Polisi Pakistan Lakukan Penyiksaan Perempuan Kristen
PUNJAB, SATUHARAPAN.COM – Sejumlah polisi di Pakistan menyiksa beberapa perempuan Kristen yang memiliki saudara laki-laki yang dituduh pemerintah melakukan penistaan agama.
Menurut Christian Post yang mengutip laporan Asosiasi Kristen Pakistan Britania (British Pakistani Christian Association/BPCA) hari Rabu (13/7), polisi Pakistan melakukan penyiksaan terhadap dua perempuan – adik dan kakak ipar – dari laki-laki Kristen yang bernama Nadeem James, dengan harapan James akan keluar dari persembunyiannya.
Salah satu teman dari laki-laki yang berprofesi sebagai penjahit, tersebut, Yasir Bashir, bertengkar dengan James, pada hari Senin (4/7).
Bashir menuduh ayah dengan dua anak tersebut melakukan pencemaran agama, karena James menikahi muslimah Pakistan dan kemudian mengajaknya berpindah agama.
James yang tinggal di Sarai Alamgir, di provinsi Punjab, Pakistan, setiap hari berprofesi sebagai penjahit.
Setelah sengketa, Bashir menuduh James sering mengirim pernyataan hujatan melalui aplikasi pesan pendek telepon selular WhatsApp Messenger.
Menurut Direktur CLAAS (The Centre for Legal Aid, Assistance and Settlement) atau Pusat Bantuan Hukum, Bantuan dan Penyelesaian, Nasir Saeed melaporkan setelah tuduhan penghujatan kepada James, terdapat banyak seruan dari pengeras suara di masjid setempat yang mengajak umat Islam di Punjab melakukan kekerasan kepada setiap kediaman pemeluk Kristen.
Meskipun polisi meningkatkan keamanan di daerah untuk melindungi komunitas Kristen, BPCA melaporkan bahwa sebagian besar dari 60 keluarga Kristen desa ini telah melarikan diri dari rumah mereka juga.
“Kekuatan polisi yang dikerahkan terlalu kecil untuk perlindungan yang efektif,” kata pejabat BPCA, Shamim Masih.
Ia menambahkan banyak umat Kristen Pakistan yang berada dalam kondisi ketakutan dan menempatkan kepercayaan mereka kepada Yesus Kristus.
Ia melihat umat Kristen Pakistan merasa takut kembali ke rumah mereka karena bila kembali ke rumah maka harta benda akan dijarah.
“Dalam setiap tuduhan penghujatan biasanya umat Kristen secara keseluruhan berada dalam posisi terancam, ini tidak adil,” kata Masih.
Menurut BPCA, karena tidak menemukan James di kediamannya, polisi yang melakukan penggeledahan malah menangkap adik iparnya, Samreen, dan istri kakaknya, Najma.
Sementara laporan media lainnya menyebut Samreen dan Najma disiksa oleh polisi, karena mereka tidak memberitahu persembunyian James.
Saudara kandung James, Shaukat, mengatakan kepada BPCA bahwa James tidak pernah mengirim pesan hujatan melalui aplikasi WhatsApp Messenger.
Saeed, mengkritik pemerintah Pakistan yang melakukan penyiksaan terhadap saudara-saudari James.
Saeed menilai Hukum Penistaan Agama di Pakistan sering disalahgunakan masyarakat setempat yang menggunakannya untuk menyelesaikan keluhan pribadi terhadap kepercayaan minoritas di negara tersebut.
Saeed melihat polisi mencoba menyiksa saudara-saudari James tanpa menyelidiki otentisitas penghujatan yang dituduhkan Bashir lewat aplikasi Whatsapp Messenger tersebut.
“Sangat disayangkan karena kasus penghujatan terus terjadi terhadap umat Kristen tanpa penyelidikan atau bukti konkret,” kata Saeed.
BPCA menyusun petisi baru untuk menyusun seruan kepada pemerintah Pakistan untuk mencabut undang-undang Penistaan Agama.
Sebuah laporan dari Asian Human Rights Commission menemukan polisi di Pakistan tidak melakukan upaya guna melindungi minoritas dari penganiayaan dan pelecehan yang mereka hadapi. (christianpost.com)
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...