Prancis akan Bubarkan Kamp Imigran Calais
LILLE, SATUHARAPAN.COM – Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve, menjelaskan perkampungan imigran di Calais, Prancis. yang menjadi rumah bagi ribuan imigran yang ingin mencapai Inggris, akan dibubarkan secara bertahap.
Cazeneuve mengatakan pada hari Kamis (1/9), akan melanjutkan penutupan lokasi itu dalam beberapa tahap sambil menciptakan akomodasi untuk ribuan imigran di tempat lain di Prancis “untuk membuka isolasi Calais".
Otoritas Prancis berkali-kali berupaya untuk menutup kamp tersebut, yang menurut otoritas saat ini menaungi hampir 7.000 imigran Beberapa kelompok bantuan menyebutkan jumlahnya mencapai 10.000. Populasi di kamp Calais mencakup sejumlah imigran asal Afghanistan, Somalia, Sudan, dan Kurdi.
Beberapa pekan lalu seorang imigran asal Sudan meninggal dunia dan lainnya terluka setelah terlibat dalam bentrokan dengan imigran asal Afganistan di tempat tersebut menurut pihak berwenang pada Selasa (23/8).
Dua imigran tersebut berada di antara kelompok orang dari kamp yang disebut "Jungle" tersebut. Kedua imigran mencoba memasuki jalan raya untuk menyusup ke dalam beberapa truk yang melintasi terowongan ke Inggris. Dalam sejumlah percobaan untuk kabur yang terjadi setiap malam, polisi berhasil menghalau kembali calon penumpang gelap.
Sebelumnya, seorang hakim Prancis menolak permohonan dari otoritas di Calais yang meminta penutupan toko dan restoran tidak berizin di kamp imigran “Jungle” itu.
Pada Sabtu (13/8), otoritas memerintahkan menutup 72 kios dan restoran di wilayah tersebut karena tidak berizin. Restoran tersebut tersebar di antara tenda-tenda tempat penampungan sekitar 4.500 imigran dan pencari suaka yang ingin menuju Inggris.
Namun, dalam putusannya, sang hakim mengatakan masalah perizinan tidak mendesak sehingga tidak perlu mengeluarkan surat perintah penutupan toko, walaupun ada kekhawatiran muncul kerusuhan.
Dia juga menyoroti peran sosial dari toko-toko, kafe, dan restoran tersebut, tempat imigran yang kekurangan uang dapat membeli makanan dari tempat asal mereka di tengah mahalnya biaya makan di restoran Prancis. (AFP/Ant)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...