PM Ethiopia Akan Pimpin Perang Melawan Tigray
ADIS ABABA, SATUHARAPAN.COM-Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, mengatakan pada hari Senin (22/11) bahwa dia akan menuju ke medan perang untuk memimpin tentara memerangi pemberontak ketika konflik selama setahun bergerak makin dekat ke ibu kota, Addis Ababa.
"Mulai besok, saya akan memobilisasi ke front untuk memimpin pasukan pertahanan," kata Abiy, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2019, dalam sebuah pernyataan yang diposting di Twitter.
“Mereka yang ingin berada di antara anak-anak Etiopia yang akan dipuji oleh sejarah, bangkitlah untuk negara Anda hari ini. Mari kita bertemu di front.”
Pernyataan Abiy muncul ketika kelompok pemberontak Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) terus menekan ke arah Addis Ababa, mengklaim menguasai kota Shewa Robit, hanya 220 kilometer timur laut ibu kota melalui jalan darat.
Itu juga terjadi setelah komite eksekutif Partai Kemakmuran yang berkuasa bertemu pada hari Senin (22/11) untuk membahas perang, yang telah berlangsung selama satu tahun.
Setelah pertemuan itu, Menteri Pertahanan Abraham Belay mengatakan kepada media yang berafiliasi dengan negara bahwa pasukan keamanan akan memulai “tindakan yang berbeda,” tanpa memberikan rincian. “Kami tidak bisa terus seperti ini, itu artinya akan ada perubahan,” kata Belay.
“Apa yang terjadi dan sedang terjadi pada orang-orang kami, pelanggaran yang dilakukan oleh kelompok teroris, perampok yang merusak ini, tidak dapat dilanjutkan.”
Abiy mengirim pasukan ke wilayah Tigray, wilayah paling utara Ethiopia untuk menggulingkan TPLF pada November 2020, dengan mengatakan langkah itu dilakukan sebagai tanggapan atas serangan TPLF di kamp-kamp tentara.
Meskipun dia menjanjikan kemenangan cepat, pada akhir Juni TPLF telah berkumpul kembali dan merebut kembali sebagian besar Tigray termasuk ibu kotanya, Mekele, mendorong tentara federal untuk sebagian besar menarik diri dari wilayah tersebut.
Sejak itu TPLF telah bergerak ke daerah tetangga Afar dan Amhara. Mereka juga membentuk aliansi dengan kelompok pemberontak lainnya termasuk Tentara Pembebasan Oromo (OLA), yang aktif di wilayah Oromia di sekitar Addis Ababa.
Kekhawatiran akan kemajuan pemberontak di ibu kota telah mendorong beberapa negara termasuk Amerika Serikat dan Inggris untuk menarik staf diplomatik yang tidak penting.
Negara-negara ini juga mendesak warganya untuk meninggalkan Ethiopia sementara penerbangan komersial masih tersedia.
Namun pemerintah mengatakan keuntungan pemberontak, dan ancaman terhadap Addis Ababa, dilebih-lebihkan. Pejabat tidak menanggapi permintaan komentar atas klaim TPLF menahan Shewa Robit.
Utusan khusus Uni Afrika untuk Tanduk Afrika, Olusegun Obasanjo, memimpin desakan untuk menengahi gencatan senjata, tetapi sejauh ini hanya ada sedikit kemajuan. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...