PP Parmusi Akui Kesulitan Satukan PPP
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pengurus Pusat Persaudaraan Muslimin Indonesia (PP Parmusi) selaku organisasi pendiri Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengakui kesulitan menyatukan partai berlambang kabah yang kini terbagi menjadi dua kubu itu.
Organisasi kemasyarakatan yang ikut mendirikan PPP pada tahun 1973 ini sudah melakukan berbagai cara agar kedua kubu kembali bersatu.
"Kedua kubu sudah berjalan dengan persepsi masing-masing, sehingga kami kesulitan," kata Ketua Umum PP Parmusi Usamah Hisyam seusai membuka Mukernas I Parmusi, di Jakarta, Jumat (4/9) malam.
Dia mengatakan, semestinya PPP bisa mengikuti langkah Partai Amanat Nasional (PAN) yang telah menanggalkan perbedaan politik Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat, dan belakangan menyatakan bergabung dengan pemerintah.
"Seharusnya memang seperti itu (PAN). Kita harus bersatu memikirkan dan menyelesaikan persoalan bangsa secara bersama-sama," dia menjelaskan.
Menurut Usamah, jika PPP tetap bergerak dalam dua kepemimpinan, PPP akan merugi karena ditinggalkan umat.
Dia berharap kedua kubu dapat duduk bersama mencari suatu formula yang tepat guna menyelesaikan perselisihan.
Mantan Ketua Umum PPP Hamzah Haz yang hadir dalam Mukernas I Parmusi di Jakarta, berpendapat masalah PPP hanya bisa diselesaikan melalui ranah hukum. Sebab, sejauh ini kedua kubu bak tidak dapat disatukan para senior.
"Sebenarnya saya sudah bertemu dengan senior yang lain soal PPP ini. Saya sudah ketemu kelompok Romahurmuziy dan kelompok Djan Faridz dan ternyata kan sudah masuk ranah hukum, jadi biarkan berjalan," kata Hamzah Haz.
Hamzah Haz dan para senior PPP lain sejak awal tidak ingin ranah hukum berlarut-larut, namun melihat kenyataan yang bergulir, mantan Wakil Presiden RI itu menilai ranah hukum menjadi solusi akhir bagi PPP.
"Kalau sudah masuk Mahkamah Agung dan sudah ada yang dinyatakan berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) kan nanti ada pihak yang kalah. Tapi yang kalah jangan kemudian hilang, tetap harus dirangkul," jelas dia.
Sementara itu melalui Mukernas I, Parmusi memperkenalkan paradigma baru yang diusung, dari sebelumnya berorientasi politik menjadi berorientasi sosial, ekonomi, dan dakwah sebagai kekuatan yang mengoneksikan kaum Muslim.
Ketua Umum Parmusi Usamah Hisyam berharap dengan paradigma baru itu Parmusi selaku organisasi kemasyarakatan Islam yang kadernya tersebar di sejumlah partai politik, dapat mencetak kader-kader berorientasi sosial, ekonomi, dan dakwah yang memiliki kemampuan sociopreneurship tangguh.
Para kader diharapkan lebih siap saat terjun di legislatif maupun eksekutif untuk mewarnai berbagai kebijakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Selain itu, sebagai organisasi yang berupaya mengoneksikan kalangan Muslim dari berbagai kelompok, Parmusi menyatakan diri akan mengesampingkan ego partai politik, demikian Usamah.(Ant)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...