PM Israel Akui Jalin Aliansi dengan Negara-negara Arab
DAVOS, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui negaranya tengah menciptakan aliansi strategis yang lebih kuat dengan negara-negara Arab mengantisipasi kekhawatiran terhadap kebangkitan Iran. Netanyahu menyebut upaya itu sebagai "hal yang luar biasa" yang belum pernah dia lihat di seluruh sejarah negaranya.
"Ada aliansi antara Israel dan negara-negara lain di Timur Tengah yang tak terbayangkan bertahun-tahun lalu. Saya belum pernah melihat yang seperti ini seumur hidup saya," kata dia pada sebuah panel di World Economic Forum di Davos, Swiss pada hari Kamis (25/01), dikutip dari CNBC.
Netanyahu mencibir kesepakatan nuklir Iran, dan menekankan bahwa banyak negara, terutama di dunia Arab, sependapat dengannya.
"Jika Iran mencoba terburu-buru untuk membuat bom, ada banyak negara yang tidak mengizinkannya," kata perdana menteri tersebut. "Kami tidak akan membiarkan mereka memiliki senjata nuklir. Ada negara-negara Arab, tanpa nama, yang setuju dengan saya."
Kesepakatan Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action/Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang diundangkan pada tahun 2015 oleh Iran, lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa - China, Prancis, Rusia, Inggris dan Amerika Serikat - dan Jerman, mengizinkan pencabutan sanksi internasional terhadap Iran sebagai ganti kepatuhan terhadap pembatasan program nuklirnya.
Badan Energi Atom Internasional PBB menegaskan Iran mematuhi peraturan kesepakatan tersebut, sementara para penandatangannya di Eropa memuji hal itu, dan mengatakan bahwa pihaknya membawa lebih banyak stabilitas ke kawasan tersebut dan mencegah potensi perang nuklir.
Israel dan Arab Saudi adalah dua negara yang menentang secara tegas kesepakatan tersebut.
Hasilnya adalah tumbuhnya aliansi strategis antara Israel, Arab Saudi dan Mesir --suatu hal yang sudah didengung-dengingkan sejak lama -- dan kini menjadi lebih dekat pada kesepakatan daripada pada yang pernah dicapai dalam sejarah kawasan ini.
"Ini adalah hal yang luar biasa - ini dimulai dengan perhatian bersama, musuh bersama, yaitu ekstremis Islam dan terorisme, baik ekstremisme Sunni maupun Syiah," kata Netanyahu.
"Juga," katanya, "sikap kita yang sama terhadap Iran."
Dan ada sumber kedekatan yang lain, kata perdana menteri. "Ini adalah keinginan (negara-negara Arab) untuk memanfaatkan teknologi sipil di Israel - dalam kesehatan, pertanian, air, energi - untuk memperbaiki kehidupan warganya."
"Saya melihatnya sebagai janji perdamaian," katanya. "Kami melihat permulaan perubahan sikap terhadap masyarakat Israel (Arab) - tidak semuanya, tapi merupakan minoritas yang signifikan. Itulah harapan, itulah masa depan perdamaian, dan itu bisa berarti mencakup orang-orang Palestina juga."
Komentar Netanyahu muncul di tengah ketegangan regional yang terus memanas antara Kerajaan Muslim Sunni di Arab Saudi dan Iran yang didominasi Muslim Syiah, dan di tengah kemarahan yang terus berlanjut di seluruh dunia Arab atas keputusan Presiden AS Donald Trump pada bulan Desember yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...