Polusi Cahaya: Ketika Bumi Makin Benderang di Malam Hari
CAPE CANAVERAL, FLORIDA, SATUHARAPAN.COM – Malam hari di seluruh dunia semakin benderang. Dan ini bukan berita baik bagi semua penghuni Bumi, termasuk manusia.
Sebuah laporan pada Rabu (22/11) menunjukkan polusi cahaya mengancam kegelapan malam hari. Pengamatan satelit selama lima kali pada bulan Oktober menunjukkan cahaya buatan yang dinyalakan di luar ruangan, naik sebanyak 2 persen setiap tahunnya dari 2012 hingga 2016. Demikian juga dengan cahaya terang di malam hari.
Polusi cahaya, ternyata lebih buruk dari itu, menurut para peneliti. Pengukuran para ahli itu, berbarengan dengan semakin banyak penggunaan lampu light-emitting diodes atau lampu LED, yang hemat energi dan biaya.
Hasil observasi, misalnya, mengindikasikan penggunaan pencahayaan untuk malam stabil di Amerika, Belanda, Spanyol, dan Italia. Namun polusi cahaya hampir dipastikan meningkat di negara-negara itu karena cahaya lampu biru lampu LED yang sering tidak terdeteksi satelit, kata Christopher Kyba dari GFZ German Research Center for Geosciences dan pengarang utama untuk kajian yang dipublikasikan di Science Advances.
Penggunaan cahaya juga menyebar dan semakin meningkat ke daerah pedalaman. Penemuan ini menumbangkan anggapan selama ini bahwa penggunaan pencahayaan bebas energi akan mengurangi penggunaan secara global atau paling tidak secara nasional.
"Sejujurnya, saya pernah berpikiran, berasumsi dan berharap dengan penggunaan LED, kita akan berbalik arah. Kesadaran tentang polusi cahaya juga semakin meningkat," kata Kyba kepada wartawan melalui sambungan telepon dari Postdam, seperti dilaporkan Associated Press, yang dilansir situs voaindonesia.com.
Dampak polusi cahaya dari pencahayaan buatan terhadap lingkungan juga penting, menurut para peneliti.
Polusi cahaya bisa mengganggu kualitas tidur manusia, yang berdampak pada kesehatan. Proses migrasi dan reproduksi burung, ikan, amfibi, serangga dan kelelawar juga bisa terganggu.
Cahaya terang di malam hari juga bisa membuat tanaman membutuhkan waktu lebih lama untuk tumbuh. Kalau Anda senang mengamati bintang atau Galaksi Bima Sakti, lupakan saja kegiatan ini, bila tren polusi cahaya terus meningkat.
Franz Holker dari Leibniz Institute of Freshwater Ecology and Inland Fisheries di Berlin, yang juga salah satu penulis kajian itu, mengatakan kondisi saat ini berada dalam titik kritis.
"Banyak orang menggunakan cahaya pada malam hari tanpa memikirkan biayanya," kata Holker. Bukan hanya ongkos ekonomi, "tapi juga biaya yang harus Anda bayar dari sudut pandang ekologi dan lingkungan hidup."
Kawasan-kawasan konflik, seperti Suriah dan Yaman, adalah tempat-tempat yang mengalami penurun penggunaan pencahayaan malam hari, menurut para peneliti. Selain wilayah-wilayah tersebut, penggunaan cahaya di malam hari juga menurun di Australia, namun lebih disebabkan oleh kebakaran lahan yang terjadi saat studi dilakukan.
Di banyak bagian di Asia, Afrika dan Amerika Selatan, penggunaan pencahayaan buatan di malah hari, semakin meningkat.
Karena biayanya murah dan kesejahteraan masyarakat meningkat, semakin banyak tempat memasang pencahayaan luar ruangan, menurut para ilmuwan.
Selain itu, pengembangan daerah-daerah permukiman semakin merambah ke kota-kota yang lebih jauh. Di negara-negara berkembang, daerah-daerah pinggiran dari kota-kota utama, semakin terang benderang dengan lebih cepat, kata Kyba.
Asosiasi Langit Gelap Internasional atau International Dark-Sky Association, yang bermarkas di Tucson, Arizona, telah berdasawarsa menyoroti bahaya pencahayaan malam buatan.
Kyba dan rekan-rekannya menyarankan sebisa mungkin menghindari penggunaan lampu-lampu yang menyilaukan mata, dan memilih lampu bercahaya kuning ketimbang menggunakan lampu LED bercahaya putih.
Penggunaan cahaya juga seefisien mungkin untuk menerangi tempat-tempat seperti lapangan parkir atau jalan-jalan kota. Misalnya, cahaya temaram yang sangat dekat cenderung memberikan jarak pandang yang lebih baik, ketimbang menggunakan lampu terang yang cahayanya menyebar luas.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...