Plural, Putri Muhammad Ali Memilih Iman Non-Islam
SATUHARAPAN.COM – Walau Muslim, Muhammad Ali dikenal sebagai pribadi yang menghormati iman orang lain. Pun saat Laila Ali memutuskan tidak beragama sama dengan ayahnya.
“Ali sangat menghormati kepercayaan orang lain,” kata Zaid Shakir, imam dari California yang dekat dengan keluarga besar Muhammad Ali. Sikap Ali ini mencerminkan juga perjuangannya saat memeluk Islam pada tahun 1964. Era di mana seorang atlet Muslim dan kulit hitam dituntut untuk diam dan tidak menunjukkan identitasnya.
Waktu ia memutuskan untuk membuka imannya di depan publik, banyak yang meragukannya. Ia dianggap sekadar terpengaruh kedekatannya dengan pemimpin Muslim Kulit Hitam, Malcolm X. Katanya waktu itu, “Saya percaya kepada Allah dan perdamaian ... Saya dibaptis ketika saya masih 12, tapi saya tidak tahu apa yang saya lakukan. Sekarang, saya bukan Kristen lagi. Saya tahu di mana saya dan saya tahu kebenaran. Saya tidak perlu menjadi apa yang Anda inginkan. Saya bebas untuk menjadi apa yang saya inginkan.”
Kemudian ia mengubah namanya. Ali dilahirkan dengan nama Cassius Clay. Ia menyandang nama baru Muhammad Ali yang baginya itu berarti “kekasih Allah” dan mendorong orang-orang memanggil namanya dengan nama barunya itu.
Pada 1970-an, Ali mengikuti beberapa pemimpin Nation of Islam ke dalam arus utama Islam Sunni, sekte yang mencakup sekitar 85% dari Muslim di seluruh dunia.
Dia kemudian bertransisi penuh dari militansi ke mistisisme melalui tasawuf, aliran Islam yang menekankan pada hubungan pribadi langsung kepada Allah. Hubungan pribadi dengan Allah ini kadang-kadang disertai dengan keterbukaan terhadap agama-agama lain, seperti yang ditunjukkan permintaan Ali agar para pemimpin agama Kristen, Buddha, Yahudi dan pemimpin agama lainnya menerima undangan untuk peringatan dan prosesi pemakamannya Jumat ini di Louisville.
“Muhammad Ali adalah orang yang menghormati agama lain,” kata Shakir, yang adalah pendiri Zaytuna College di California, perguruan tinggi Islam pertama di Amerika Serikat yang menekuni bidang humaniora.
“Dia mengerti di titik kritis ini dalam sejarah manusia, ketika iman sedang diserang, bahwa kita perlu massa kritis energi moral dan spiritual untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang tidak bisa diatasi oleh umat Islam sendiri.”
Laila Ali
Itu ditunjukkan juga pada sang anak, Laila Ali yang memilih berbeda iman dengan ayahnya. Laila adalah anak kedelapan. Ia punya saudara Hana Ali, Asaad Amin, Khaliah Ali, Muhammad Ali Jr., Rasheda Ali, Jamillah Ali, Miya Ali, dan Maryum Ali dari empat ibu yang berbeda.
Seperti ayahnya, Laila mengungkapkan imannya di publik, mungkin karena ada yang menganggap ia harus beragama sama dengan Muhammad Ali.
Ini tampak dari tulisannya di Facebook:
“Untuk semua teman Muslim di Facebook. Selama bertahun-tahun, saya telah melihat banyak komentar mengenai bagaimana saya harus berpakaian sebagai seorang “perempuan Muslim”. Perlu diketahui bahwa saya bukan Muslim. Saya menyadari bahwa banyak orang menganggap saya Muslim karena ayah saya adalah seorang Muslim. Tapi, untuk saya itu tidak. Jika saya adalah seorang Muslim, saya akan membawa diri dengan cara yang konsisten dengan ajaran Islam. Anda semua bebas untuk memiliki pendapat. Saya hanya ingin memastikan bahwa Anda mengetahui fakta-fakta sebelum Anda berkomentar berdasarkan asumsi Anda tentang saya. Jagalah diri Anda dan damai sejahtera bagi kita semua! – Laila”
Laila menikah dengan Curtis Conway, mantan pemain National Football League (Sepak Bola ala Amerika Serikat) pada 2007. Dari Conway, mereka mempunyai tiga anak dan pasangan ini dikaruniai lagi dua anak. Mereka menikah di gereja. (cnn/wikipedia/facebook)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...