Presiden Afghanistan Perintahkan Militer Serang Teroris
Dalam sehari terjadi dua serangan yang menewaskan 40 orang di Afghanistan.
KABUL, SATUHARAPAN.COM-Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, pada hari Selasa (12/5) memerintahkan militer untuk melakukan serangan, setelah dalam sehari terjadi serangan yang menewaska 40 orang dalam dua serangan terpisah di berbagai wilayah.
Seorang pembom bunuh diri menyerang pemakaman seorang komandan polisi pada hari Selasa di Provinsi Nangahar, Afghanistan timur, menewaskan sedikitnya 24 orang dan melukai 68 orang. Pihak berwenang mengatakan bahwa jumlah korban dapat meningkat. Pemakaman dihadiri oleh pejabat pemerintah dan anggota parlemen.
Dalam serangan terpisah pada hari yang sama, orang-orang bersenjata yang menyamar ketika polisi menyerang sebuah rumah sakit di ibu kota Kabul. Serangan menewaskan 16 orang termasuk dua bayi yang baru lahir di klinik bersalin yang dikelola oleh organisasi kemanusiaan internasional, Doctors Without Borders.
Tidak ada klaim bertanggung jawab langsung atas kedua serangan itu. Taliban, kelompok pemberontak ekstremis utama Afghanistan yang mengatakan telah menghentikan serangan terhadap kota-kota di bawah kesepakatan penarikan pasukan Amerika Serikat, membantah keterlibatan kedua serangan itu.
"Untuk memberikan keamanan bagi tempat-tempat umum dan untuk menggagalkan serangan dan ancaman dari Taliban dan kelompok-kelompok teroris lainnya, saya memerintahkan pasukan keamanan Afghanistan untuk beralih dari mode pertahanan aktif ke mode ofensif dan memulai operasi mereka melawan musuh," kata Ghani dalam pidato yang disiarkan televisi.
Solusi Politik
Militer telah mengambil sikap defensif sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi kekerasan ketika Washington mencoba menengahi pembicaraan damai.
Sementara itu Penasihat Keamanan Nasional, Hamdullah Mohib, mengatakan di Twitter: "tampaknya tidak ada gunanya melanjutkan keterlibatan Taliban dalam pembicaraan damai."
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo meminta pemerintah Afghanistan dan Taliban untuk bekerja sama mengadili para pelaku serangan di sebuah rumah sakit dan pemakaman yang menewaskan puluhan orang, termasuk dua bayi yang baru lahir.
Pompeo dalam sebuah pernyataan menyebut serangan terhadap rumah sakit itu sebagai "tindakan kejahatan belaka," dan dia mencatat bahwa Taliban menyangkal bertanggung jawab atas serangan itu.
Pentagon menolak mengomentari niat Ghani yang dinyatakan untuk memulai kembali operasi ofensif, hanya mengatakan bahwa militer AS terus mempertahankan hak untuk membela pasukan keamanan Afghanistan jika mereka diserang oleh Taliban.
"Ini akan menjadi jalan berangin, bergelombang, tetapi perjanjian politik adalah cara terbaik untuk mengakhiri perang," kata juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Thomas Campbell, yang mengomentari pernyataan Menteri Pertahanan AS, Mark Esper.
Kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) beroperasi di Nangahar dan telah melakukan sejumlah serangan besar-besaran di Kabul dalam beberapa bulan terakhir. Pada hari Senin, pasukan keamanan menangkap pemimpin regionalnya di ibukota. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...