Potensi Padi Gogo dan Singkong sebagai Produk Pangan Nasional
CIBINONG, SATUHARAPAN.COM – Selama empat tahun terakhir, Indeks Ketahanan Pangan Indonesia terus membaik. Menurut Global Food Security Index tahun 2018, Indonesia berada di peringkat 65 dari 113 negara dari aspek ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan keamanan pangan. Naik dari posisi sebelumnya di tahun 2017, yakni 69. Perkembangan positif ini menunjukkan keseriusan pemerintah untuk terus memperbaiki kualitas pangan nasional.
Saat ini pangan Indonesia identik dengan beras. Selain beras, hasil pangan lain pengganti beras yang sangat familiar di masyarakat adalah singkong.
Memperingati Hari Tani pada Selasa (24/9), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengenalkan produk unggulan riset yaitu padi gogo dan singkong, dalam kegiatan media visit sebagai wujud kontribusi riset untuk mewujudkan ketahanan pangan, dan meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia.
“LIPI berkomitmen untuk terus menghasilkan riset unggulan. Di antaranya melalui padi gogo dan singkong carvita. Kedua varietas bibit unggul tersebut dihasilkan LIPI untuk menjawab persoalan pangan dan petani di Indonesia," kata Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi, Puspita Lisdiyanti di Cibinong, Jawa Barat.
Varietas Unggul Padi Gogo
LIPI, telah mengembangkan varietas unggul Inpago Go1, Inpago Go2, dan Inpago LIPI Go.4.
"Ketiga jenis padi tersebut dirancang agar tahan kekeringan dan adaptif, termasuk pada lahan berkadar aluminium tinggi, serta tanah asam dengan pH 3.2," kata Enung Sri Mulyaningsih, peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi.
Bahkan saat ini LIPI sedang mengembangkan varietas unggul lain, yaitu jenis Padi Toleran Alumunium.
Ia menjelaskan, padi gogo dapat ditanam pada lahan marginal (kering dan gambut), dengan hasil panen melimpah. Dalam kurung waktu 110-113 sejak ditanam, Inpago LIPI Go1 dapat menghasilkan 8.81 ton/ha dan Inpago LIPIGo2. 8,15 ton/ha.
Tak hanya itu, di lahan kritis bekas lahan karet pun, varietas ini mampu menghasilkan 4.5 ton gabah kering. Panen ini 3 kali lipat lebih banyak dari panen sebelumnya yang hanya mencapai 1.5 ton. Uji coba penanaman pagi gogo telah berhasil dilakukan di Kalimantan Selatan, Lampung, Jawa Barat, NTB, dan Sulawesi Tenggara.
Varietas Unggul Singkong
Sebagai negara keempat penghasil singkong di dunia dengan produksi rata-rata 20-21 juta ton per tahun, tentu menjadi potensi tersendiri bagi Indonesia. Riset kultur jaringan LIPI telah berhasil menghasilkan beberapa varietas unggul singkong yang kaya akan beta karoten, protein, mineral, dan bebas gluten.
“Mayoritas singkong yang dihasilkan petani Indonesia adalah jenis singkong putih dengan kandungan beta-karoten yang rendah,” kata Ahmad Fathoni, peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi. Padahal semakin tinggi nilai beta-karoten dalam singkong, maka nilai nutrisinya pun meningkat. Selain itu, singkong jenis ini memiliki kandungan pati yang aman dikonsumsi bagi penderita diabetes.
Ia menjelaskan, setiap singkong memiliki karakter yang berbeda dan berbeda pula potensi pemanfaatannya. Saat ini singkong varietas unggul yang dihasilkan antara lain Carvita 25, Revita RV1, Iding, dan Adira.
“Selain menghasilkan singkong varietas unggul, kami juga telah mengembangkan teknologi proses pengolahan singkong menjadi tepung mocaf,” kata Fathoni. Produk mocaf yang dihasilkan dari varietas unggul LIPI, memiliki kualitas yang lebih baik dari sebagian mocaf yang beredar di pasaran.
Saat ini, LIPI telah melakukan alih teknologi ke beberapa UKM binaan di Subang dan Boyolali. Bahkan beberapa UKM di daerah kewalahan memenuhi permintaan kebutuhan tepung mocaf yang begitu tinggi untuk diolah menjadi mi. “Stok singkong terbatas, sehingga UKM kesulitan memenuhi permintaan yang cukup tinggi,” kata Fathoni. (lipi.go.id)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...