Politik Genderuwo versi Jokowi: Propaganda Ketakutan, Bahaya!
TEGAL, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, sekarang ini banyak politikus yang pandai mempengaruhi, yang tidak pakai etika politik yang baik, tidak pakai sopan santun politik yang baik.
“Mereka melakukan politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, membuat kekhawatiran, propaganda ketakutan,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada penyerahan 3.000 sertifikat tanah untuk warga Tegal dan sekitarnya, di GOR Tri Sanja, Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/11) pagi.
Setelah masyarakat takut, menurut Presiden, para politikus itu membuat sebuah ketidakpastian. Sehingga masyarakat mempertanyakan kebenarannya. Dan yang ketiga menjadi ragu-ragu masyarakat.
“Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Membuat ketakutan. Masa masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Itu namanya politik genderuwo, nakut-nakuti, politik genderuwo,” ungkap Kepala Negara.
Kepala Negara mengingatkan, jangan sampai seperti itu, karena berbahaya sekali. “Jangan sampai propaganda ketakutan menciptakan suasana ketidakpastian, menciptakan munculnya keragu-raguan,” tegasnya.
Jaga Persaudaraan
Sebelumnya Presiden Jokowi mengingatkan, bahwa bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang besar. Penduduk kita sekarang sudah 263 juta, dan kita ini dianugerahi oleh Allah SWT perbedaan-perbedaan, berbeda-beda, warna-warni.
“Kita memiliki 714 suku, banyak sekali suku di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, banyak sekali, 714 suku. Bahasa daerahnya ada 1.100 lebih,” kata Presiden Jokowi seraya mengingatkan, aset terbesar bangsa ini, modal terbesar bangsa ini adalah persatuan, persaudaraan, dan kerukunan.
Oleh sebab itu, Kepala Negara jangan sampai karena pilihan bupati, pilihan gubernur, pilihan presiden ada yang tidak saling sapa dengan tetangganya, tidak saling sapa antarkampung, antardesa, tidak rukun antarkampung.
“Jangan sampai terjadi seperti itu di Kabupaten Tegal, di Provinsi Jawa Tengah. Kalau pas ada pilih bupati ya pilih mawon yang sing paling sae sinten, pilih mpun, kalih tetonggo bedo pilihan enggak apa-apa, rukun lagi. Di majelis taklim ada yang berbeda pilihan enggak saling ngomong, meneng-menengan, ampun, enggak boleh seperti itu,” tutur Kepala Negara.
Presiden Jokowi menegaskan, kita harus menjaga ukhuwah islamiah kita, harus menjaga ukhuwah wathaniyah, karena kita ini semuanya adalah saudara-saudara sebangsa dan setanah air.
“Jangan sampai tidak rukun, tidak bersatu, menjadi pecah gara-gara pilihan presiden, pilihan gubernur, pilihan bupati. Jangan sampai! Rugi besar kita ini. Karena apa? Setiap lima tahun itu ada pilihan bupati, pilihan gubernur, pilihan presiden, ada terus, pilihan wali kota ada terus,” tutur Kepala Negara.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan Jalil, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki, dan Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin.(Setkab)
Editor : Melki Pangaribuan
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...