Politisi Anti Muslim Menangi Pemilu Australia
CANBERRA, SATUHARAPAN.COM -Hasil Pemilu Australia yang mengejutkan, menyisakan ketidakpastian nasib Perdana Menteri Malcolm Turnbull. Namun, tidak bagi Pauline Hanson, politisi kontroversial penyeru anti-migran dan anti-Muslim.
Hanson berhasil 'comeback' ke dunia politik setelah sempat berhenti dan bahkan masuk penjara. Berdasarkan perhitungan suara yang hasil finalnya akan didapat pada hari ini (4/7), Hanson yang mengguncang politik dalam dan luar negeri ketika menyerang kebijakan imigrasi Austrlia terhadap imigrasi Asia tatkala ia menjadi anggota parlemen pada tahun 1990-an, akan kembali menjadi anggota parlemen 20 tahun setelah pertama kali ia terpilih dulu.
Dalam beberapa tahun terakhir, fokus kampanyenya ia alihkan dari menyerang migran Asia ke mengutuk Muslim. Antara lain, dia berkampanye tentang rencana untuk membatasi sertifikasi halal, membatasi imigrasi secara keseluruhan dan mengusulkan adanya komite kerajaan untuk Islam.
Terkenal karena gugatan dalam pidato perdananya pada tahun 1996 bahwa Australia terancam "dibanjiri oleh orang-orang Asia", ia mengatakan selama kampanye belakangan ini bahwa "kita dalam bahaya yang dibanjiri oleh Muslim".
"Jika Anda akan mengubur kepala di pasir tentang hal itu, Anda bodoh," katanya, sebagaimana diberitakan oleh the telegraph.co.uk.
Politisi berusia 62 tahun ini yang dulunya merupakan pemilik toko fish and chips, menjadi anggota majelis rendah parlemen Federal Australia dari 1996 hingga 1998, lalu masuk penjara karena kecurangan pemilu -- tuduhan itu akhirnya dibatalkan -- sebelum membuat debut baru sebagai penari selebriti pada acara televisi Dancing with the Stars.
Menyusul hasil Pemilu yang tak terduga pada hari Sabtu, pihak partai One Nation pimpinan Hanson berhasil memenangkan dua atau tiga kursi majelis tinggi di senat berbasis negara. Partainya menuai hasil sangat baik di negara asalnya Queensland, yang sering cenderung untuk kembali ke sayap kanan dan partai-partai wildcard.
"Ssaya ingat saat keluar dari penjara dan mengatakan saya harus memiliki batu di kepala saya untuk benar-benar mau kembali dan melakukannya lagi," katanya.
"Tapi dukungan yang saya terima dari Australia ... dan dorongan yang saya terima dari orang-orang Australia menyebabkan saya terus melangkah."
Ketika tahun lalu Indonesia menghukum mati dua warga negara Australia terdakwa kejahatan narkoba, Pauline Hanson termasuk yang mendukung dan mengatakan Australia harus menghormati hukum Indonesia.
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...