Pohon Natal di Gereja Tangerang Jadi Perbincangan Dunia
TANGSEL, SATUHARAPAN.COM - Pohon Natal setinggi delapan meter yang dipajang di depan Gereja Katolik Santo Laurensius, Alam Sutera, Tangerang Selatan, telah menjadi bahan pemberitaan di berbagai media internasional. Pohon terang itu dianggap istimewa karena terbuat dari kaleng minuman ringan yang tidak terpakai.
Foto-foto pohon Natal yang terbuat dari 10.000 kaleng minuman ringan itu ditampilkan dalam ukuran besar oleh berbagai media luar negeri. Portland Press Herald, misalnya, menampilkan foto yang dibuat Tatan Syaufianmade dari kantor berita AP tersebut dengan judul ‘Recycled’ Christmas tree grows in Indonesia.
ABC News dari Australia, menampilkan foto yang sama, dengan judul Image of Asia: Christmas Tree in Indonesia, Made of Cans. Sedangkan The Wall Street Journal menampilkan foto itu sebagai Photos of the Day pada 18 Desember. Seattle Times juga melansir ulang foto dan keterangan yang sama dari The Associated Press.
Menyiratkan kekaguman akan penggunaan botol minuman bekas, Metro.co.uk, bahkan membuat komentar sebagai berikut: Mengapa tidak ada orang yang sebelumnya terpikir untuk melakukannya?
Komentar ini mungkin sedikit berlebihan karena ide untuk membuat barang bekas sebagai bahan pohon Natal bukan kali ini saja. Namun, komentar ini jelas menunjukkan apresiasi yang mendalam.
Kaleng minuman ringan itu dikumpulkan oleh panitia dari anggota jemaat. Sebagaimana terlihat dari akun Facebook gereja tersebut, para anggota ikut terlibat membuat pohon Natal setinggi delapan meter, mulai dari mengumpulkan kaleng minuman hingga merangkainya. Natal yang dirayakan pada 25 Desember di gereja itu, mengambil tema, "Keluargaku Penuh Syukur."
Bukan kali ini saja gereja Santo Laurensius menggunakan bahan-bahan daur ulang untuk dijadikan pohon Natal. Tahun lalu, mereka melakukan hal yang sama, tetapi bahannya bukan dari kaleng minuman bekas, melainkan limbah kain perca.
Menurut Rudi Hariyanto, Panitia Natal 2014 Wilayah VII Gereja Santo Laurensius Tangerang, tahun lalu mereka memanfaatkan limbah kain perca dari pabrik konveksi yang ada di sekitar wilayah mereka.
"Awalnya ingin membuat sesuatu yang beda dan memberikan nilai tambah," kata dia, lewat video yang dapat dlihat di youtube.
Menurut dia, kain perca sisa pabrik konveksi berukuran kecil dan biasanya dibuang. Padahal itu mengandung bahan unorganik dan bisa menimbulkan polusi.
"Jadi panitia memanfaatkannya menjadi bunga-bunga yang cantik, alami sesuai dengan alamnya."
Awalnya mereka sepakat membuat gerakan kebersamaan untuk memanfaatkan kain perca sisa. Terkumpul 20.000 kain perca. Mulai bulan Oktober, gerakan itu pun bergulir. Tanpa diduga, animo anggota jemaat bahkan masyarakat sekitarnya sangat besar.
Mereka ingin berpartisipasi. Mereka bahkan meminta diadakan pelatihan untuk menghias kain perca. "Tanpa terasa, gerakan ini memberi pengaruh yang luar biasa. Tidak hanya di lingkungan gereja, umat nonKatolik pun tertarik. Selain untuk dekorasi, kami berencana akan menjual hasil karya berupa rangkaian bunga, lingkaran Natal, hiasan tas, dan taplak meja. Hasil semua ini didonasikan untuk pembangunan gereja di Gading Serpong," kata Rudi Hariyanto.
Kini gereja tersebut kembali membuat gerakan perubahan melalui kaleng minuman ringan.
(Foto-foto diambil dari akun facebook Gereja Santo Laurensius)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...