PM Turki Minta Reaksi Sama pada Teror di Paris dan Ismaophobi
PARIS, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, mengharapkan bahwa reaksi yang sama ditujukan terhadap Islam dan Islamophobia. Pernyataannya itu merujuk pada pertemuan para pemimpin dunia sebagai reaksi terhadap serangan teror di Paris hari Rabu (7/1) pekan lalu.
Davutoglu menghadiri pertemuan di Paris, Prancis hari Minggu (11/1) dan memuji kampanye itu yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap teror di Paris sebagai pesan yang kuat kepada dunia.
Davutoglu bergabung dengan puluhan pemimpin dunia lainnya dalam pawai di Paris untuk berkabung bagi korban tiga hari teror oleh kelompok Islam yang dimulai dengan pembantaian 12 orang di kantor majalah satir, Charlie Hebdo.
Kehadiran Davutoglu, salah satu pemimpin Muslim untuk menghadiri rapat umum, sebagai simbol bagi Turki, dan juga sangat simbolis mengingatkan bahwa Charlie Hebdo sudah sering mencerca Nabi Muhammad.
"Ini adalah pesan kepada seluruh dunia bahwa setiap orang harus menghadapi ancaman teror," kata Davutoglu kepada wartawan di kedutaan Turki di Paris, dalam komentar yang disiarkan televisi.
"Kami harapkan kepekaan yang sama yang akan ditampilkan untuk serangan terhadap masjid atau Islamophobia," tambahnya setelah menghadiri rapat yang memobilisasi lebih dari satu juta orang di Paris saja.
Dia memuji komentar oleh Presiden Prancis, Francois Hollande, yang mengatakan "fanatik ini (yang melakukan serangan) tidak ada hubungannya dengan agama Islam" sebagai pernyataan yang "sangat penting".
Dia mengatakan bahwa para penyerang tidak hidup di negara-negara Muslim tetapi "di Paris" dan karena itu lingkungan ini yang harus diuji.
"Sikap Turki yang berprinsip dan kami akan menjaga sikap ini," katanya. "Turki memiliki nilai yang sama di seluruh dunia, sejauh yang bersangkutan dengan teror. Tidak ada standar ganda," kata dia.
Dia menambahkan bahwa Turki akan terus meningkatkan suara melawan terorisme, dalam segala bentuk termasuk apa yang dia sebut sebagai "terorisme negara" terhadap rakyat Palestina dan di Suriah.
Sudah ada kontroversi di media sosial selama kehadiran Davutoglu pada rapat umum tersebut, dengan kritikus mengatakan rekor Turki pada kebebasan pers berarti kehadirannya jauh dari disambut. (AFP)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...