Piala Eropa 2016: Misi Merobohkan Mental Block
Babak 8 Besar: Italia vs Jerman.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Meskipun sama-sama mendapat julukan spesialis turnamen karena sering meraih hasil bagus serta peraihan tropi juara, Italia seolah menjadi anti tesis bagi timnas Jerman. Dalam perjumpaan keduanya pada sebuah turnamen besar, meskipun bermaterikan pemain lebih baik Jerman selalu kesulitan bahkan menderita kekalahan.
Sebutlah Piala Dunia 1962 pasukan Josef 'Sepp' Herberger hanya mampu menahan imbang Italia 0-0. Delapan tahun berselang dalam semi final pasukan Helmut Schon dikalahkan Italia 4-3 yang saat itu diperkuat bintang Gianni Rivera dan Gigi Riga.
Saat Piala Dunia berlangsung di Argentina tahun 1978, kedua kesebelasan bermain imbang saat bertemu di penyisihan grup babak kedua.
Empat tahun berselang saat Madrid menjadi tempat penyelenggaraan partai final Piala Dunia 1982, Italia mengubur ambisi Jerman (Barat) dalam perebutan untuk ketiga kalinya menjadi juara dunia bagi kedua timnas. Italia sudah menjuarai Piala Dunia 1934 dan 1938, sementara Jerman (Barat) menjadi juara dunia tahun 1954 dan 1974.
Tidak diunggulkan ketika itu, Italia justru mampu mencapai final, dimana Dino Zoff dkk menekuk Jerman yang saat itu diperkuat gelandang serang Karl-Heinz Rummenigge bersama Briegel dan Paul Breitner menjadi kekuatan utama sepakbola Eropa. Jerman (Barat) dikalahkan di final dengan skor telak 3-1 salah satunya melalui gol pemain Italia yang langsung menjadi bintang Piala Dunia 1982, Paolo Rossi.
Yang menyesakkan bagi Jerman mungkin pada gelaran Piala Dunia 2006. Bermain di rumah sendiri dengan skuad regenerasi yang cukup berhasil oleh pelatih Jerman saat itu Juergen Klinsman sehingga Jerman tampil menjadi tim yang lebih atraktif dan bertenaga justru dikalahkan oleh Italia. Dalam babak semi final yang berlangsung ketat, Italia menjungkalkan Jerman 2-0 dalam babak tambahan waktu 2 x 15 menit. Italia sendiri akhirnya keluar sebagai juara dunia untuk keempat kalinya setelah di final mengalahkan Prancis.
Sementara di level Piala Eropa, meskipun baru sekali menjadi juara dalam setiap perjumpaan keduanya Italia selalu menjadi batu sandungan Jerman yang telah menjadi juara Eropa tiga kali.
Pada fase grup A putaran final Piala Eropa 1988 yang berlangsung di Italia kedua tim bermain imbang 1-1. Keduanya lolos ke semi final dan dikalahkan oleh lawan-lawannya. Italia disingkirkan Rusia sementara Jerman dikalahkan Belanda.
Begitupun pada Piala Eropa 1996 saat keluar sebagai juara, Jerman hanya mampu menahan imbang saat bertemu di fase grup C. Piala Eropa empat tahun lalu di Polandia-Ukraina menambah panjang daftar kekalahan Jerman atas Italia saat keduanya bertemu di semi final. Hanya membawa beberapa pemain muda dan mengandalkan pemain seniornya, Italia mengalahkan Jerman yang dipenuhi talenta muda di semua lini dengan dua gol tanpa balas dari aksi penyerang muda bertenaga Italia Mario Balotelli. Italia sendiri di final dikalahkan Spanyol.
Kedua kesebelasan akan bertemu pada babak 8 besar Piala Eropa 2016 di Stadion Stade de Bordeaux, Bordeaux 2 Juli 2016 pukul 21.00 waktu setempat atau 3 Juli pukul 02.00 WIB.
Mental block membayangi kedua kesebelasan
Menghadapi Italia dalam turnamen resmi, pemain Jerman seolah dihinggapi mental block berkepanjangan. Selalu datang dengan skuad yang relatif lebih baik, modal pertandingan sebelum turnamen yang memadai, tidak serta merta membuat Jerman lebih mudah saat menghadapi Italia. Jangankan memenangi pertandingan, sebatas menahan imbang pun perlu kerja ekstra.
Datang ke Piala Dunia 1982 dengan modal juara Piala Eropa 1980, Jerman yang diunggulkan saat itu seolah tidak berkutik dengan langsung ketinggalan 3 gol. Gol yang dibuat Paul Breitner seolah hanya menjadi penghibur.
Berbekal juara Eropa 1980 dan skuad yang lebih menjanjikan, ekspektasi pendukung Jerman saat itu tentu tinggi pada die Mannschaft terlebih saat itu persepakbolaan Italia sedang diguncang skandal pengaturan skor. Italia yang datang dengan membawa skuad bukan terbaik justru mampu menjalani turnamen dengan baik hingga mencapai babak final.
Kondisi itu justru menambah tekanan pada pemain Jerman di luar lapangan. Di dalam lapangan sendiri strategi pelatih dan mental menjadi penentu.
Di final Jerman dibuat mati kutu. Jerman yang begitu perkasa di semi final saat membalikkan ketinggalan 3-1 dengan menyamakan kedudukan pada babak tambahan waktu saat menghadapi Michel Platini dkk, di partai final seperti tim pemula dalam sebuah turnamen besar Piala Dunia 1982.
Di Piala Dunia 2006, Jerman mengalami hal yang sama. Suasana kalah sebelum bertanding dirasakan ketika itu. Ketika itu media mengangkat masalah utama Jerman saat menghadapi Italia adalah mental block. Terbukti, Italia mengandaskan Jerman di pertandingan semi final 2 gol tanpa balas.
Dalam sebuah kolom legenda sepakbola Jerman Franz Beckenbauer pernah menulis, selagi Jerman tidak bertemu Italia die Mannschaft akan melangkah lebih jauh dalam sebuah turnamen. Disadari atau tidak, ini menjadi gambaran bahwa mental block menghinggapi timnas Jerman saat menghadapi Italia secara keseluruhan dan bukan individu per individu menjadi masalah akut timnas Jerman.
Italia sendiri bukan tanpa masalah. Piala Eropa seolah menjadi turnamen sial bagi mereka. Meskipun Italia telah memenangi 4 gelar juara dunia, Italia baru mampu sekali menjadi juara Eropa tahun 1968 saat Piala Eropa dihelat di Italia. Pada tahun 2000 dan 2012 mereka mencapai partai final namun tidak menghasilkan tropi.
Di final Piala Eropa 2000 mereka dikalahkan Prancis 2-1 melalui gol emas David Trezequet, sementara empat tahun lalu saat Piala Eropa digelar di Polandia-Ukraina lagi-lagi mereka digagalkan di final 4 gol tanpa balas oleh timnas Spanyol. Spanyol sendiri baru saja disingkirkan Italia di babak 8 besar dengan skor yang juga cukup telak 3-0.
Pada Piala Eropa 2012 itulah lagi-lagi Italia bertemu Jerman di partai semi final. Dan lagi-lagi Jerman dikalahkan oleh timnas Italia dengan skuad yang tidak menjanjikan ketika itu. Dan kejuaran Piala Eropa itu sendiri menjadi mental block yang tidak bisa mereka kalahkan meskipun telah mencapai partai puncak. Mereka menyerahkan piala Eropa yang sudah di depan mata pada dua juara dunia: Prancis Juara Dunia 1988 dan Spanyol Juara Dunia 2010.
Timnas Jerman sendiri sejauh ini menjadi tim paling sukses sepanjang penyelenggaraan Piala Eropa dengan pernah menjadi juara pada tahun 1972, 1980, dan 1996, serta tiga kali menjadi runner up.
Menarik untuk ditunggu dua tim spesialis turnamen yang sedang dilanda mental block saat bertemu kembali dalam sebuah turnamen besar: akankah salah satunya mampu merobohkan mental block itu? Atau justru keduanya terpuruk?
Perkiraan susunan pemain:
Italia (5-3-2) : Buffon (gk), Darmian, Chiellini, Bonnuci, Barzagli, Giaccherini/De Sciglio, Candreva/Motta, De Rossi, Parolo/El Shaarawy, Eder, Pelle/Immobille. | pelatih: Antonio Conte
Jerman (5-3-2) : Neuer (gk/c), Hummels/Kimmich, Howedes, Hector, Mustafi, Can, Khedira, Ozil/Schweinsteiger, Muller, Kroos, Goetze/Schuerrle. | pelatih: Joachim Low
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...