PM Singapura: Walau Memalukan Kasus Korupsi Jangan Ditutup-tutupi
SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM – Perdana Menteri (PM) Lee Hsien Loong mengatakan, sistem pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi dapat terus dilakukan di Singapura selama 50 tahun karena negara ini tidak mentolerir budaya korupsi.
Seperti diberitakan straitstimes.com, Rabu (24/6) Lee mengemukakan saat menulis di halaman Facebooknya bahwa pemerintah sama sekali tidak mengizinkan kasus korupsi dirahasiakan atau ditutup-tutupi meskipun itu sesuatu yang memalukan pemerintah.
Lee mengatakan itu terkait dengan perkara Phey Yew Kok yang akan dihadapkan ke pengadilan setelah melarikan diri lebih dari 36 tahun. “Dengan ini, hal yang sekian lama beredar, akhirnya bisa dibawa ke pengadilan yang melibatkan seseorang yang pernah menjabat selaku ketua gerakan buruh dan seorang Anggota Parlemen,” kata Lee.
Phey didakwa pada 10 Desember 1979 dengan empat tuduhan korupsi senilai 82,520 dolar Singapura, dakwaan lain yang dituduhkan kepadanya adalah pelanggaran UU Serikat Pekerja.
Phey merupakan anggota parlemen dari PAP dan presiden Kongres Serikat Pekerja Nasional (National Trade Unions Congress, NTUC), satu-satunya federasi buruh Singapura. Ketika Phey tertangkap melakukan tindak korupsi, teman-temannya sesama pemimpin PAP, terutama yang juga anggota NTUC, mencoba mengintervensi untuk menyelamatkan Phey, menyatakan Phey tidak bersalah dan meminta CPIB “meninjau kembali” kasusnya. Tetapi, Lee tidak setuju. Phey kemudian kabur ke Thailand dan hidup merana sebagai buronan, terus-menerus diperas oleh aparat imigrasi dan polisi.
Dalam responsnya terhadap pertanyaan media, Lee mengatakan, Phey Yew Kok sudah didakwa di pengadilan dan mantan ketua NTUC itu akan dikenakan hukuman yang sesuai.
NTUC melalui pernyataan yang dikeluarkan hari ini menambahkan, “Sekarang terserah hukum untuk menentukan hukuman yang tepat,” kata Lee.
NTUC merupakan pusat serikat pekerja nasional tunggal di Singapura. Saat ini NTUC memiliki 60 serikat pekerja, serikat buruh di Singapura dijalankan dengan kepemimpinan demokratis, dan keanggotaan bersifat sukarela.
Ada tiga tingkatan kepemimpinan serikat, semua dipilih melalui pemungutan suara secara rahasia. Pekerja di sebuah perusahaan memilih pemimpin cabang mereka.
Phey pernah menjabat Sekretaris Umum beberapa serikat termasuk Organisasi Buruh Industri Singapura (SILO) dan Serikat Pekerja Industri Pendiri (PIEU). Phey juga merupakan Anggota Parlemen untuk Boon Teck dari 1972 sampai 1979.
Dia menyerahkan diri di Kedutaan Besar Singapura untuk Thailand, di Bangkok pada Senin (23/6) lalu.
Jurnalis straitstimes senior Singapura, George Joseph (65) yang pernah meliput aksi Phey saat memimpin demonstrasi di era 70’an menyebut bahwa dahulu Phey merupakan “bintang” atau yang disegani oleh PAP (Partai Aksi Rakyat) Singapura.
“Saya sempat tidak percaya dia terlibat kasus seperti itu,” kata Joseph. (businesstimes.com.sg/straitstimes.com).
Editor : Eben Ezer Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...