Loading...
INSPIRASI
Penulis: Desman Perdamaian Gulo 08:09 WIB | Rabu, 23 Maret 2016

Pilihan Bodoh?

Apakah sesungguhnya kebutuhan kita?
David Archuleta (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Anda mungkin tahu film kartun Spongebob? Jika ya, ingatkah dengan episode ”Idiot box”? Ceritanya kurang lebih begini: Squidward melihat sebuah kiriman kotak besar yang ditujukan kepada Spongebob dan Patrick. Isi kotak itu adalah televisi berlayar datar. Yang mengejutkan, Spongebob dan Patrick rupanya hanya membutuhkan kotak kardus pembungkusnya. Televisi dibuang ke tong sampah. Selang beberapa waktu, Squidward mengambil televisi itu dan berkata, ”betapa bodohnya Spongebob dan Patrick memilih kotak kardus televise.” Spongebob pun menjawab, ”Kita tidak membutuhkan televisi selama kita memiliki imajinasi”. Begitulah sepotong kisah spongebob yang antimainstream.

Ada juga cerita yang tak kalah menarik dari cerita Spongebob tadi. Cerita itu berasal dari kalangan artis. David Archuleta namanya. Dia seorang finalis American Idol di musim ketujuh yang menempati posisi runner-up. Dia memiliki banyak fans. Sosok yang rendah hati.

Akan tetapi, pada 2011 dia mengambil satu keputusan hidup setelah kurang lebih 4 tahun berkiprah di dunia musik. Dia memutuskan hengkang beberapa waktu dari dunia tarik suara itu dan memilih menjadi misionaris dari gerejanya untuk bermisi di sebuah daerah di negeri Chili. Ini alasannya: ”Ini bukan karena ada seseorang yang meminta saya. Saya memang harus melakukannya, bukan karena saya tidak lagi menginginkan bermusik lagi, tetapi ini yang saya butuhkan, yang harus saya lakukan dalam kehidupan saya berikutnya.”

Keputusan yang mengejutkan bukan? Mengapa dia mau mengambil keputusan ”sebodoh” itu. Bukankah dengan job sebagai artis bisa membuatnya lebih terkenal, mapan, hidup bahagia, dan banyak uang? Di tambah lagi menjadi seorang misionaris pun membuatnya jauh dari gawai, televisi, internet, dan sebagainya.

Kita sering kali terjebak dalam keinginan kita tanpa memperhatikan kebutuhan kita yang sebenarnya. Dan melihat kebutuhkan itu berdasarkan orang lain bukan dari diri sendiri. Saya yakin keputusan David menjadi misionaris merupakan sebuah kepuasan di dalam hati nurani karena itulah yang dibutuhkannya saat itu.

Pilihan ”bodoh” tidak selamanya merupakan keputusan bodoh. Tergantung bagaimana masing-masing pribadi menyikapi apa yang menjadi kebutuhan hidupnya. Bukan karena keinginan orang lain. Dan apa pun hasil yang didapatkan dari keputusan itu jauh lebih baik daripada kepuasan karena harta semata.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home