Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 07:31 WIB | Senin, 04 Juli 2016

Piala Eropa 2016: Perburuan Rekor

Babak 4 Besar: Jerman vs Prancis
Timnas Prancis dan Jerman dalam pertandingan uji coba Piala Eropa 2016 di Stade de France, 13 November 2015. (Foto: gettyimages.com)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Untuk pertama kalinya Jerman mengalahkan Italia dalam perjumpaan keduanya pada sebuah turnamen. Seperti biasanya saat meghadapi Italia di babak 8-besar Piala Eropa 2016, Jerman tampil percaya diri. Dalam serangan yang tidak terlalu cepat yang menjadi ciri khasnya, Jerman mencetak gol pembuka pada babak kedua melalui tendangan Mezut Ozil.

Pemain Jerman sempat down saat Bonucci mencetak gol melalui titik penalti setelah pemain belakang Jerman Jerome Boateng hands ball. Gol Bonucci menambah tekanan pemain Jerman sehingga kehilangan kreativitasnya hingga babak normal selesai.

Beruntung pemain Italia tidak mampu memanfaatkan keadaan tersebut. Setelah melalui tambahan waktu 2 x 15 menit hasil tetap imbang 1-1, kemenangan ditentukan oleh algojo dan ketangguhan penjaga gawang dari titik penalti. Tidak bisa dipungkiri, Gianluigi Buffon salah satu penjaga gawang terbaik dunia sudah semakin menua. Antisipasi dan arah masih bagus namun pergerakan sudah tidak secepat empat tahun lalu.

Prancis menjalani babak 8-besar menghadapi Islandia dengan sangat percaya diri. 4 gol tercipta dalam babak pertama yang dilesakkan oleh Olivier Giroud, Paul Pogba, Dimitri Payet, dan Antoine Griezmann dalam serangan yang tidak henti-hentinya sepanjang pertandingan.

Pada babak kedua Islandia mulai bisa bermain lepas. Melalui gol Sigthorsson dan Bjarnason mereka memperkecil ketinggalan meskipun Giroud sempat menambah gol kemenangan untuk Prancis. Prancis sangat dominan hampir di semua lini. Dari lima laga, pada pertandingan melawan Islandia inilah Prancis bisa bermain lepas. Terlepas dari penampilan Prancis yang impresif, barisan pertahanan yang digalang Evra-Sagna- Koscielny masih menyisakan pekerjaan rumah bagi pelatih Didier Deschamps. Dua gol dari pemain Islandia menjadi bukti bahwa serangan balik yang cepat masih mampu menerobos pertahanan Prancis.

Prancis akan bertemu Jerman pada babak 4-besar Piala Eropa 2016 di Stadion Stade Velodrome, Marseille pada 7 Juli 2016 pukul 21.00 waktu setempat atau 8 Juli pukul 02.00 WIB.

Melawan mitos adu tendangan penalti

Meskipun sudah pernah juara Eropa lebih dari sekali, dalam gelaran Piala Eropa kedua kesebelasan belum pernah bertemu.

Perjumpaan keduanya sebanyak 27 pertandingan, catatan lebih memihak tipis Prancis dengan memenangi 12 laga. Jerman memenangi 10 laga sisanya 5 pertandingan berakhir imbang.

Perjumpaan keduanya dalam turnamen sering terjadi di Piala Dunia. Dalam 4 perjumpaan di Piala Dunia, Jerman lebih dominan dibanding Prancis. Satu-satunya kemenangan Prancis diraih pada Piala Dunia 1958 saat bersaing memperebutkan tempat ketiga. Prancis membungkam Jerman (Barat) 6-3 dengan penyerang legendarisnya Just Fontaine memborong empat gol.

Perjumpaan keduanya terjadi pada Piala Dunia 1982 di Spanyol. Prancis yang datang dengan bintang yang sedang bersinar Michel Platini, meskipun tertatih-tatih di babak pertama namun cemerlang di babak kedua penyisihan grup. Pada penyisihan babak kedua mewakili grup D, Prancis bertemu Jerman (Barat) yang menjadi juara grup B di semi final. Semi final lainnya mempertemukan Italia dengan Polandia.

Pierre Littbarski membuka gol di menit 18 disamakan Michel Platini sepuluh menit kemudian. Skor imbang bertahan hingga 2x45 menit. Menit ke-93 Prancis menjebol gawang Jerman (Barat) dan disamakan oleh Karl-Heinz Rummenige di menit terakhir babak pertama perpanjangan waktu. Babak kedua perpanjangan waktu berjalan 5 menit, Alain Giresse membuat Prancis unggul dan di menit-menit akhir Klaus Fischer menyamakan kedudukan menjadi 3-3. Pertandingan harus diselesaikan dengan adu penalti.

Ketika itu sempat muncul semacam mitos di antara pemain, pelatih, dan juga pengamat sepakbola bahwa dalam perpanjangan waktu tim yang dominan memimpin gol jika terjadi hasil imbang dan harus diselesaikan lewat tendangan adu penalti, tim tersebut akan kalah. Hasilnya Prancis tersingkir di babak semi final Piala Eropa 1982 melalui drama adu tendangan penalti.

Pada Piala Dunia 1986 yang menggunakan format baru dengan sekali babak penyisihan grup, lagi-lagi Prancis bertemu Jerman (Barat) di semi final. Jerman yang sedang mengalami puncak permainan Rummenige, Briegel, Felix Magath, mengalahkan Prancis yang masih diperkuat Platini, Tigana, maupun Giresse dengan skor 2-0. Dua tahun sebelumnya Prancis menjadi juara Piala Eropa.

Tragisnya, dalam dua kali partai final Piala Dunia, Jerman (Barat) pulang dengan tangan kosong. Tahun 1982 mereka dikalahkan Italia, sementara tahun 1986 gantian Argentina yang memulangkan Jerman (Barat) tanpa tropi Piala Dunia.

Dua tahun lalu pada Piala Dunia 2014, Prancis dan Jerman bertemu lagi pada babak 8-besar. Dua kesebelasan datang dengan skuad mudanya. Dalam permainan yang berlangsung cukup ketat, Jerman mengunci Prancis melalui gol Mats Hummels di menit ke-12. Jerman yang begitu dominan selama Piala Dunia 2014 akhirnya menjadi juara Dunia untuk keempat kalinya.

Tuan rumah dan tradisi juara.

Dalam perjumpaan pertama kalinya di Piala Eropa, skuad kedua kesebelasan hampir sama dengan skuad dua tahun silam. Ada beberapa pergantian pemain namun tidak terlalu banyak diantaranya Dimitri Payet serta dua pemain muda Kingsley Coman dan Anthony Martial. Yang agak mencengangkan ketika pelatih Didier Deschamps tidak memanggil penyerang Karim Benzema.

Jerman sendiri masih mempertahankan winning team sisa Piala Dunia 2014 dengan menambah beberapa talenta muda setelah beberapa pemain senior mengundurkan diri. Phillip Lahm, Per Mertesacker yang pensiun dari timnas Jerman selepas Piala Dunia 2014 membuka pintu regenerasi di tim Jerman. Saat ini muncul pemain belakang muda Jerman Jonathan Tah dan Joshua Kimmich melapis Howedes-Hummels-Boateng-Mustafi.

Di lini tengah Julian Draxler mulai mendapat tempat utama bergantian dengan gelandang senior yang bisa dikatakan masih muda Gotze-Kroos-Ozil-Muller. Diluar Draxler masih ada Emre Can, Julian Weigl, maupun Leroy Sane yang masih berusia di awal 20-an.

Kalaupun ada kekosongan, lini depan Jerman meninggalkan lubang penyerangan setelah Miroslav Klose pensiun dan Mario Gomez sudah mendekati usia senja karir sepakbola. Beruntung gelandang Jerman memiliki kemampuan mencetak gol dari lini kedua. 7 gol disumbangkan oleh 6 pemain menunjukkan bahwa hampir seluruh pemain Jerman tanpa melihat posisinya mampu mencetak gol ketika ruang pertahanan lawan terbuka.

Diluar itu, pergantian dan regenerasi pemain Jerman dalam enam tahun terakhir ini berjalan dengan mulus. Adanya pembinaan usia dini pada persepakbolaan mereka membuahkan hasil pada peta jalan meraih prestasi yang tersusun dan terencana rapi. Mereka lebih mementingkan proses yang berjalan. Hasil hanyalah bonus atas kerja keras.

Ini sedikit berbeda dengan kondisi timnas Prancis yang diisi pemain berbakat alamiah semisal Pogba, Matuidi. Meskipun pembinaan sepakbola usia dini di Prancis dilakukan, namun belum se-intensif Jerman.

Piala Eropa 2016 merupakan penyelenggaraan ketiga bagi Prancis menjadi tuan rumah. Pada tahun 1960 yang merupakan penyelenggaraan pertama kali Piala Eropa, langkah mereka dihentikan Yugoslavia dengan skor 5-4. Saat itu putaran final hanya diikuti 4 tim. Uni Soviet menjadi juara Eropa untuk pertama kali setelah mengalahkan Cekoslowakia di semi final dan menggulung Yugoslavia di final dengan skor 2-1.

Prancis menjadi tuan rumah lagi pada penyelenggaraan Piala Eropa 1984. Dimotori Michel Platini, Jean Tigana, dan Alain Giresse mereka meraih Piala Henri Delauney.  Kejuaraan yang diikuti delapan timnas tersebut dijalani Prancis dengan mulus. Lima kemenangan dalam lima laga sejak penyisihan grup. Setelah menyingkirkan Portugal di semi final, Platini dkk mengalahkan Spanyol dengan skor 2-0. Jerman (Barat) yang datang sebagai juara bertahan disingkirkan oleh Spanyol dan Portugal di babak penyisihan grup.

Prancis mencapai putaran final pada Piala Eropa 2000. Dalam penyelenggaraan Piala Eropa generasi tiga yang melibatkan 16 peserta sejak Piala Eropa 1996, Prancis melaju hingga final. Pada partai final Prancis bertemu Italia. Dimotori pemain yang baru saja memenangi tropi Piala Dunia 1998 mereka mengalahkan Italia melalui gol emas (golden goal) yang dilesakkan David Trezequet ke gawang Fransesco Toldo di menit ke-103 babak tambahan waktu. Jerman sendiri datang ke Piala Eropa 2000 dengan skuad terburuk sepanjang keikutsertaan di Piala Eropa. Di fase grup A Jerman dikalahkan Inggris dan Portugal, dan hanya mampu meraih 1 poin saat menghadapi Rumania. Periode tahun 2000-2004 menjadi titik nadir sepakbola Jerman meskipun mereka sempat mencapai partai final Piala Dunia 2002.

Jerman mengalami titik baliknya selepas tahun 2004 setelah DFB melakukan pembinaan usia dini persepakbolaannya. Pada Piala Dunia 2006 upaya DFB mulai menampakkan hasil. Timnas Jerman yang saat itu ditangani Juergen Klinsmann tampil lebih atraktif dan bertenaga. Mereka mencapai babak 4-besar Piala Dunia 2006 sebelum dihentikan Italia yang akhirnya menjadi juara.

Di saat Jerman mulai bangkit, Prancis justru sebaliknya. Puncaknya Prancis tidak lolos fase grup Piala Eropa 2008. Pada saat bersamaan Jerman melaju hingga partai final namun dihentikan langkahnya oleh Spanyol. Itulah partai final keenam Jerman di Piala Eropa.

Setelah 56 enam tahun penyelenggaraan Piala Eropa, dalam format kejuaraan versi empat yang diikuti 24 timnas untuk pertama kalinya, akhirnya tim kuat Prancis dan Jerman untuk pertama kalinya bertemu dalam turnamen Piala Eropa.

Dua kesebelasan sedang mengejar rekor. Prancis sedang mengejar gelar ketiganya sementara Jerman menjadi satu-satunya tim yang berpeluang merebut tropi Piala Eropa terbanyak : empat kali sekaligus menggabungkan tropi Piala Dunia. Menarik ketika mereka datang dengan skuad yang berimbang, muda, dan berbakat.

 

Perkiraan susunan pemain:

Jerman (5-3-2) : Neuer (gk/c), Kimmich, Howedes, Hector, Mustafi, Can, Khedira, Ozil/Schweinsteiger, Muller, Kroos, Goetze/Schuerrle. | pelatih: Joachim Low

Prancis (4-2-3-1) : Lloris (gk/c), Evra, Sagna, Koscielny, Rami, Matuidi, Kante,  Pogba, Coman, Griezmann/Martial, Giroud/Payet. | pelatih: Didier  Deschamps

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home