun dalam sisi permainan mereka masih belum menunjukkan kualitas juara sebagaimana tim juara dunia 1998 dan juara Eropa 2000 saat Didier Deschamps turut menjadi pemain.
Hingga lolos ke babak 8 besar, Prancis belum teruji menghadapi tim-tim kuat. Hanya Swiss yang memiliki komposisi pemain lebih baik dibanding Islandia terbukti mampu merepotkan Prancis di fase grup A.
Islandia sendiri setelah lolos dari fase grup justru menunjukkan tren penampilan yang semakin meningkat. Mengalahkan Inggris di babak 16 besar dengan permainan yang sama menyerangnya menunjukkan sebuah loncatan baru di tim Islandia.
Islandia bertransformasi menjadi tim dengan serangan yang bertenaga tanpa mengurangi kekuatan pertahanannya. Duet Árnason-Ragnar Sigurdsson menjadi jaminan bagi pertahanan Islandia, terlebih di bawah mistar gawang Hannes Halldórsson menjadi penjaga gawang paling tangguh menahan gempuran penyerang lawan. Hingga babak 16 berakhir, Halldórsson tercatat melakukan penyelamatan sebanyak 23 kali jauh di atas penjaga gawang lainnya.
Penampilan Aron Gunnarsson saat menghadapi Inggris mengingatkan pada gelandang bertenaga Italia Gennaro Gattuso, kuat dalam pertahanan kuat juga dalam menyusun serangan. Bersama Gunnarsson, pemain-pemain Islandia menjadi petarung Viking yang seolah tidak memiliki rasa takut saat menghadapi barisan pemain bintang Inggris yang energetik. Sepanjang pertandingan saling berbalas serangan.
Pertandingan Islandia melawan Inggris akan dicatat sebagai salah satu pertandingan terbaik, saat sebuah tim debutan tanpa nama menjungkirbalikkan peta sepakbola Eropa dengan permainan terbaiknya dan memulangkan negara asal sepakbola Inggris dalam sebuah turnamen besar.
Dengan penampilan yang semakin membaik dan kompetitif, di babak 8 besar Islandia berada dalam track memperebutkan juara Piala Eropa 2016. Jika mampu mempertahankan permainannya, tidak ada alasan mereka tidak bisa mengalahkan Prancis. Di tangan pelatih Lars Lagerback yang telah kenyang mendampingi Swedia pada Piala Eropa 2000, 2004, dan 2008, Lagerback paham betul perkembangan sepakbola Eropa dari waktu ke waktu.
Pernah membaca komik Asterix et les Vikings (Asterix dan Bangsa Viking)? Komik yang berkisah tentang pencarian bangsa Viking terhadap makna rasa takut. Sebagai bangsa pengembara, penjelajah, dan penakluk, bangsa Viking seolah tidak mengenal rasa takut. Untuk itu mereka pergi ke Gaul (Prancis) dan belajar pada bangsa Ghalia bagaimana rasanya ketika takut mendera. Mereka berkeyakinan, jika mereka mengalami rasa takut maka mereka akan dapat terbang bebas seperti burung. Inilah saatnya Islandia menunjukkan jati diri sepakbolanya. Dan bukan lagi sekadar membuat kejutan di Piala Eropa 2016.
Di babak 8 besar Piala Eropa 2016, Islandia datang ke Gaul dan belajar langsung pada bangsa Ghalia tentang rasa takut. Saat mereka menemukan rasa takutnya, saat itulah mereka justru akan terbang lebih tinggi.
Perkiraan susunan pemain:
Islandia (4-2-3-1) : Halldórsson (gk), Sævarsson, Árnason, R Sigurdsson, Skúlason, Bjarnason, A Gunnarsson (c), G Sigurdsson, Gudmundsson, Gudjohnsen/Bödvarsson, Sigthorsson. | pelatih: Lars Lagerback/Heimir Hallgrímsson
Prancis (4-2-3-1) : Lloris (gk/c), Evra, Sagna, Koscielny, Rami, Matuidi, Kante, Pogba, Coman, Martial/Griezmann, Giroud/Payet. | pelatih: Didier Deschamps
Editor : Sotyati
Risiko 4F dan Gejala Batu Kantung Empedu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif konsultan RSCM dr. Arn...