PP Muhammadiyah Tak Hadiri Sidang Isbat, Diperlukan Forum untuk Membahas Perbedaan Awal Bulan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Yunahar Ilyas, mengatakan bahwa Muhammadiyah tidak akan menghadiri udangan Menteri Agama untuk mengikuti sidang isbat penetapan 1 Syawal pada Rabu (7/8) sore ini. Sedangkan tentang agenda untuk membahas titik temu dalam penetapan awal bulan dinilai kurang tepat disatukan dengan sidang isbat dan sebaiknya dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya.
Seperti diberitakan satuharapan.com bahwa Kementerian Agama akan mengadakan sidang isbat hari ini untuk menetapkan 1 Syawal. Sidang akan dimulai lebih awal untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang banyaknya pertanyaan mengenai perbedaan penetapan awal bulan.
Hal itu juga terkait dengan ilmu hisab, ilmu astronomi, rukyat dan apakah pemerintah merupakan ulil amri yang mempunyai otorita untuk menetapkannya. Pemerintah juga mengundang berbagai ahli untuk mencari titik temu, dan berharap tahun depan tidak lagi ada perbedaan.
Tentang hal itu, Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengatakan bahwa penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal memerlukan waktu lebih, agar lebih leluasa mendiskusikannya. "Jika mau membahas dan mencari titik temu atas perbedaan penetapan Ramadhan dan Idul Fitri, dan Idul Adha, lebih baik dilakukan pada waktu dan forum lain yang lebih leluasan. Jangan seperti mengejar setoran," kata dia.
Pemerintah, melalui Kementerian Agama telah menyampaikan undangan pada Muhammadiyah untuk hadir pada sidang isbat sore nanti yang antara lain membahas dan mencari titik temu penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.
Karena, forumnya yang kurang tepat, maka PP MUhammadiyah dipastikan tidak hadir, dan menyatakan sebaiknya diskusi mengenai hisab rukyat dilakukan jauh-jauh hari dan tidak dirangkaikan dengan sidang isbat, seperti diungkapkan Yunahar Ilyas.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Majelis Pustaka dan Informasi, PP Muhammadiyah, Iwan Setiawan, mengatakan bahwa mengingat pertemuan sebelumnya antara MUhammadiyah dan Nahdlatul Ulama sampai tiga kali diadakan untuk mencari titik temu penetapan awal bulan, maka memang dibutuhkan lebih banyak waktu.
"Dari pertemuan terdahulu, hal itu bisa diketahui bahwa diskusi tidak bisa dipaksakan dalam batas waktu tertentu. Sebab, ada banyak hal yang perlu dibicarakan," kata Iwan Setiawan.
Dengan pernyataan dari PP Muhammadiyah ini, maka kemungkinan sidang isbat kali ini tidak cukup untuk menghasilkan kesepakatan dan titik temu mengenai penetapan awal bulan yang bisa diterima semua Ormas Islam. Namun diperlukan waktu lain dan forum lain untuk mebahasnya agar masalah perbedaan ini tidak berlarut-larut atau diperlukan sikap yang tetap saling menghargai di tengah-tengah perbedaan tersebut.
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...