PM Ukraina: Rusia Robohkan Stabilitas Global
KIEV, SATUHARAPAN.COM - Dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Minggu (20/4), Perdana Menteri Ukraina Arseniy Yatsenyuk memperingatkan bahwa Rusia telah merobohkan stabilitas global dan upaya nonproliferasi nuklir di tengah krisis yang sedang berlangsung antara Kiev dan Kremlin.
Menjelang kunjungan Wakil Presiden AS Joe Biden, Yatsenyuk juga meminta bantuan keuangan dan ekonomi serta bantuan untuk memodernisasi militer Ukraina.
“Dunia memiliki alasan untuk khawatir dengan niat (Presiden Rusia Vladimir) Putin karena yang Federasi Rusia lakukan, mereka merobohkan stabilitas global,” tutur Yatsenyuk dalam acara “Meet the Press” di NBC, dalam pernyataan yang direkam pada Sabtu.
“Mereka benar-benar menghapus program nonproliferasi nuklir,” tambahnya mengacu pada Memorandum Budapest 1994 saat Ukraina menyerahkan senjata nuklirnya dengan imbalan jaminan kedaulatan dari Moskow dan negara-negara Barat.
“Rusia melanggar kesepakatan itu, dan Rusia juga merusak keseluruhan program nonproliferasi nuklir,” ungkap Yatsenyuk.
“Maka jelas hari ini bahwa Rusia...adalah ancaman bagi dunia dan ancaman bagi Uni Eropa dan ancaman nyata bagi Ukraina.”
Menjelang kunjungan Biden ke Kiev pekan ini, Yatsenyuk mengatakan bahwa, selain untuk dukungan keuangan dan ekonomi, militer Ukraina perlu “dirombak”.
Namun, dia menolak isu apakah Kiev memerlukan senjata.
“Kami harus dalam kondisi yang sangat baik untuk dapat menghentikan Rusia, dan untuk perbaikan kondisi ini kami perlu mendapat bantuan riil dari mitra Barat kami,” katanya kepada NBC.
“Kami perlu bantuan ekonomi keuangan, kami perlu memodernisasi militer Ukraina dan merombak semua struktur sistem pertahanan Ukraina.”
Pemberontak Ukraina Minta Bantuan Pasukan Rusia
Pemberontak pro-Kremlin di Ukraina timur pada Minggu meminta bantuan pasukan “penjaga perdamaian” Rusia setelah baku tembak mematikan menewaskan sedikitnya dua militan, menghancurkan gencatan senjata Paskah dan menuai “kemarahan” di Moskow.
Namun otoritas Kiev yang didukung Barat mengklaim kekerasan tersebut merupakan akal-akalan Rusia untuk menciptakan dalih agar mereka bisa mengirimkan pasukan.
Vladimir, seorang pemberontak pro-Rusia berusia 20 tahun yang memakai topeng, mengatakan baku tembak pada Minggu terjadi ketika empat mobil menepi di sebuah penghadang jalan yang dijaga separatis pada dini hari.
“Kami ingin melakukan pengecekan, dan mereka kemudian melepaskan tembakan ke arah kami dengan senjata otomatis,” katanya.
Tiga orang separatis tewas, katanya.
Seorang fotografer AFP melihat dua jasad tergeletak di sebuah truk di dekat TKP.
Identitas penyerang, yang kabur sebelum pemberontak pro-Rusia bisa membawa bala bantuan, belum diketahui.
Pemimpin separatis di Slavyansk, Vyacheslav Ponomaryov, mengatakan dia yakin dua penyerang juga tewas.
Dia mengumumkan pemberlakukan jam malam mulai tengah malam sampai pukul 06:00 di Slavyansk, dan meminta Presiden Vladimir Putin mengirimkan pasukan “penjaga perdamaian guna membela rakyat dari kaum fasis” – julukan yang diberikan seperatis terhadap pemerintah baru Ukraina dan pendukungnya.
Setelahnya, Ponomaryov mengatakan: “Jika Anda tidak bisa mengirimkan pasukan penjaga perdamaian, beri kami senjata.” (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...