Polisi China Lancarkan Operasi pada Praktik Prostitusi, Namun Dikritik Masyarakat
BEIJING, SATUHARAPAN.COM Operasi besar-besaran terhadap praktik prostitusi dilancarkan polisi China di kota Dongguan, yang dikenal sebagai ibu kota seks untuk menggambarkan merajalelanya praktik perdagangan seks di sana.
Operasi itu dipicu oleh sebuah laporan oleh penyiar televisi negara China. Lebih dari 6.000 polisi dikerahkan untuk merazia ratusan hotel, sauna dan panti karaoke di kota yang terletak di Provinsi Guangdong di selatan.
Hasilnya, 67 orang ditangkap,12 tempat ditutup usahanya, dua kepala polisi diberhentikan, kata media pemerintah. "Polisi tahu lebih banyak dari orang lain tentang di mana prostitusi ada dan siapa yang terlibat, tetapi mereka tidak melakukan apa-apa," kata laporan itu.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah pada hari Minggu malam menayangkan laporan di China Central Television (CCTV) yang menjelaskan secara detil tentang industri prostitusi di Dongguan. Kawasan itu merupakan sebuah pusat industri di mana diperkiraan satu dari 10 pekerja migran di sana terlibat dalam perdagangan seks, dan kita itu juga disebut sebagai "kota dosa" atau "sin city".
Laporan itu mengambil gambar dengan menggunakan kamera tersembunyi dan ditayangkan pada program CCTV berdurasi setengah jam. Laporan menunjukkan perempuan muda berbaris di kamar dan di atas panggung di beberapa tempat, sementara seorang wartawan yang menyamar bertanya tentang harga masing-masing.
Reaksi Mengejutkan
Program ini menunjukkan seorang reporter menelepon polisi setempat, namun setiap kali petugas tidak muncul di tempat kejadian." Apakah polisi akan datang?" wartawan bertanya kepada seorang seorang pekerja rumah bordil. "Jangan khawatir tentang polisi," pekerja merespons.
Pemerintah menanggapi program tersebut dengan tiga bulan melakukan razia pada tempat perdagangan seks. Namun para pengguna Internet China justru memberikan reaksi yang mengejutkan.
Mereka melancarkan kritik pemerintah dan polisi, termasuk melalui siaran radio negara. Mereka berdebat, bahkan lebih fokus pada razia tersebut sebagai mempermalukan perempuan yang terlibat ketimbang mengatasi akar penyebab industri seks.
"Jangan menangis, Dongguan! CCTV kejam, tapi dunia ini penuh dengan cinta. Bertahanlah!" kata satu pesan populer di situs Sina Weibo, Twitter versi China.
Pengguna web China, yang biasanya mengirim gambar lilin merah untuk menunjukkan simpati mereka untuk korban bencana alam, juga berbagi gambar lilin merah berbentuk kondom pada hari Selasa, setelah laporan Dongguan ditayangkan. (AFP/ecsn.cn)
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...