Prancis Awasi 15.000 Orang Terlibat Proses Radikalisasi
Aparat Prancis mengatakan terdapat 10.000 orang yang dikategorikan sebagai risiko tinggi terkait aksi terorisme.
PARIS, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls, mengatakan polisi dan badan intelijen mengawasi sekitar 15.000 orang di negara tersebut karena dicurigai menjalani proses radikalisasi.
Menurut Valls, ancaman saat ini berada pada taraf maksimum dan Prancis menjadi targetnya.
“Setiap hari badan intelijen dan polisi menggagalkan serangan, membongkar jaringan, menelusuri teroris. Ada sekitar 15.000 orang di Prancis yang dipantau karena orang-orang ini menjalani proses radikalisasi," kata Valls, seperti dikutip dari bbc.com, hari Minggu (11/9).
Pernyataan Valls mengemuka setelah pekan lalu aparat Prancis mengatakan terdapat 10.000 orang yang dikategorikan sebagai risiko tinggi terkait aksi terorisme. Ia juga mengatakan 700 warga Prancis bertempur di Suriah dan Irak.
Pekan lalu aparat mengagalkan dua rencana serangan. "Akan ada serangan-serangan baru, akan ada korban orang-orang yang tak berdosa ... menjadi tugas saya untuk menyampaikan kebenaran ini kepada rakyat Prancis," kata Valls.
Polisi menahan seorang remaja (15 tahun) di rumahnya di Paris pada hari Sabtu (10/9) karena dicurigai merencakan akan melakukan penikaman.
Aparat keamanan di Paris disiagakan setelah pemerintah membongkar 'sel teroris' yang merencanakan serangan di sistem kereta api bawah tanah atas perintah kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS).
Seperti dilaporkan AFP, Kepolisian menduga remaja tersebut berencana menyerang Prancis setelah memperoleh seruan dari Suriah, menurut keterangan narasumber.
Penyidik masih melakukan penyelidikan atas seruan yang didengungkan oleh anggota ISIS asal Prancis, Rachid Kassim, kepada para pendukung kelompok ekstremis tersebut untuk menyerang Prancis.
Menurut keterangan narasumber, remaja tersebut berkomunikasi dengan Kassim melalui aplikasi pesan bersandi Telegram.
Kassim sudah berulang kali muncul di video propaganda ISIS untuk menyerukan serangan di Prancis. Ia diduga memiliki hubungan dengan salah satu dari dua ekstremis yang membantai seorang pastor di gereja Normandia pada Juli lalu.
Menteri Dalam Negeri, Bernard Cazeneuve, mengatakan polisi menahan 293 orang tahun ini karena 'terkait dengan jaringan teroris'.
Sementara itu, jaksa mendakwa salah satu wanita yang ditangkap atas serangan yang digagalkan dekat Katedral Notre Dame di Paris. Ornella G, 29, didakwa dengan tuduhan terlibat dalam aksi teroris dan percobaan pembunuhan.
Tiga perempuan lain ditanyai oleh polisi, setelah mobil dipenuhi dengan tabung gas itu ditemukan pekan lalu dekat dengan katedral. Mereka diduga telah merencanakan serangan "dalam waktu dekat dan tindakan kekerasan" lainnya.
Jaksa Francois Molins mengatakan hari Jumat (9/9) bahwa sidik jari Ornella G telah ditemukan di dalam mobil. Dia ditangkap di Prancis selatan pada hari Selasa dengan pacarnya, yang telah dibebaskan.
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...