"Polisi Syariah" di Jerman Dikecam
Mereka berpatroli di kota Wuppertal dengan pakaian seragam; Sven Lou, pemimpinnnya, mengaku hanya untuk mencari perhatian, Dewan Pusat Muslim di Jerman mengecam tindakan tersebut.
WUPPERTAL, SATUHARAPAN.COM - Politisi Jerman dan media setempat, hari Senin (8/9) menyerukan tindakan keras terhadap propaganda kelompok Islam radikal setelah sekelompok Salafi ultra-konservatif turun ke jalan yang menamakan dirinya sebagai "Polisi Syariah."
"Tidak ada toleransi untuk Salafi" kata harian konservatif, Die Welt, setelah beredar berita tentang sekelompok kecil orang yang mengenakan rompi oranye dengan tulisan "Polisi Syariah," dan melakukan serangkaian "patroli" di kota Jerman, Wuppertal.
Mereka mencari untuk menegakkan aturan moral mereka secara keras. Mereka mengatakan kepada pengunjung klub malam untuk tidak meminum minuman ber alkohol, dan mendengarkan musik, dan tidak bermain game untuk uang.
Sebuah video yang beredar melalui media online menunjukkan di antara mereka adalah Sven Lau, seorang Jerman anggota Islam Salafi yang pindah keyakinan dan mengaku sebagai salah satu dari mereka yang berada dibalik ide patroli polisi syariah itu.
Di bawah hukum Jerman saat ini, "Polisi Syariah" gadungan bisa menghadapi tuduhan mengganggu ketertiban umum.
Menurut kantor berita AFP, polisi mengatakan patroli itu berlangsung pekan lalu, dan meminta warga masyarakat untuk menghubungi mereka jika mereka melihat perilaku yang mencurigakan terkait dengan aktivitas kelompok Salafi.
Tidak Mentolerir
Sejauh ini polisi setempat tidak menangkap seorangpun, tapi para pemimpin politik memperingatkan mereka untuk menindak patroli “Polisi Syariah” itu, jika diperlukan dan mereka melakukan kampanye lebih jauh.
"Kami tidak akan mentolerir keadilan paralel ilegal," kata Menteri Kehakiman Jerman, Heiko Maas, memperingatkan. "Hukum Syariah tidak ditoleransi di tanah Jerman," kata Menteri Dalam Negeri Jerman, Thomas de Maiziere, kepada koran Bild, hari Sabtu (6/9).
Menteri dalam negeri Bavaria, Joachim Herrmann, menggambarkan tindakan itu sebagai "serangan langsung oleh Salafi pada aturan hukum kami" dalam komentarnya yang dipublikasikan hari Senin di harian Bild.
Stephan Mayer, juga dari sekutu parati Kanselir Jerman, Angela Merkel, menyebutkan pada edisi Minggu Tagesspiegel agar pelaku yang mempromosikan hukum Syariah yang ketat untuk "dihukum".
Volker Kauder, pemimpin kelompok parlemen dari kubu Merkel yang konservatif, mengatakan bahwa polisi sendiri bertanggung jawab untuk menegakkan ketertiban umum. "Oleh karena itu, kita harus menegakkan larangan ini," katanya kepada Welt am Sonntag.
Dikecam Dewan Muslim Jerman
Kepala Dewan Pusat Muslim di Jerman (ZMD) juga telah mengecam tindakan oleh kelompok Salafi di Wuppertal. "Ini beberapa remaja yang berbicara bukan atas nama kami," kata Ketua ZMD, Ayman A. Mazyek kepada media Tagesspiegel am Sonntag.
"Orang-orang ini menyesatkan atas nama agama kami. Dengan tindakan berteriak dan bodoh ini, mereka benar-benar melukai umat Islam."
Hukum Syariah adalah istilah bahasa Arab untuk sistem hukum berdasarkan Al-Quran. Arab Saudi dan Iran adalah contoh negara di mana sistem tersebut secara resmi berlaku. Mengenakan jilbab adalah wajib bagi perempuan dan hukuman fisik seperti rajam ditoleransi secara hukum.
Human Rights Watch (HRW) melaporkan pada bulan lalu bahwa Arab Saudi telah memenggal 19 orang hanya dalam 16 hari pada bulan Agustus, karena tuduhan mulai dari penyelundupan ganja hingga "ilmu sihir."
Intelijen Jerman tahun lalu menyuarakan keprihatinan atas meningkatnya jumlah anggota Salafi, yang mendukung Islam Sunni yang keras, dan mengatakan mereka berjumlah sekitar 4.500 di negara itu.
"Salafi dan fanatik seharusnya tidak bersembunyi di balik kebebasan beragama, bahkan kelompok Islam yang peduli dengan reputasi Muslim melihatnya seperti itu," kata Die Welt.
Cari Perhatian
Sementara itu, Sven Lou (33 tahun) yang berada di belakang tindakan patroli di Wuppertal adalah mantan petugas pemadam kebakaran. Dia yang memposting video di situsnya, hari Sabtu. Lau mengatakan bahwa "Polisi Syariah" tidak pernah ada, dan bahwa sekelompok pria itu hanya mengenakan seragam itu selama beberapa jam.
"Kami tahu bahwa ini akan meningkatkan perhatian," kata Lau, mengklaim bahwa tujuannya adalah untuk memicu perdebatan tentang hukum Syariah di Jerman, seperti dikutip situs dw.de.
Lau adalah anggota terkemuka gerakan Salafi Jerman, yang disebut sebagai para pendukung interpretasi Sunni yang ketat dalam Islam politik. Dia bekerja di masjid di negara asalnya Mönchengladbach, tidak jauh dari Wuppertal.
Masjid itu digunakan untuk oleh kelompok fundamentalis yang disebut "Invitation to Paradise" atau "Undangan ke Surga" yang dalam bahasa Jerman disebut “Einladung zum Paradies.”
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...